Banyak hal yang bisa menjadi penyebab perempuan tidak subur hingga berujung pada sulitnya hamil. Salah satunya adalah kondisi di mana seorang perempuan mengalami sindrom asherman (Asherman syndrome).
Apa itu sindrom asherman?
Asherman syndrome merupakan kondisi di mana ada jaringan luka di rahim yang bisa merusak endometrium atau dinding rahim dan bisa menyebabkan keguguran berulang bahkan sebelum mengetahui sudah hamil. Sindrom Asherman yang juga dikenal sebagai perlengketan rahim ini tergolong penyakit yang jarang terjadi
Biasanya kondisi ini sering berkembang setelah operasi rahim. Bahkan dalam kebanyakan kasus, berisiko besar terhadap wanita yang mengalami beberapa prosedur dilatasi atau kuretase (operasi kuret).
Healthline mengatakan dalam kasus yang parah, seluruh dinding depan dan belakang rahim dapat bergabung membentuk satu jaringan parut.
Tetapi dalam kasus yang lebih ringan, jaringan parut melekat di area rahim yang lebih kecil, dan bisa juga terdapat di dalam saluran telur. Jaringan parut dapat tebal atau juga tipis, juga bisa berjarak atau bergabung bersama.
Gejala sindrom asherman
Gejala pertama yang menjadi ciri sindrom asherman adalah haid yang tidak teratur atau bahkan tidak sama sekali mengalami menstruasi (amenorrhea). Tapi perlu diingat, tidak semua haid yang tidak teratur disebabkan karena sindrom asherman.
Selain itu, beberapa perempuan merasakan rasa sakit di setiap periode, tapi tidak sampai mengeluarkan pendarahan. Artinya Anda sedang berada dalam siklus haid tapi darah terhambat di dalam rahim karena saluran rahim tersumbat oleh jaringan parut.
Beberapa gejala yang bisa menandakan sindrom asherman adalah:
- kram atau sakit perut yang parah
- sulit hamil atau mempertahankan kehamilan
Jika Anda mengalaminya, merasakan haid berhenti atau sangat jarang, sebaiknya langsung melakukan konsultasi dokter kandungan seingga dokter bisa menggunakan tes diagnostik untuk mengidentifikasi penyebabnya dan memulai perawatan.
Penyebab sindrom asherman
Menurut Asosiasi Asherman Internasional, sekitar 90% dari semua kasus sindrom Asherman terjadi setelah prosedur dilatasi dan kuretase (D dan C). Di mana D dan C umumnya dilakukan setelah keguguran yang tidak lengkap, retensi plasenta setelah melahirkan, atau sebagai aborsi elektif.
Jika D dan C dilakukan antara 2 hingga 4 minggu setelah melahirkan untuk mempertahankan plasenta, maka ada kemungkinan 25 persen untuk mengembangkan sindrom Asherman.
Risiko mengembangkan kondisi ini meningkatkan semakin banyak prosedur D dan C yang dimiliki seorang wanita. Kadang-kadang jaringan parut dapat terjadi sebagai akibat dari operasi panggul lainnya, seperti operasi caesar atau pengangkatan fibroid atau polip.
Mengapa sindrom asherman memengaruhi kesuburan perempuan?
Beberapa perempuan dengan sindrom asherman memang sulit untuk hamil atau sering kali mengalami keguguran berulang. Meskipun tetap bisa hamil, tetapi jaringan parut di dalam rahim bisa menimbulkan risiko bagi janin yang sedang berkembang.
Perempuan yang memiliki sindrom asherman memang akan berpeluang besar alami keguguran atau janin tidak bisa diselamatkan saat dilahirkan.
Kondisi langka ini juga meningkatkan beberapa risiko selama kehamilan seperti terjadinya plasenta previa, plasenta increta ataupun mengalami perdarahan yang berlebihan.
Umumnya, setelah proses operasi dokter baru merekomendasikan untuk menunggu setahun untuk memulai program kehamilan lagi.
Pengobatan sindrom asherman
Apakah sindrom Asherman harus diobati dan memerlukan proses pembedahan?
Pengobatan ini memang diperlukan, khususnya jika memang Anda sedang merencanakan kehamilan. Tujuannya, untuk memperbaiki ukuran dan bentuk rahim sehingga perlengketan pada rahim bisa diatasi.
Sementara, jika penderita memang tidak mengalami nyeri atau tidak berencana untuk hamil sebenarnya pengobatan ini tidak dibutuhkan.
Sindrom ini juga dapat diobati dengan menggunakan prosedur bedah yang disebut histeroskopi operatif. Instrumen bedah kecil melekat pada ujung histeroskopi dan digunakan untuk menghilangkan jaringan parut yang melekat dalam rahim. Prosedur ini selalu dilakukan di bawah pengaruh bius total.
Setelah proses histeroskopi dilakukan, pasien akan diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi dan tablet estrogen untuk meningkatkan kualitas lapisan rahim.
Histeroskopi berulang akan dilakukan di kemudian hari untuk memeriksa apakah operasi berhasil dan rahim Anda bebas dari perlengketan. Pasalnya, risiko perlengketan mungkin saja terjadi kembali setelah perawatan. Untuk mengindarinya, dokter akan menyarankan menunggu setahun sebelum mencoba untuk hamil untuk memastikan bahwa ini tidak terjadi.
Referensi: Healthline, Medline Plus
Baca juga:
7 Pantangan makanan ibu hamil yang bisa membuat janin cacat dan keguguran
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.