Bayi yang sering menangis dan rewel ketika ditinggal orang tuanya berarti mengalami separation anxiety. Lantas, apakah kondisi separation anxiety pada bayi ini normal dan bagaimana mengatasinya?
Ketika bayi sering menangis saat ditinggal orang tua atau pengasuhnya, bisa jadi itu menjadi tanda dari kecemasan yang disebut separation anxiety. Hal ini memang umumnya terjadi dialami bayi ketika usianya di antara 4 hingga 9 bulan.
Untuk mengetahui lebih detail mengenai separation anxiety pada bayi, simak penjelasannya di bawah ini, yuk!
Apa Itu Separation Anxiety dan Wajarkah Terjadi pada Bayi?
Separation anxiety disorder (SAD) atau gangguan kecemasan berpisah pada bayi adalah suatu kondisi di mana seorang anak menjadi takut dan gugup ketika jauh dari rumah atau dipisahkan dari orang yang dicintai yang notabene selalu bersamanya sehari-hari –biasanya orang tua atau pengasuhnya.
Tiap usia anak menunjukkan tanda separation anxiety yang berbeda:
Bayi
Kecemasan akan perpisahan berkembang setelah seorang anak memperoleh pemahaman tentang keabadian objek. Beberapa bayi menunjukkan keabadian objek dan separation anxiety di usia 4 hingga 5 bulan, sebagian lagi di usia sekitar 9 bulan. Setelah bayi Anda menyadari bahwa Anda benar-benar pergi, ia mungkin akan gelisah.
Balita
Banyak balita mengalami separation anxiety di usia 15 atau 18 bulan. Perpisahan dirasakan lebih terasa sulit ketika anak-anak merasa lapar, lelah, atau sakit. Perilaku yang ditunjukkan saat mengalami perpisahan biasanya menangis dan sulit dihentikan.
Anak-Anak Prasekolah
Biasanya terjadi pasa saat anak berusia 3 tahun. Meski khawatir akan berpisah tapi mereka ada niatan untuk berubah. Yang perlu Anda lakukan adalah konsistensi (jangan kembali ke kamarnya jika Anda sudah keluar rumah) dan berikan penjelasan dengan tekun.
Kecemasan akan perpisahan ini memengaruhi sekitar 4 hingga 5 persen anak-anak di Amerika Serikat yang berusia 7 hingga 11 tahun. Dan biasanya, tidak umum terjadi pada remaja –hanya memengaruhi sekitar 1,3 persen remaja di Amerika. Jumlahnya setara antara anak laki-laki dan perempuan.
Separation anxiety menurut laman WebMD merupakan hal normal yang terjadi pada anak-anak yang masih sangat kecil (berusia antara 8 dan 14 bulan). Ross A. Thompson, Ph.D., profesor psikologi di University of Nebraska, Lincoln, juga mengatakan hal yang sama, bahwa rasa cemas berpisah dari orang terdekat merupakan hal normal dalam perkembangan anak.
Anak-anak melewati fase ketika mereka merasa ‘lengket’ dengan seseorang dan takut pada orang dan tempat yang baru atau tidak dikenalnya dengan baik.
Penyebab Separation Anxiety pada Bayi dan Faktor Risikonya
Separation anxiety Ini tanda bahwa bayi selama ini terkoneksi dengan orangtuanya. Kemungkinan penyebab dan faktor risiko SAD menurut WebMD meliputi:
- Peristiwa stres atau traumatis yang signifikan dalam kehidupan anak karena perubahan lingkungan, seperti ditinggal kerja ibunya (padahal selalu bersama di tiga bulan pertama kehidupannya).
- Bayi dengan orang tua yang terlalu protektif atau juga mengalami separation anxiety. Sebenarnya, itu mungkin bukan gangguan pada bayi, tetapi tanda kecemasan perpisahan dari ibunya.
- Faktor genetik, di mana bayi memiliki riwayat anggota keluarga yang juga mengalami separation anxiety.
- Keterikatan yang tidak aman dengan orang tua atau pengasuh
- Memiliki gangguan kecemasan lainnya, seperti serangan panik, gangguan kecemasan sosial, fobia, atau agorafobia.
- Anak-anak dengan SAD mungkin juga memiliki gangguan obsesif-kompulsif (OCD) atau depresi.
Tanda dan Gejala Separation Anxiety pada Bayi
Sementara itu, menurut Jessica Mercer Young, Ph.D., setiap anak akan mengalami kondisi kecemasan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, orang tua dilarang menyamaratakannya, atau bahkan membandingkan anak satu dengan anak lainnya.
“Waktu dan intensitas kecemasan ketika berpisah dengan orangtua mungkin berbeda pada setiap anak,” kata Young, peneliti dari Pusat Pengembangan dan Pendidikan di Newton, MA.
Young menambahkan, intensitas cemas anak juga tergantung pada temperamennya, serta beragam faktor lain. Misalnya, jika bayi sudah terbiasa ditinggal bersama pengasuh, cenderung akan lebih tenang saat ditinggal. Namun, jika bayi dalam keadaan lelah, lapar, atau sakit, ia cenderung lebih mudah rewel saat Bundanya pergi.
Si kecil kemungkinan langsung menangis begitu Bunda melangkah pergi. Namun, yakinlah dia mungkin akan tenang tak lama setelah Bunda berjalan keluar dari pintu.
Ya, mungkin sikap rewel yang ditunjukkan bayi saat sedang lapar, mengantuk, atau separation anxiety terlihat sama. Namun beberapa bayi menunjukkan gejala fisik yang khas saat stres mengetahui dirinya akan berpisah dengan orang terdekatnya.
Berikut ini beberapa gejala yang paling umum dari gangguan separation anxiety:
1. Aktivitas Harian si Kecil Terganggu
Salah satu gejala separation anxiety yang dialami bayi yaitu ia kerap menolak melakukan apa pun sehingga hal ini bisa memengaruhi aktivitas hariannya.
2. Merasa Menderita Seharian
Merasa khawatir atau menderita seharian. Rasa khawatir yang ditunjukkannya tidak realistis.
3. Tidak Nyenyak Tidur
Bayi juga bisa saja sulit terlelap atau bahkan tidak nyenyak saat tidurnya.
4. Rewel atau Sering Merengek
Gejala yang paling sering terlihat adalah si kecil menjadi lebih rewel dari biasanya.
5. Mengompol
Ketika si kecil berhasil tidur, tetapi bisa saja ia tiba-tiba mengompol. Hal ini bisa terjadi karena anak masih merasa gelisah setelah ditinggal oleh orang tua.
Bagaimana Mengatasi Separation Anxiety pada Bayi?
Berikut ini kiat-kiat mengatasi separation anxiety pada bayi yang patut Bunda ketahui menurut Wendy Sue Swanson, MD, MBE, FAAP, penulis Mama Doc Medicine dan staf Communications and Media di American Academy of Pediatrics Council:
1. Buat Ritual Perpisahan yang Cepat
Saat akan berpamitan pergi dengan si kecil, lakukanlah dengan cepat. Misalnya, Bunda langsung pergi setelah mendaratkan kecupan tiga kali di pipinya sambil memberikan selimut dan boneka kesayangannya. Intinya, pertahankan perpisahan yang singkat dan manis.
Semakin lama momen berpamitan, maka semakin lama bayi mengalami cemas. Melansir dari Healthychildren.org, ada masa transisi rasa cemas yang bayi rasakan ketika Bunda pergi, hingga rasa aman itu datang kembali. Nah, dengan berpamitan segera, maka masa transisi ini cepat dilaluinya.
2. Bersikaplah Konsisten
Upayakan untuk pergi dan pulang pada waktu yang sama setiap hari. Sehingga hal ini terasa seperti kegiatan yang berulang bagi bayi dan ia menjadi terbiasa.
Secara bersamaan, rutinitas ini dapat membangun kepercayaan anak kepada Bunda. Ia memahami bahwa Bunda pasti kembali, sehingga ia nantinya ia bisa tumbuh menjadi balita yang mandiri.
3. Penuh Perhatian Saat Berpisah
Saat berpisah, beri anak perhatian penuh, berikan kasih sayang paling tulus. Kemudian ucapkan selamat tinggal dengan cepat, terlepas dari kelucuan atau tangisannya agar Bunda tetap tinggal.
Ingat, tidak perlu merasa bersalah saat meninggalkan anak sementara waktu di rumah, ya, Bun! Selagi anak dijaga dengan baik oleh keluarga maupun pengasuhnya.
4. Bunda Jangan Kabur Diam-Diam untuk Mencegah Separation Anxiety pada Bayi
Hindari menyelinap keluar. Kesalahan besar adalah Anda pergi ketika anak tidak menyadarinya, atau Bunda menyelinap pergi ketika anak sedang beraktivitas, tanpa pamit padanya.
“Anak tiba-tiba cemas atau kesal karena dia tidak mendapatkan kesempatan untuk mengucapkan selamat tinggal atau memberikan kecupan perpisahan,” jelas Young.
5. Tentukan Waktu Kembali yang Jelas
Ketika pergi dan berjanji akan segera pulang, sampaikan kapan tepatnya Bunda akan kembali. Sampaikan dengan spesifik dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami si kecil. Misalnya, jika Anda akan kembali pada pukul 15:00, beri tahu anak demikian: “Saya akan kembali setelah waktu tidur siang dan sebelum camilan sore.”
Tentukan waktu yang dapat mereka pahami. Dan bila Anda pergi untuk urusan dinas selama 3 hari, alih-alih mengatakan “Bunda akan pulang dalam 3 hari,” lebih baik mengatakan, “Bunda akan pulang setelah 3 kali tidur malam.”
6. Latihan Berpisah
Latih dan biasakan anak tanpa keberadaan Bunda, meski hanya satu jam. Misalnya, ketika berkunjung ke rumah nenek, saudara atau orang yang sudah dikenal anak, coba tinggalkan ia sejenak dan lihat reaksinya.
Latihan berpisah juga baik dilakukan sebelum mulai si kecil mulai preschool atau prasekolah. Tak luput, Bunda juga harus melatih anak untuk melakukan beragam kebiasaan sebelum berpisah, seperti melambaikan tangan dan berpelukan.
Beri anak kesempatan untuk bersiap, mengalami, dan berkembang tanpa terus tergantung dengan keberadaan Bunda.
7. Buat Kegiatan yang Menyenangkan Sebelum Tidur
Jika kecemasan anak kumat di malam hari, cobalah buat kegiatan yang menyenangkan sebelum tidur. Seperti membacakan dongeng, kecupan sebelum tidur, dan lainnya.
Aktivitas tersebut akan membuat anak siap bila harus berpisah di waktu yang akan datang. Bunda juga dapat merekam suara ketika sedang bercerita, sehingga ketika Bunda tidak ada, rekaman suara bisa diputar ulang agar anak tidak merasa kesepian.
***
Mayoritas bayi akan mengalami puncak kecemasan di pada usia antara 10 hingga 18 bulan–paling lama memasuki usia 2 tahun. Dan semoga penjelasan di atas, dapat membantu Anda dalam menghadapi kecemasan perpisahan pada si kecil.
Demikianlah penjelasan lengkap seperation anxiety pada bayi, Bunda. Semoga artikel ini bermanfaat.
Artikel diupdate oleh: Ester Sondang
Baca juga:
Bayi rewel tanda stres, ini penyebab dan cara mudah mengatasinya
Tips Agar Si Kecil Tidak Rewel Saat Silaturahmi Lebaran
9 Tahun tinggal di kota yang beda dari anak, ibu ini bagikan 5 tips LDR
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.