Pernahkah Anda merasa sulit untuk memercayai diri sendiri? Atau bahkan menyembunyikan perasaan, keyakinan, serta ide demi mementingkan perasaan dan menyenangkan orang lain? Perasaan seperti ini kerap kali diabaikan karena Anda merasa orang lain harus diutamakan alih-alih perasaan sendiri. Inilah yang dinamakan self abandonment atau pengabaian diri.
Irma Gustiana, seorang psikolog yang aktif membagikan edukasi di Instagram pribadinya pernah membahas seputar pengabaian diri. Dijelaskan olehnya bahwa hal ini dimulai saat kita masih berusia anak-anak, yang kemudian bisa menyebabkan pola pikir serupa saat tumbuh dewasa.
Untuk mengenal lebih jauh tentang pengabaian diri, berikut kami rangkumkan informasinya dari berbagai sumber yang perlu Anda ketahui.
Apa Itu Self Abandonment?
Sumber: Pexels
Self abandonment merupakan kata serapan dalam bahasa asing yang memiliki arti pengabaian pada diri sendiri. Melalui Instagram milik Irma, dijelaskan bahwa kondisi ini bisa saja terjadi saat orang tua atau orang dewasa lain pengganti mereka menjadi pengasuhnya.
Namun, mereka tidak bisa memenuhi kebutuhan emosional dan atau fisik di masa kanak-kanak. Mereka meninggalkan kita secara emosional atau fisik yang pada akhirnya menyebabkan diri merasa tidak berharga dan tidak dicintai.
Kemudian saat anak tumbuh dewasa, mereka cenderung mengulangi jenis pola tersebut karena sudah pernah mengalami sebelumnya sejak kecil. Lebih lanjut, psikolog yang aktif berbagi edukasi kepada para pengikutnya itu menambahkan:
“Mengabaikan diri sendiri adalah pola yang bisa mengganggu fungsi diri sendiri karena bisa berkontribusi pada munculnya kecemasan, depresi, harga diri rendah, dan hubungan yang tidak memuaskan dengan orang lain,” tulisnya dalam keterangan Instagram yang dikutip pada Selasa (19/7/2022).
Baca juga: 3 Manfaat Self Care dan Cara Menerapkannya di Tengah Kesibukan Sehari-hari
Tanda-Tanda Self Abandonment
Sumber: Pexels
Mengutip dari situs Live Well and Love Your Life milik Sharon Martin, tanpa disadari kita kerap melakukan pengabaian diri dengan beberapa tanda-tanda sebagai berikut:
- Tidak memercayai naluri dalam diri – lebih sering menebak-nebak diri sendiri, terlalu banyak berpikir dan merenungkan, membiarkan orang lain membuat keputusan untuk diri Anda, serta menganggap mereka tahu lebih banyak daripada Anda sendiri.
- Menyenangkan orang lebih dulu – kita akan mencari validasi dari orang lain, menekan kebutuhan dan minat Anda demi menyenangkan perasaan orang lain lebih dulu.
- Menyembunyikan bagian dari diri Anda – melepaskan minat dan tujuan Anda, serta tidak membagikan perasaan Anda secara keseluruhan.
- Perfeksionisme – memiliki harapan tinggi yang tidak realistis untuk diri sendiri, tidak pernah merasa bahwa dirinya layak terlepas dari seberapa banyak yang Anda lakukan dan apa yang Anda capai.
- Mengkritik diri dan penilaian – mengatakan hal-hal yang menyakitkan dan jahat kepada diri sendiri ketika Anda tidak memenuhi standar yang Anda buat, hal ini yang kerap menyakitkan diri Anda sendiri.
- Tidak menghormati kebutuhan Anda – selain mementingkan perasaan orang lain, Anda juga menyadari bahwa kebutuhan Anda tidak valid sehingga kerap mengabaikan kebutuhan pribadi dan merasa tidak layak untuk perawatan diri.
- Menekan perasaan Anda – menyingkirkan perasaan tidak nyaman melalui penyangkalan, adanya pengaruh suasana hati, dan menghindar.
- Tidak bertindak sesuai dengan nilai-nilai yang ditanamkan dalam diri – melakukan hal-hal untuk menyenangkan orang lain, bahkan jika itu bertentangan dengan keyakinan dan nilai-nilai Anda.
- Hubungan kodependen – berfokus pada kebutuhan, keinginan, dan masalah orang lain dan mengabaikan diri sendiri.
- Tidak berbicara untuk diri sendiri – tidak meminta apa yang Anda butuhkan, tidak menetapkan dan menegakkan batasan, membiarkan orang mengambil keuntungan dari Anda.
Baca juga: Mengenal Inferiority Complex dan Kiat-kiat untuk Mengatasinya
Mengapa Kita Mengabaikan Diri Sendiri?
Sumber: Pexels
Dari beberapa tanda di atas, terdapat alasan mengapa kita melakukan self abandonment atau mengabaikan diri sendiri. Seperti dijelaskan sebelumnya oleh Irma Gustiana, kemungkinan hal ini terjadi ketika masa kanak-kanak Anda, yang kemudian berpengaruh pada emosional dan/atau fisik di masa mendatang.
Saat dewasa, kita biasanya lebih sering mengulangi jenis pola ini sejak kecil karena sudah familiar. Pengabaian diri menjadi perilaku yang dipelajari dan bisa diterapkan kembali dengan pola yang sama. Misalnya saat Anda hidup di dalam keluarga yang kacau atau kasar, Anda akan belajar menyembunyikan diri Anda yang sebenarnya untuk menjaga kedamaian dan membantu Anda menghindari ejekan, hinaan, rasa sakit fisik dan emosional.
Kita akan belajar untuk menekan perasaan dan kebutuhan diri sendiri, serta belajar bahwa apa pun yang kita lakukan untuk orang lain itu tidak akan pernah cukup. Sehingga akan terbentuk pola bahwa kebutuhan, minat, tujuan hidup yang dibuat untuk diri sendiri tidaklah penting. Bahkan akan membuat kita berpikir bahwa diri ini tidak pantas mendapatkan cinta dan kasih sayang.
Padahal kondisi seperti ini akan sangat mengganggu fungsi diri. Pada akhirnya bisa menimbulkan rasa cemas berlebih, depresi, hingga memiliki harga diri rendah dalam berhubungan dengan orang lain.
Baca juga: “Jangan merasa rendah diri,” pesan seorang Ibu Rumah Tangga
Cara Mengatasi Self Abandonment
Sumber: Pexels
Untuk bisa menghargai diri sendiri, Anda perlu mengatasi self abandonment dalam diri sebagai langkah utama. Sebab memiliki hubungan yang baik dengan diri sendiri adalah hal penting dalam kehidupan.
Seorang perancang busana ternama Diane Von Furstenberg, dalam otobiografinya pernah menuliskan sebuah kata yaitu:
“Hubungan terpenting dalam hidup Anda adalah hubungan yang Anda miliki dengan diri sendiri. Karena apapun yang terjadi, kamu akan selalu bersama dirimu sendiri.”
Sehingga penting untuk kita mengandalkan diri sendiri untuk nantinya bisa menjadi pola dalam membentuk hubungan lainnya. Nah, berikut adalah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi pengabaian diri.
1. Biarkan Diri Anda Memiliki Perasaan dan Kebutuhan
Setiap individu manusia memiliki perasaan dan kebutuhan masing-masing. Meski saat kecil Anda tidak bisa mengekspresikannya sebagai seorang anak, namun saat ini Anda bisa menjadi tempat yang aman untuk perasaan dan kebutuhan Anda sendiri.
Jika Anda mendengarkan perasaan sendiri, nantinya Anda bisa mengetahui apa yang Anda butuhkan. Lalu ketika Anda memenuhi kebutuhan Anda, Anda akan lebih bahagia dan lebih sehat dalam menjalani kehidupan.
2. Jadilah Otentik
Sumber: Pexels
Selanjutnya jadilah otentik dengan tidak menyembunyikan bagian dari diri Anda karena takut tidak disetujui atau dihakimi orang lain. Perlu diketahui bahwa kita tidak bisa mengatur semua orang untuk menyukai kita, jadi jangan merasa rendah diri hanya demi menyenangkan orang lain.
Jadilah diri yang bisa mengekspresikan perasaan Anda melalui berbagai kegiatan atau penampilan. Mulai dari pekerjaan, gaya rambut dan gaya berpakaian, hingga hobi serta minat Anda. Cobalah untuk meluangkan waktu untuk menemukan kembali apa yang Anda suka dan penting bagi diri sendiri.
3. Latih Belas Kasihan Diri Sendiri
Tanpa disadari, kerap kali kita mementingkan perasaan orang lain dan mengabaikan perasaan milik sendiri. Cobalah untuk memiliki belas kasihan juga pada diri sendiri. Setiap orang memang memiliki hak untuk diperhatikan ketika mereka terpuruk. Namun, jangan lupa bahwa diri kita sendiri pun membutuhkannya.
Alih-alih mengkritik diri karena kegagalan yang terjadi, cobalah untuk berbelas kasih kepada diri sendiri dengan memberikan pengertian ketika dihadapkan pada suatu kegagalan. Jika tidak ada orang lain yang menunjukkan belas kasih atau pengertian pada Anda, jadilah orang tersebut untuk mencintai diri sendiri.
Intinya, cobalah untuk memulai mencintai diri sendiri agar Anda bisa lebih memahami diri tanpa mengabaikan perasaan yang terjadi. Untuk memiliki hidup sehat dan lebih bahagia, cobalah untuk menyeimbangi menetapkan batasan antara orang lain dan diri sendiri.
Dengan begitu, self abandonment atau pengabaian pada diri pun bisa sedikit demi sedikit teratasi. Yuk, mulai belajar untuk mencintai dan menghargai diri sendiri.
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.