Saat kita sakit dan berobat, tak jarang petugas kesehatan meresepkan antibiotik dan diharuskan untuk dihabiskan walau sakit sudah tak dialami. Konsumsi antibiotik ini sudah menjadi hal yang lumrah di masayarakat. Namun, tahukah Parents bahwa mengonsumsinya tanpa indikasi yang jelas bisa menyebabkan kondisi berbahaya yang disebut resistensi antibiotik atau antimicrobial resistence (AMR)?
Menurut dr. Benyamin Sihombing dari World Health Organization (WHO), resistensi ini membuat bakteri jahat menjadi kebal akan obat yang diberikan. Pada 2019 ini, WHO sendiri sudah menetapkan bahwa kondisi resistensi antibiotik ini menjadi 1 dari 10 ancaman yang harus diwaspadai bersama.
“Bila resistensi semakin hebat, kita akan masuk post antibiotik era yang akan menjadi ancaman untuk dunia. Pada 2050 diperkirakan akan terjadi 10 juta kematian akibat resistensi ini,” ujar dr. Benyamin pada acara Pentingnya Kolaborasi Multisektoral, Peran Akademisi dan Kesadaran Masyarakat atasi Resistensi Antibiotik, di RS Universitas Indonesia, Depok.
Pada seseorang dengan kondisi normal, AMR ini bisa berdampak fatal. Hal yang lebih parah ternyata bisa terjadi bila ibu hamil dan ibu menyusui mengalaminya. Oleh karena itu, kita semua wajib mewaspadainya, Parents.
Resistensi antibiotik
resistensi antibiotik
Dr. dr. Hari Paraton SpOG(K) menuturkan bahwa di tubuh kita ada sekitar 90 triliun bakteri yang membantu kita untuk hidup. Tentu, menjadi penting bagi setiap orang untuk menjaga bakteri baik tetap ada, sementara perlu juga untuk menjaga bakteri jahat tidak tumbuh.
Oleh karena itu, resistensi antibiotik ini bisa fatal terjadi pada setiap orang. Saat bakteri sudah resisten terhadap antibiotik, bakteri ada yang bermutasi, sebagian mati, dan sebagian lagi hidup. Bakteri yang bermutasi ini bisa jadi bakteri ganas dan mematikan,” tutur dr. Hari.
Berbagai dampak negatif dari resistensi antibiotik yang bisa terjadi, antara lain:
- Mengancam kemampuan tubuh dalam melawan penyakit infeksi.
- Mengakibatkan kecacatan bahkan kematian.
- Penyakit susah disembuhkan dan penyebarannya sulit.
- Jika jumlah bakteri yang resisten terhadap antibiotik semakin banyak, ragam prosedur medis
seperti transplantasi organ, kemoterapi, pengobatan diabetes, dan operasi besar menjadi sangat berisiko.
- Pasien harus menjalani perawatan yang lebih lama dan menanggung biaya dengan perawatan yang lebih mahal.
Bila sampai terjadi pada ibu hamil, kondisi ini bisa membahayakan lho, Parents. Tak hanya bagi ibu, janin juga bisa merasakan dampak negatifnya.
Artikel terkait : Bisa merusak tulang rawan, ini 10 antibiotik yang dilarang untuk anak-anak
AMR pda ibu hamil
resistensi antibiotik
Menurut dr. Hari, konsumsi antibiotik ini sangat rentan bagi ibu dan janin. Diperlukan penanganan yang khusus bagi ibu hamil dan menyusui.
“Ada antibiotik yang misalnya berdampak pada kondisi anemia anak, ada juga antibiotik yang diduga menyebabkan bayi menjadi pendek,” ujar dr. Hari.
Pada banyak kasus, menurutnya AMR bisa terjadi karena overuse atau penggunaan berlebihan antibiotik yang tak tepat dengan kondisi ibu hamil. Hal inilah yang bisa menyebabkan berbagai kondisi fatal pada ibu dan janinnya.
Infeksi yang menyerang akibat AMR ini bisa berujung pada kematian. “Ada kasus ibu yang melahirkan normal saja bisa meninggal, bisa terjadi karena infeksi, luka membusuk akibat episiotomi,” tuturnya.
Ibu hamil sendiri bila dibandingkan dengan kondisi normal memang lebih rentan infeksi karena kondisi imunitas yang lebih rendah. Oleh karena itu, sebaiknya kita tidak sembarangan dalam mengonsumsi obat, khususnya antibiotik untuk mengatasi masalah kesehatan yang terjadi.
Artikel terkait : Peringatan CDC: Jangan Minum Antibiotik untuk Penyakit yang disebabkan oleh Virus
Apa yang sebaiknya dilakukan?
resistensi antibiotik
Dr. dr. Budiman Bela, SpMK(K), Direktur Umum RS Universitas Indonesia mengatakan bahwa negara yang penggunaan antibiotiknya rendah, angka kejadian bakteri resistennya pun turun. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang sebaiknya diperhatikan dalam hal penggunaan antibiotik ini.
1. Selektif menggunakannya
Menurut dr. Budiman, tidak semua obat bisa diobati oleh antibiotik. Penyakit yang disebabkan karena infeksi bakteri sajalah yang sebetulnya memerlukan bantuan antibiotik.
Namun, tetap perlu perhatikan juga karena tidak semua infeksi butuh antibiotik, misalnya saja diare pada anak yang sebagian besar sebenarnya tidak perlu asupan antibiotik.
Penyakit yang berbahaya seperti infeksi paru-paru, TBC sangat memerlukan asupan antibiotik yang berkala dan tak boleh putus di tengah jalan. Konsumsinya haruslah diawasi oleh dokter.
2. Tidak untuk mengobati penyakit karena virus
Flu, batuk, demam, atau penyakit lain oleh sebagian orang disangka harus diobati dengan asupan antibiotik. Ternyata anggapan ini salah besar, Parents.
Berbagai penyakit yang disebabkan karena virus tidak dianjurkan mengonsumsi antibiotik karena tidak tepat sasaran, hal ini lah yang kemungkinan bisa menyebabkan resistensi antibiotik dalam tubuh.
Beberapa penyakit akibat virus lainnya yang tak diperlukan asupan antibiotik adalah cacar air, gondok, campak, malaria, demam berdarah, dan lainnya.
3. Pemberian dosis dan jenis tidak boleh salah
Setelah mengetahui penyebab pasti sakit, hendaknya seseorang tidak mengonsumsi antibiotik secara sembarangan. Konsumsinya haruslah sesuai dengan resep dokter karena dosis dan jenis antibiotik ini beragam.
Khusus untuk ibu hamil, sangat tidak dianjurkan untuk mengobati diri sendiri, sehingga konsistenlah berkonsultasi ketika mengalami sakit selama kehamilan.
4. Jangan membeli antibiotik sembarangan
Menurut dr. Budiman, resistensi antibiotik yang terjadi di Indonesia hendaknya diselesaikan dari hulu ke hilir, dalam berbagai aspek. Aspek yang paling penting ialah petugas kesehatan yang seringkali meresepkan antibiotik untuk banyak penyakit.
Oleh karena itu, sekali pun sudah pernah diresepkan antibiotik oleh dokter pada kondisi sakit sebelumnya, tetap berhati-hati dalam mengonsumsi antibiotik ini. Hindari membeli antibiotik sembarangan di apotek tanpa mengetahui kegunaan dan diagnosis dari dokter.
Nah Parents, sebaiknya tetap berhati-hati ya dalam mengonsumsi antibiotik, khususnya saat hamil untuk menghindari AMR. Tetap selalu berkonsultasi dengan dokter bila mengalami masalah kesehatan dan jangan mendiagnosis atau membeli antibiotik sendiri.
Baca Juga :
Waspadai Bahaya Penggunaan Antibiotik yang Berlebihan
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.