Banyak wanita yang memilih melahirkan secara sesar (caesar) tanpa indikasi. Padahal persalinan caesar cukup berisiko lo, Bunda. Berikut resiko persalinan caesar yang perlu Bunda ketahui!
Klik image di bawah ini untuk baca lebih lanjut
Apa itu persalinan caesar?
Jumlah persalinan sesar terus meningkat selama 30 tahun terakhir. Pada bulan November 2005, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) melaporkan tingkat kelahiran sesar di Amerika Serikat mencapai persentase tertinggi yaitu 29,1%. Ini berarti bahwa 1 dari 4 ibu hamil di Amerika menjalani persalinan caesar.
Artikel terkait: 3 Fakta Tentang Ibu Melahirkan Cesar yang Harus Diketahui Semua Orang
Penting untuk mengetahui dan memahami risiko sebelum menjalani operasi sesar. Pemahaman yang baik mengenai tindakan sesar akan membantu Anda untuk memahami penjelasan dari penyedia layanan kesehatan untuk membuat keputusan.
***
Yuk bergabung bersama Parents lainnya saling berbagi cerita dan pengalaman di aplikasi theAsianparent dengan klik banner di bawah ini!
Risiko melahirkan sesar
- Infeksi. Infeksi dapat terjadi di sepanjang luka sayatan, di dalam rahim, dan di organ panggul lainnya (seperti kandung kemih).
- Risiko perdarahan atau kehilangan darah meningkat. Anda akan kehilangan lebih banyak darah saat menjalani persalinan sesar, dibandingkan dengan persalinan pervaginam (normal). Hal ini dapat menyebabkan anemia atau transfusi darah.
- Cedera pada organ. Persalinan caesar memungkinkan seseorang mengalami cedera pada organ lain, seperti usus atau kandung kemih (2 kejadian per 1002 persalinan caesar).
- Adhesi. Jaringan parut dapat terbentuk di dalam daerah panggul, menyebabkan penyumbatan dan rasa sakit. Adhesi juga dapat menyebabkan komplikasi kehamilan di masa depan, seperti plasenta previa atau solusio plasenta.
- Lebih lama dirawat di rumah sakit. Setelah sesar, Anda mungkin akan dirawat di rumah sakit antara 3-5 hari setelah kelahiran (lebih lama dari persalinan normal). Jumlah waktu yang dibutuhkan untuk pemulihan setelah sesar juga cukup lama dibandingkan dengan persalinan pervaginam.
- Reaksi terhadap obat-obatan. Mungkin ada reaksi negatif terhadap anestesi yang diberikan selama sesar.
- Risiko operasi tambahan. Jika terjadi masalah setelah operasi sesar, Anda bisa saja menjalani histerektomi (pengangkatan rahim), perbaikan kandung kemih atau operasi sesar lainnya.
- Kematian ibu. Angka kematian ibu untuk sesar lebih tinggi dibandingkan dengan kelahiran pervaginam.
- Reaksi emosional. Beberapa wanita yang pernah menjalani operasi sesar melaporkan perasaan negatif tentang pengalaman melahirkan mereka.
Artikel terkait: Ingin persalinan normal? Bumil wajib lakukan 7 hal ini
Resiko persalinan caesar untuk bayi
- Kelahiran prematur. Jika usia kehamilan tidak dihitung dengan benar, bayi yang dilahirkan secara sesar dapat lahir terlalu dini, dan memiliki berat badan lahir rendah.
- Masalah pernapasan. Bayi yang dilahirkan melalui operasi sesar lebih cenderung mengalami masalah pernapasan.
- Skor APGAR yang rendah. Bayi yang dilahirkan dengan sesar 50% lebih cenderung memiliki skor APGAR yang lebih rendah daripada bayi yang dilahirkan secara normal.
- Cidera janin. Bayi bisa saja terluka selama operasi sesar, namun kejadian ini sangat jarang terjadi (rata-rata 1-2 bayi per 100 persalinan).
Jika penyedia layanan kesehatan Anda menyarankan operasi caesar dalam situasi yang tidak darurat, luangkan waktu Anda untuk berdiskusi mengenai urgensi prosedur sesar ini. Dapatkan juga informasi mengenai prosedur standar setelah sesar dan kemungkinan melakukan Inisiasi Menyusui Dini.
Semoga informasi di atas bermanfaat!
Sumber: American Pregnancy Association
Baca juga:
Seputar Operasi Caesar: Tahapan, Risiko dan Persiapan
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.