Memiliki anak adalah dambaan banyak pasangan yang menikah. Berbagai persiapan sudah dilakukan agar mendapat momongan dalam waktu yang cepat. Namun tidak semua Parents berpikiran sama, banyak hal yang diperhitungkan ketika hendak memiliki buah hati. Mulai apakah nanti rasa sakitnya sepadan dengan kehadiran sang bayi hingga apakah bisa membesarkan anaknya dengan baik? Apalagi banyak ketakutan saat proses melahirkan yang didengar membut tambah risau Bunda.
Berbagai pertanyaan itu selalu menghantui banyak orang tua, Parents masih mempertimbangkan kehadiran si buah hati? Mungkin pengalaman nyata salah satu Bunda berikut ini bisa menginspirasi! Ini kisah lengkapnya.
Ketakutan akan Proses Melahirkan
Melahirkan adalah suatu bagian yang paling menakutkan dalam hidup saya. Saya takut akan kenyataan bahwa saya mungkin tidak akan selamat, sehingga bayi saya tidak akan mengalami bagaimana rasanya dirawat oleh ibu kandungnya. Tapi saya bersyukur kepada Tuhan bahwa saya ternyata bisa bertahan dan selamat. Kandungan sehat hingga proses melahirkan. Ketakutan yang saya khawatirkan ternyata tidak terjadi.
Ternyata Saya Mengalami Preeklampsia
Saat melakukan pemeriksaan mingguan rutin seperti biasa, saya terkejut saat dokter kandungan bilang kalau sudah waktunya untuk melahirkan. Dokter kandungan bilang kalau saya ternyata menderita preeklampsia. Preeklamsia seringnya ditandai dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) dan adanya protein dalam urine (proteinuria). Dan cara penanganan terbaik adalah dengan bayi segera dilahirkan.
Artikel Terkait : Hati-hati! Preeklampsia setelah melahirkan bisa terjadi, kenali gejalanya
Walau begitu saya sangat bahagia dan sangat senang karena bisa melihat bayi yang selama ini di dalam kandungan. Tapi jujur, ketakutan akan proses yang akan terjadi pada saya dan bayi begitu besar. Apakah bisa kita berdua berhasil? Saya sangat takut, walau selalu mencoba untuk tenang.
Berusaha Menenangkan Hati Dengan Senjata Doa
Ketakutan demi ketakutan datang, tapi saya berusaha menenangkan diri. Karena untuk saat ini, cara terbaik yang bisa saya lakukan adalah tenang dan berdoa.
Buat saya, doa adalah senjata terbesar terbaik sekarang. Saya terus berdoa begitu kencang, begitupun dengan keluarga. Dan memang itu berhasil, saya lebih tenang menghadapi segala macam proses melahirkan ke depannya.
Menunggu Kontraksi di Rumah Sakit
Saya pun bergegas berangkat ke rumah sakit dan dirawat untuk proses persalinan. Dokter kandungan saya sangat koperatif, dia selalu mencoba untuk melakukan hal terbaik agar saya bisa menjalani persalinan aktif. Selama di rumah sakit, saya tidak merasakan sakit yang berlebihan.
Sambil berdoa, saya tetap fokus agar dipermudah proses persalinannya. Walau hanya menunggu lahiran normal seperti pekerjaan yang cukup mudah, buat saya masa itu adalah waktu yang sangat panjang.
Artikel Terkait : Fakta Menarik Kontraksi Jelang Melahirkan, Tahapan hingga Tips Menghadapinya
Proses Persalinan Tiba Dengan Terus Afirmasi Positif Pada Bayi
Akhirnya kesabaran saya menunggu akhirnya telah tiba. Iya, waktu persalinan. Saya mengalami proses persalinan hampir dua jam. Selama itu saya hanya bisa menguatkan hati untuk terus berdoa agar memperlancar prosesnya. Saya terus bicara dan mengafirmasi positif sama bayi dalam perut.
Ini yang saya terus menerus katakan pada si bayi sambil mengelus perut.
“Sayang, tidak apa-apa. Saya bisa mengatasi rasa sakitnya. Yuk semangat buat prosesnya cepat dan segera keluar sekarang”.
Artikel Terkait : 3 Tahapan Rasa Sakit Saat Persalinan, Gambaran Rasanya Melahirkan Normal
Saya menangis walau tanpa suara kesakitan. Tapi saya terus berusaha meyakinkan bayi, kalau saya baik-baik saja. Dan akhirnya bayi pun keluar dengan selamat. Ya, kami berhasil melewatinya!
Rasa Sakitnya Sepadan Saat Melihat Sang Bayi
Sumber : Foto Bunda Maricon Del Prado-Egme
Buat saya, proses melahirkan yang terlihat mudah itu ternyata adalah suatu perjalanan yang sangat panjang. Saya juga sangat bersyukur hanya mengalami rasa sakit kontraksi yang hanya dua jam. Meskipun dua jam buat saya termasuk penantian yang panjang, tapi rasa sakitnya sepadan. Apalagi saat melihat sang bayi dalam pelukan saya, terasa hilang rasa sakitnya.
Mungkin kalau saya mengalami kontraksi yang sakit selama berjam-jam, entahlah saya tidak tahu apakah ide untuk memiliki bayi kedua termasuk gagasan yang baik saat itu. Mungkin ceritanya akan berbeda. Yang pasti, saya bersyukur kami berdua berhasil melewati proses yang panjang bersama.
Setiap Bunda pasti memiliki cerita kelahiran sendiri yang sangat luar biasa. Mau proses persalinan lama atau cepat pun pasti Bunda sudah sangat berusaha sekuat tenaga. Tapi proses penantian melahirkan yang walau sebentar tetap terhitung lama bagi Bunda yang mengalami. Betul tidak? Kalau kisah Parents sendiri bagaimana? Pasti menakjubkan juga kan?
Bunda punya kisah menarik lainnya mengenai kehidupan keluarga, kehamilan, atau seputar Parenting lainnya? Yuk share cerita Bunda di aplikasi TheAsianparent.
Artikel ini diterjemahkan dari tulisan Maricon Del Prado-Egme TheAsianParent Filipina
Baca Juga :
Kisah Nyata Perjuangan Ibu Menyusui Dengan Puting Terbalik
Kisah Nyata : Saya Melahirkan di rumah
Kisah perjuangan kehamilan kembar : “Salah satu kantong janinku kosong.”
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.