Jam 4:30 di pagi hari, sekitar 3 minggu sebelum tanggal melahirkan, aku mengalami Braxton Hicks yang ke 125 (kurasa begitu) sejak pembuahan. Dan kemudian tiba-tiba, aku merasa seperti aku akan buang air besar .. Saat itu aku tidak menyangka aku akan melahirkan di rumah.
Kisah ibu yang melahirkan di rumah tanpa bidan
Aku pergi ke toilet, duduk di sana untuk waktu yang terasa seperti selamanya, tetapi tidak ada yang terjadi. Tiba-tiba, terasa rasa sakit tajam, dan Braxton Hicks tidak terasa seperti Braxton Hicks lagi. Intervalnya bertambah rapat, hanya selang 5 menit dari kontraksi satu dengan berikutnya. Aku segera menelepon bidan, dan ia mendengarkan aku berbicara di sela kesakitan. Aku hanya bisa meraung kesakitan selama kontraksi, dan ia berteriak di telepon: “Keluar dari toilet sekarang juga! Kau akan melahirkan!”
Diberi petunjuk melalui telepon
Dia mulai memberi petunjuk bagaimana mempersiapkan persalinan, karena aku akan segera melahirkan di rumah tanpa keburu ke rumah sakit. “Ambil handuk bayi yang bersih, lalu bersiap dengan posisi melahirkan pilihan Anda (saya memilih posisi berlutut). Minta ibu mertua untuk membantu (karena suami saya masih bekerja di Hong Kong), dan menunggu sampai saya datang, ” katanya memberi instruksi. Ia juga akan memanggilkan ambulan untukku.
Aku membangunkan anak sulungku yang sedang tidur di tempat tidurku, dan memintanya untuk memanggil ibu mertua yang sedang tidur di sebelah kamar. Ayah mertua, yang masih dalam keadaan mengantuk terkejut, bertanya apakah aku membutuhkan air panas. Aku tidak punya waktu lagi untuk berbasa-basi lagi kepada ayah mertua. Aku langsung berlutut di samping tempat tidur karena aku tidak mau mengotori kasur. Ibu mertua meletakkan handuk di bawahku. Bidan terus berbicara denganku di telepon, menginstuksikan untuk menarik nafas, mendorong, sambil ia berganti pakaian hingga memanggil taksi dengan panik.
Setengah jam kemudian, bayi Benediktus-ku lahir. Dia sepenuhnya terjaga ketika keluar dari tubuhku, dan ia tidak menangis. Sebaliknya, ia membuka matanya dan memandang sekeliling, mencoba mencari tahu apa yang terjadi. Ketika akhirnya menangis, aku cepat-cepat meletakkannya dadaku, dan ia puas menyusu.
Ketika bidan tiba di rumah
Bidanku tiba setelah itu dan ia menyaksikan aku mengeluarkan plasenta. Dengan cepat ia membungkus plasenta dalam kantong plastik sehingga dokter dapat memeriksanya. Beberapa saat kemudian ambulan datang. Tim paramedis mendorongku ke dalam ambulan. Aku sambil memeluk bayiku dan membawa kantong berisi plasentaku. Semua terjadi begitu cepat sehingga hanya rasa senang yang kuingat ketika itu. Aku tak pernah membayangkan akan melahirkan di rumah seperti ini.
Ketika tiba di rumah sakit, semua perawat begitu kagum karena saya melahirkan di rumah. Aku merasa benar-benar bahagia, setelah melewati persalinan yang lancar. Bayiku benar-benar diberkati Tuhan karena mengalami persalinan walaupun melahirkan di rumah sebelum bidan datang. Sementara itu dokter menjahitku. Menurutku, ini lebih menyakitkan daripada melahirkan. Ketika bayi Benediktus dikembalikan lagi kepada saya, ia kembali menyusu dengan senangnya. Keesokan paginya, ketika bertemu dengan dokter kandungan aku bergurau, “Dokter tidak membantu persalinanku, aku minta diskon.” Kisahku ini benar-benar lucu!
Fase-Fase dalam melahirkan
Fase Latent
WebMD menulis, tahap pertama (masa kontraksi) merupakan bagian persalinan terpanjang bahkan bisa bertahan hingga 20 jam sebelum bayi lahir. Tahapan ini (fase awal) dimulai ketika serviks mulai terbuka (membesar) dan berakhir ketika sudah benar-benar terbuka penuh (sampai pembukaan 10).
Leher rahim lama-lama akan semakin menipis dan membuka jalan lahir. Anda akan merasakan kontraksi ringan yang berlangsung selama 30-90 detik. Semakin lama, kontrasi akan dirasakan semakin teratur. Misalnya saja terjadi setiap 5 menit sekali.
Kemudian seiring berjalannya waktu, leher rahim akan mulai terbuka sedikit demi sedikit. Kemudian akan ada lendir bercampur darah yang keluar dari vagina. Fase awal ini akan berakhir saat pembukaan leher rahim sudah mencapai 4-6. Tapi, setiap ibu akan mengalami waktu yang berbeda-beda saat mencapai pembukaan. Kalau ini persalinan pertama, biasanya akan membutuhkan waktu 6-12 jam. Tapi jika sebelumnya Anda sudah pernah melahirkan, biasanya akan berlangsung lebih cepat.
Fase Persalinan Aktif
Tahap persalinan kedua dimulai ketika serviks Anda sepenuhnya melebar pada ukuran 10 sentimeter. Fase persalinan aktif akan terus berlanjut sampai bayi melewati jalan lahir ke vagina, hingga pada akhirnya terlahir ke dunia. Anda bisa melalui fase ini selama dua jam atau lebih.
Fase transisi
Meski Anda sudah dapat melihat, memeluk dan mencium bayi, proses persalinan belum berhenti sampai disini. Proses selanjutnya yang akan dialami ialah Bunda harus menunggu hingga plasenta keluar dari dalam rahim. Biasanya plesenta akan keluar setelah 5-10 menit setelah bayi lahir. Namun ada pula yang menunggu hingga 1 jam.
Pada tahap transisi ini, Bunda bisa melakukan inisiasi menyusui dini (IMD) kepada bayi. Seperti yang kita tahu, proses IMD akan sangat bermanfaat untuk menciptakan bonding antara Anda dan bayi. Meskipun terkesan sulit saat pertama, jangan menyerah. Teruslah mendekatkan bibir bayi ke payudara Anda hingga dia mengisap puting payudara.
Setelah plasenta lahir, dokter atau bidan akan menjahit luka robekan jalan lahir (episiotomi). Tapi sebelumnya Anda akan diberikan obat bius untuk mengurangi nyeri.
Semangat, Bunda!
Ingin membaca kisah nyata lainnya? Klik di sini untuk membaca : Aku Melahirkan Tanpa Rasa Sakit
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.