Bukan rahasia lagi bahwa punya anak sama artinya dengan menambah pekerjaan baru. Karena pada umumnya seorang anak selalu aktif bergerak di mana saja sehingga rasanya sulit sekali untuk punya rumah yang selalu rapi.
Ternyata, kenyataannya tak selalu begitu. Sebagian kecil orangtua berhasil mendisiplinkan anaknya agar ikut menjaga kerapian rumah.
Melalui status Facebooknya, ibu asal Malaysia bernama Rusyainie Ramli ini menjelaskan bahwa penyebab utama mengapa ia memiliki rumah yang selalu rapi adalah anak-anaknya yang selalu disiplin dan tak pernah ‘nakal’.
Berikut status Facebooknya:
Arti postingan itu adalah sebagai berikut:
Rumah Berantakan
Banyak yang bertanya, apakah dari kecil anak-anak saya tidak pernah memberantaki barang-barang di dalam rumah? Karena mereka lihat rumah saya tampak selalu rapi dan teratur.
Ya. Tidak pernah. Saya telah mengumpulkan magnet untuk ditempatkan di kulkas semenjak 12 tahun lalu. Sudah 3 kali pindah rumah, 3 kali ganti kulkas.
Anak-anak tidak pernah menyentuh magnet kulkas itu. Pada saat itu mereka hanya merangkak saja. Dinding rumah saya pun tidak memiliki coretan. Perabotan saya tidak ada yang rusak disebabkan efek yang biasa disebut sebagai hasil kreativitas anak.
Hal itu karena saya sudah menyiapkan peralatan dan tempat untuk mereka bermain.
Datanglah ke rumah ibu saya. Rumahnya penuh dengan segala hiasan. Cucu ibu ada 6 orang. Seorang pun tidak menyentuh vas dan mangkuk kristal yang disusun dan diatur di atas meja.
Bunga tiruan yang harganya tidak murah pun tak pernah dipetik oleh cucu-cucu ibu. Mereka bermain di area yang sudah ibu tetapkan. Makan dan minum pun harus di meja di ruang yang tepat.
Untuk dapat hidup yang nyaman, aturan harus selalu ada. Kita tidak bisa hidup tanpa adanya peraturan-peraturan.
Disiplin dimulai dari rumah. DARI RUMAH.
Tidak lucu bagi saya jika anak saya memainkan lotion dan menggosokannya ke seluruh lantai. Tidak lucu bagi saya jika anak saya bermain-main dengan kosmetik saya. Tidak lucu bagi saya jika perhiasan rumah saya dipakai untuk mainan anak.
Ninie
Jika anak saya nakal, itu tanda bahwa saya gagal mendidik dan mengajar anak-anak saya.
Pro dan kontra seputar rumah yang selalu rapi dan anak yang selalu baik
Banyak kritik yang mampir di dalam postingan Facebook tersebut. Apalagi ketika ibu tersebut menyebut seolah anak yang suka membuat rumah berantakan adalah anak nakal dan jadi tanda kegagalan mendidik orangtuanya.
Bahkan, seorang guru bernama ikut berkomentar bahwa ia banyak menemukan anak yang penurut di rumah seperti itu justru jadi anak yang sangat nakal di sekolah.
Ia berkata, “saya telah bertemu dengan banyak anak yang seperti ini di rumahnya. Tapi ketika di sekolah, ia jadi anak yang sangat nakal karena hanya di sekolahnya lah tempat untuk membebaskan emosinya. Bahkan teman sekolahnya pun dihajar juga oleh anak tersebut.”
Seorang ibu bernama berkomentar panjang yang intinya memaklumi anak yang sedang giat bereksplorasi dengan lingkungannya. Termasuk jika anak membuat impian tentang rumah yang selalu rapi jadi buyar.
Ia juga memberikan pertanyaan penting, “jika membuat magnet kulkas berpindah tempat dan rumah berantakan saja disebut sebagai nakal dan ciri orangtua yang gagal, maka bagaimana jika anak gagal ujian di sekolah? Aku dibesarkan oleh orangtua yang super disiplin dan banyak aturan. Akhirnya aku jadi pribadi yang sebaliknya, suka bohong ke orangtua. Pastinya aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama untuk anakku.”
Ada banyak cara dalam mendisiplinkan anak yang disarankan oleh para psikolog. Namun, hampir tak pernah ada psikolog yang menyatakan bahwa anak yang selalu menurut dan patuh itu baik untuk kesehatan mentalnya.
Rumah berantakan karena anak itu, baik
Secara alamiah, anak mestinya memiliki kemampuan dan kesempatan untuk mengekspresikan dirinya. Anak yang memiliki mental yang kuat dapat menyeimbangkan reaksi positif dan negatif dalam banyak hal.
Normalnya, anak bisa jadi orang yang kecewa, marah, memberontak, dan suka memberantaki rumah. Namun, secara alami, anak-anak pun memiliki nilai-nilai kebaikan murni yang bisa diterapkan sebagai pelita hidupnya.
Artikel terkait: Tips mendisiplinkan anak tanpa memukulnya.
Jika seorang anak jadi pribadi yang baik, itu bukan karena orangtua menyuruhnya untuk selalu jadi anak baik dan penurut. Melainkan karena ia punya kesadaran untuk melakukannya.
Penelitian menunjukkan bahwa anak bisa mengalami kekerasan emosional jika orangtuanya narsis dan perfeksionis. Sebaliknya, anak memiliki daya kreativitas tinggi serta tingkat emosional yang lebih baik jika ia mengalami masa menjadi pemberontak dan memiliki kebebasan untuk mengekspresikan emosinya.
Sebagai orangtua, gaya pengasuhan mana yang Anda pilih? Membuat rumah selalu rapi, atau mengizinkan anak untuk memberantaki rumah sesekali?
Baca juga:
30 Foto Rumah ‘Kapal Pecah’ ini Akan Menghibur Anda yang Kesal Akibat Kenakalan Anak di Rumah
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.