Istilah depresi pascamelahirkan rasanya bukan sesuatu yang asing di era sekarang. Karena alasan ini, pasangan dan keluarga diharapkan bisa mencurahkan perhatian pada sosok ibu yang baru saja memiliki baby. Namun jangan lupa, si ayah juga butuh dukungan, lo. Sebab, postnatal depression pada ayah merupakan sebuah keniscayaan.
Memiliki anak memang membawa perubahan besar dalam hidup masing-masing pasangan. Hal ini rentan memicu stres di masa-masa awal mengasuh bayi. Ada kekhawatiran terkait kondisi finansial keluarga, tanggung jawab baru, hingga perubahan dalam hubungan dengan pasangan.
Si ayah juga mungkin merasa bersalah terkait apa yang dialami pasangannya setelah melahirkan. Misalnya, karena ibu harus terbangun setiap jam 3 pagi untuk menyusui atau harus tertatih-tatih selama fase pemulihan.
Kepala Psikiater Queensland Health, Dr John Reilly mengatakan, para ayah yang baru pertama kali menghadapi persalinan istrinya mungkin rentan terhadap gangguan mental pascapersalinan.
“Hidup tampaknya berubah secara tiba-tiba, Anda memiliki manusia untuk dirawat dan itu bisa sangat menakutkan,” katanya, melansir laman Queensland Health.
“Anda kurang tidur, rutinitas berubah, waktu luang yang jauh lebih sedikit dan Anda menghabiskan lebih banyak energi untuk merawat si kecil daripada diri Anda sendiri,” terangnya lagi.
Artikel terkait: Bukan Cuma Milik Perempuan, Ketahui 4 Penyebab Infertilitas Pria
Penyebab Postnatal Depression Ayah
Penyesuaian terhadap kehidupan keluarga dan tekanan untuk belajar membesarkan anak dapat membuat ayah merasa kewalahan dan stres. Masalah ini bisa diperparah karena kurangnya waktu tidur atau untuk sekadar bersantai.
Ayah baru yang berusia di bawah 25 tahun lebih mungkin mengalami depresi pascapersalinan daripada rekan-rekan mereka yang lebih tua. Namun tentu saja, usia bukan satu-satunya faktor penentu.
Postnatal depression ayah mungkin lebih sering terjadi pada mereka yang memiliki faktor risiko, seperti:
- Kurangnya dukungan praktis, emosional, maupun sosial
- Riwayat masalah kesehatan mental
- Pasangan mengalami fase kehamilan yang berat
- Bayi sakit
- Menemukan fakta bahwa mengasuh anak ternyata berbeda dari harapan
- Mengalami kesulitan dalam hidup maupun hubungan
- Tekanan dalam hal keuangan
- Memiliki masalah atau riwayat ketergantungan alkohol dan obat-obatan
Seperti halnya para ibu, ayah juga dapat mengalami perubahan hormonal. Hormon seperti testosteron dan kortisol dapat berubah pada pria setelah kelahiran anak mereka. Kondisi ini juga bisa memicu depresi.
Meskipun angkanya tinggi, nyatanya depresi pascapersalinan di kalangan pria sering tidak terdiagnosis. Pasalnya, gejala depresi tersebut tampak mirip dengan stres sehari-hari yang dirasakan saat merawat bayi baru lahir.
Artikel terkait: Kisah Depresi Seorang Ayah, “Sejak istriku melahirkan, aku mulai berpikir untuk bunuh diri.”
Gejala Depresi Pascapersalinan pada Laki-Laki
Gejala depresi bisa terlihat berbeda pada laki-laki dan perempuan. Beberapa tanda yang lebih umum pada laki-laki meliputi:
- Perubahan suasana hati, seperti perasaan sedih, rendah diri, cemas, dan kewalahan.
- Menjadi pemarah, frustrasi, dan agresif.
- Ketakutan, kebingungan, ketidakberdayaan, dan ketidakpastian tentang masa depan.
- Kehilangan minat dalam pekerjaan atau kegiatan favorit.
- Bekerja sepanjang waktu.
- Menarik diri dari pasangan, keluarga, dan teman.
- Mereka yang memiliki riwayat depresi mungkin berisiko lebih besar mengalami depresi pascapersalinan.
- Ayah baru yang pasangannya juga mengalami gejala depresi.
- Mengalami kehilangan kepercayaan diri yang signifikan dan berpikir bahwa anaknya lebih baik bersama orang lain.
Selain itu, depresi juga dapat dinilai dari sejumlah gejala fisik. Antara lain tidak bisa tidur atau tidur berlebihan, perubahan nafsu makan dan berat badan, gangguan pencernaan, sakit kepala, tingkat energi rendah, hingga berkurangnya gairah seks.
Dampak Negatif Postnatal Depression pada Ayah
Depresi pascapersalinan pada ayah dapat memengaruhi hubungan dengan pasangannya. Tak menutup kemungkinan juga memengaruhi hubungan dengan si kecil.
Ayah mungkin tampak enggan bermain dan kurang dekat dengan anak. Ia juga berbicara dengan nada negatif, hingga mendisiplinkan anak lebih keras.
Depresi ayah dikaitkan dengan masalah emosional, sosial, dan perilaku serta keterlambatan perkembangan pada anak di kemudian hari. Terlebih jika seorang ayah mengalami depresi sebelum dan sesudah melahirkan.
Sayangnya, banyak pria menertawakan depresi pascapersalinan yang mungkin saja dialami ayah. Bahkan jika mereka menerimanya, mereka mungkin tidak mengakui bahwa hal itu memengaruhi mereka.
Artikel terkait: Waspada! Stres pada ayah bisa pengaruhi perkembangan otak bayi
Apa yang Harus Dilakukan?
Untuk mempertahankan suasana hati yang positif saat tengah menghadapi peran sebagai ayah baru, berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan:
- Konsumsi makanan sehat bergizi seimbang
- Olahraga rutin dan teratur
- Istirahat, tidurlah setiap kali ada kesempatan
- Batasi konsumsi minuman beralkohol
- Bicarakan perasaan Anda, entah itu dengan pasangan, orang tua, atau siapa pun yang mau mendengarkan tanpa menghakimi
Menyesuaikan diri dengan bayi baru memang membutuhkan waktu. Wajar jika suasana hati Anda mengalami perubahan atau gejolak.
Gejala postnatal depression pada dasarnya bisa berbeda antara satu individu dengan individu lainnya. Namun, jika Anda merasa rendah diri, sedih, atau tidak termotivasi selama dua minggu atau lebih, Anda mungkin mengalami depresi. Pertimbangkan untuk meminta bantuan dari konselor atau psikoterapis.
****
Meminta bantuan saat menghadapi gejala postnatal depression ayah bukan berarti Anda lemah. Sebaliknya, itu berarti Anda melakukan apa yang perlu dilakukan sehingga Anda bisa menjadi pasangan dan ayah terbaik.
Si Kecil sudah lahir? Pantau perkembangannya dan update profil kamu sekarang di: community.theasianparent.com/duedate/update
Baca juga:
Adele dan Kisahnya Berjuang Melawan Depresi Pasca Melahirkan
Baby blues pada ayah juga bisa terjadi, ini cara mencegahnya