Gadget seolah tak bisa dilepaskan dari kehidupan anak-anak yang lahir di zaman milenial, begitupun mereka yang masih di bawah umur 12 tahun. Padahal, potensi ponsel merusak otak anak bisa terjadi jika anak dibiarkan terlalu lama menatap layar gadget tersebut.
Para ilmuwan sudah memberikan istilah baru terhadap perilaku kecanduan gadget yang mereka sebut screen dependency disorder (gangguan ketergantungan terhadap layar gadget), atau SDD.
Sebuah penelitian terbaru menemukan, 30% anak di bawah usia 6 bulan sudah mengalami paparan gadget secara rutin dengan rata-rata 60 menit per hari. Di usia 2 tahun, 9 dari 10 anak mendapat paparan gadget yang lebih tinggi dan berpotensi membuat mereka mengalami SDD.
Potensi ponsel merusak otak anak bisa lebih tinggi jika si kecil terkena paparan gadget sejak dini.
Artikel terkait: Usia terbaik memberikan gadget pada anak menurut Bill Gates
Tanda-tanda anak mengalami Screen Dependency Disorder
Waspadai tanda-tanda anak mengidap SDD berikut ini:
- Sibuk dengan gadget, dan anak menjadi agresif jika tidak memegang gagdet.
- Anak menangis dan tantrum ketika gadget diambil darinya.
- Tidak berhenti main gadget meski orangtua sudah menyuruhnya berhenti.
- Tidak tertarik bermain di luar rumah atau kegiatan ekstra di sekolah, lebih memilih bermain gadget seharian.
- Tetap main gadget walaupun sudah tahu dampak negatifnya.
- Memaksimalkan setiap kesempatan agar bisa main gadget lebih lama, bahkan hingga berbohong pada orangtua.
- Menggunakan gadget untuk mengalihkan perhatian, dan selalu memohon main lebih lama saat Parents menyuruhnya berhenti.
Artikel terkait: 6 Tips mengatasi kecanduan gadget pada anak
Ponsel merusak otak anak dan menganggu proses tumbuh kembangnya
Penelitian ini mengumpulkan data dampak dari anak yang terlalu sering bermain gadget, paparan layar ponsel merusak otak anak. Hingga berakibat pada tumbuh kembang otaknya.
-
- Anak kurang tidur, dan kemampuannya untuk fokus sangat rendah. Anak lebih sering tidur di siang hari dan terjaga di malam hari. Setiap penggunaan gadget selama 15 menit, mengurangi waktu tidur anak 60 menit.
- Speech delay pada anak yang memiliki waktu bermain gadget tinggi
- Masalah dalam tumbuh kembang fisik anak, seperti berat badan turun atau malah naik dengan drastis, sakit kepala, kurang gizi, insomnia, hingga masalah penglihatan.
- Masalah tumbuh kembang emosi anak seperti kecemasan, perasaan kesepian, rasa bersalah, isolasi diri, dan perubahan mood yang drastis.
Studi ini juga menunjukkan, SDD membuat otak anak menyusut, hingga memegaruhi kemampuan mengatur rencana, organisir dan lain-lain. Selain anak, remaja dan orang dewasa juga menghadapi dampak negatif dari paparan gadget yang berlebihan. Namun, karena otak anak masih berkembang, maka dampaknya lebih buruk bagi mereka.
Ponsel merusak otak anak jika terlalu sering terpapar, apa yang bisa Parents lakukan?
Ponsel merusak otak anak jika paparannya dibiarkan terlalu banyak.
1. Memberi teladan pada anak
Untuk mencegah anak mengalami SDD dan dampak buruk lainnya dari penggunaan gadget yang berlebihan, orangtua harus mau memberi teladan. Saat bersama anak, taruh gadget Anda dan berinteraksilah dengan anak tanpa gangguan gadget.
Interaksi anak dengan orang dewasa bisa mengasah kemampuan anak dalam berkomunikasi, etika sosial hingga memahami ekspresi wajah dan isyarat non verbal lainnya. Anak tidak akan menguasai semua kemampuan ini jika menghabiskan waktu terlalu lama di depan layar gadget.
2. Memberi jadwal penggunaan gadget sesuai usia anak
Berikut ini pedoman pemberian waktu bermain gadget pada anak sesuai usianya, berdasarkan rekomendasi dari American Academy of Pediatrics.
- Anak di bawah usia 18 bulan. Hindari penggunaan gadget kecuali untuk video-call
- Anak usia 2-5 tahun. Batasi penggunaan gadget hanya 1 jam perhari, dan usahakan anak hanya melihat hal-hal yang baik dan bermanfaat bagi tumbuh kembangnya. Pendampingan sangat disarankan agar orangtua bisa menjelaskan apa yang dilihat anak di layar.
- Anak di atas usia 6 tahun. Batasi waktu anak dalam bermain gadget. Pastikan kegiatan rutinnya seperti tidur cukup, aktivitas fisik, dan lainnya tidak terganggu dengan kesenangan bermain gadget.
Orangtua harus ingat, bahwa kecerdasan si kecil bukan ditentukan dari bagaimana pintarnya dia dalam menggunakan gadget atau ponsel Anda. Namun, dari cara dia berpikir dan mengatur waktu bermain dengan gadget sendiri.
Sebenarnya, gadget juga bisa menjadi alat belajar yang baik bagi anak. Asal diarahkan dengan benar, dan tentu saja tidak berlebihan dalam menggunakannya, hingga membuat anak malas bermain dengan teman atau bahkan enggan mengerjakan PR.
Kebijakan orangtua dalam menerapkan aturan penggunaan gadget pada anak menjadi faktor terpenting. Maksimalkan dampak positif gadget pada anak, dan minimalkan dampak buruknya.
Semoga bermanfaat.
Baca juga:
Penelitian: Ini 10 Bahaya Gadget pada Anak di bawah Usia 12 Tahun
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.