3 Pola Pikir Ini Bikin Hidup Jadi Susah, Perlu Dihindari!

Pola pikir yang tidak tepat dapat mempesulit kita mencari solusi dalam suatu permasalahan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Parents, perjalanan hidup memang tak selalu sesuai dengan keinginan. Seringkali kita menemui berbagai rintangan yang membuat hati dan pikiran menjadi muram. Apakah akan menyerah atau justru merasa tertantang saat berhadapan dengan rintangan, itu tergantung pada bagaimana pola pikir kita.

Pola pikir yang kita miliki akan membuat kita menjadi sosok terampil menghadapi rintangan, atau justru sebaliknya, menjadikan rintangan sebagai dalih untuk menerima kegagalan.

Contoh, jika anak tidak mau makan sayur, apakah Parents akan berusaha mencari cara menyajikan sayur dengan kreasi yang lebih menarik, atau menyerah saja memberikan anak junk food yang minim nutrisi?

Apabila Parents memilih opsi yang kedua, ini tentu tidak menyelesaikan masalah, justru memperburuk keadaaan. Hal ini karena, anak berisiko kekurangan zat gizi.

Sedangkan apabila Parents memilih opsi pertama, Anda jadi bisa belajar untuk lebih kreatif dan mencari cara agar terampil memecahkan masalah.

Nah, kalau menurut filsafat Budha, ada tiga bentuk pola pikir atau cara tidak terampil ketika bereaksi terhadap rintangan hidup. Jadi, ketiga hal inilah yang sebaiknya kita hindari agar tidak menjadi kebiasaan dalam pikiran kita. Berikut kami rangkum ulasan selengkapnya. 

Artikel terkait: Cara Menumbuhkan Pola Berpikir Kritis Pada Anak

3 Pola Pikir yang Membuat Hidup Jadi Susah

1. Cepat Marah Secara Berlebihan

Kemarahan biasanya muncul ketika kenyataan tak sesuai dengan keinginan. Tingkat kemarahan bisa beragam, mulai dari marah level kecil hingga marah besar.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Pola pikir cepat marah, merupakan cara tidak terampil dalam menghadapi rintangan hidup. Sehingga, ini harus kita hindari. Alasannya, saat marah biasanya justru kita jadi sulit untuk berpikir jernih dalam mencari solusi ketika menghadapi masalah.

2. Menjadi Apatis

Dalam psikologi, apatis berarti suatu kondisi dimana seseorang kehilangan motivasi, masa bodoh, tidak peduli, acuh tak acuh terhadap aspek emosional, fisik, dan kehidupan sosial.

Orang yang apatis biasanya terlihat lesu dan lamban, karena tidak memiliki gairah untuk mengatasi masalah. Ketika seseorang memiliki pola pikir apatis, masalah yang sedang ia hadapi dibiarkan begitu saja, dan tidak berusaha diatasi. Akibatnya, hal ini justru menghambat kemajuan hidup.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Contoh, Parents ingin anak tumbuh sehat. Tapi ternyata ia tak mau makan sayur. Orang tua yang apatis, akan membiarkan saja kondisi tersebut, alih-alih berusaha mencari tahu mengapa anak tutup mulut ketika diberi sayur.

Kondisi demikian, tentu akan menyulitkan Parents sendiri saat mengetahui misalnya anak mudah sakit karena kekurangan nutrisi.

Artikel terkait: Penelitian: Cara Orangtua Memuji Memengaruhi Pola Pikir Anak

3. Meragukan Diri Sendiri

Pola pikir meragukan diri sendiri muncul karena individu kurang percaya pada kemampuan diri sendiri dalam menaklukkan tantangan hidup. Ia selalu memiliki perspektif bahwa masalah yang ia hadapi lebih besar dibanding kemampuan dirinya. Padahal, dia belum pernah mencoba untuk mengatasi masalah itu.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Contoh, Parents merasa seolah-olah tidak mampu mengkondisikan anak agar suka makan sayur. Padahal, satu kali pun Parents belum pernah mencoba membuka buku resep, mengkreasikan makanan, atau berkonsultasi ke dokter.

Pola pikir yang ragu pada diri sendiri inilah yang membuat kita tidak fokus pada bagaimana mencari solusi, sehingga akibatnya tidak ada perubahan baik yang terjadi.

Cara Membantu Diri agar Tidak Memiliki Pola Pikir Keliru

Setelah mengetahui kecenderungan pola pikir yang keliru, selanjutnya kita mengkondisikan pikiran bagaimana semestinya agar terampil menghadapi rintangan hidup.

Langkah pertama, latihan mindfulness. Menurut ajaran Budha, mindfulness berarti kesadaran. Dalam hal ini, kita menyadari bahwa rintangan itu ada, rintangan itu hadir dan mengganggu kemajuan hidup.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Jika merujuk pada pengertian yang lebih mendalam lagi, mindfulness bermakna mempertahankan kesadaran setiap saat dari pikiran, perasaan, sensasi tubuh, dan lingkungan sekitar kita, melalui lensa yang lembut dan memelihara.

Mindfulness juga berarti penerimaan. Artinya, kita menerima pikiran dan perasaan kita tanpa menghakiminya benar atau salah. Intinya hanya menerima saja.

Misal, Parents menyadari dan menerima bahwa anak memang tidak suka makan sayur dan Anda kesulitan untuk membujuknya, tanpa menghakimi bahwa perilaku itu benar atau salah.

Langkah selanjutnya, melepaskan atau mengurangi 'cengkeraman' masalah yang sedang dihadapi. Kita dapat melihat masalah itu sebagai 'pengunjung' sementara pada pikiran, meskipun kehadirannya tidak diinginkan.

Artikel terkait: Merasa tidak bahagia setelah menikah? Lakukan hal ini untuk mengubahnya!

Pentingnya Memperlakukan Diri dengan Baik

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Sembari kita mengingatkan diri kita bahwa pola pikir seperti marah, apatis, atau meragukan diri sendiri, sebenarnya hanyalah kondisi mental yang normal ketika berhadapan dengan kesulitan.

Misalnya begini: "Saya memang marah dan khawatir anak tidak mau makan sayur. Meskipun begitu, kemarahan saya tidak akan menghentikan saya untuk mencoba membantu anak agar mau makan sayur."

Langkah selanjutnya, ini yang tak kalah penting, yaitu memperlakukan diri sendiri dengan baik. Ketika hidup tak sesuai dengan keinginan, yang diri kita butuhkan adalah belas kasihan, bukan menyalahkan diri sendiri.

Tunjukkan welas asih pada diri sendiri, bahwa Parents peduli pada penderitaan dan kesulitan yang sedang Anda alami. Hal ini akan membantu pikiran lebih tenang, sehingga kita dapat berpikir lebih jelas untuk mengambil langkah selanjutnya.

Nah, Parents, itulah beberapa pola pikir yang sebaiknya perlu kita hindari agar bisa lebih tenang dalam memecahkan masalah dalam keseharian. Semoga bermanfaat, ya!

Baca juga:

id.theasianparent.com/anak-menjadi-tangguh

id.theasianparent.com/7-perilaku-orangtua-anak-sukses

id.theasianparent.com/tidak-bahagia-setelah-menikah

Penulis

alikarukhan