Pneumonia dan Tuberkulosis (TBC) merupakan dua penyakit yang menyerang paru-paru. Karena keduanya menginfeksi organ yang sama, maka banyak orang yang belum memahami perbedaan keduanya. Padahal bila ditelisik lebih jauh, kedua penyakit ini adalah penyakit yang berbeda sehingga perawatan yang dibutuhkan pun berbeda.
Meski berbeda, baik TBC maupun Pneumonia bisa dialami oleh siapa saja, dari anak-anak, dewasa, hingga lanjut usia. Maka kita semua wajib mewaspadai penyakit ini dan mencegahnya semaksimal mungkin.
Walaupun dapat diobati hingga tuntas, kedua penyakit ini termasuk penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Agar dapat mengatasinya dengan tepat, yuk ketahui perbedaan kedua penyakit ini.
Penyebab Pneumonia dan Tuberkulosis
1. Penyebab Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan kantung udara di paru-paru terisi dengan cairan dan sputum. Hal tersebut bisa membuat penderitanya sulit menghirup oksigen yang cukup.
Tingkatan penyakit ini bisa bersifat ringan atau sangat parah. Selain itu, juga bisa dialami siapa pun, tetapi bayi di bawah usia 2 tahun dan lansia di atas usia 65 tahun memiliki risiko yang lebih tinggi.
Penyakit Pneumonia bisa terjadi di satu atau kedua paru-paru. Anda juga bisa mengalaminya tanpa menyadarinya. Ini disebut dengan Pneumonia berjalan. Pneumonia jenis ini disebabkan oleh bakteri, virus, dan jamur. Penyebab yang paling umum adalah:
- Virus flu
- Virus RSV (penyebab utama pneumonia pada bayi usia 1 tahun atau lebih muda)
- Bakteri yang disebut Streptococcus pneumoniae dan Mycoplasma pneumoniae
Jika Pneumonia yang dialami disebabkan oleh bakteri atau virus, maka pasien dapat menularkannya ke orang lain.
Artikel terkait: Pneumonia pada bayi bisa berbahaya, waspadai gejalanya berikut!
2. Penyebab Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah infeksi akibat bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang bersifat menular. Infeksi ini biasanya menyerang paru-paru. Namun, bisa juga menyebar ke bagian tubuh lain, seperti otak, tulang, dan kelenjar.
TBC menular melalui droplet yang menyebar di udara dari seseorang yang telah terinfeksi TBC. Karena tingkat penyebarannya yang mudah, maka penting untuk menjauhi orang yang positif TBC.
Bila ada anggota keluarga di rumah yang mengalaminya, sebaiknya dilakukan isolasi dan hindari kontak dengan orang tersebut. Termasuk memisahkan kamar mandi dan alat makan.
Gejala Pneumonia dan Tuberkulosis yang Harus Diwaspadai
1. Gejala Pneumonia
Gejala dapat bervariasi tergantung pada apa penyebab pneumonia yang dialami, usia, dan riwayat kesehatan pasien secara keseluruhan. Adapun gejala umum Pneumonia di antaranya adalah:
- Nyeri dada saat bernapas atau batuk
- Batuk berdahak
- Kelelahan dan kehilangan nafsu makan
- Demam, berkeringat, dan menggigil
- Mual, muntah, dan diare
- Sesak napas
Seiring dengan gejala tersebut, orang dewasa yang lebih tua atau orang dengan daya tahan tubuh yang rendah mungkin mengalami perubahan kesadaran mental atau memiliki suhu tubuh yang lebih rendah dari biasanya.
Bayi mungkin tidak menunjukkan gejala infeksi atau mungkin hanya mengalami muntah, demam dan batuk, hingga tampak gelisah atau kelelahan. Apabila mengalami batuk, demam, atau sesak napas, segera hubungi dokter untuk menanyakan kemungkinan terjadinya Pneumonia atau COVID-19. Belakangan diketahui bahwa COVID-19 juga dapat menyebabkan Pneumonia.
2. Gejala Tuberkulosis
Infeksi TBC laten tidak memiliki gejala. Hanya tes kulit atau darah lah yang bisa mendeteksinya. Sementara Tuberkulosis aktif menunjukkan gejala berikut ini:
- Batuk lebih dari 3 minggu tanpa sembuh
- Sakit dada
- Batuk berdarah
- Merasa lelah sepanjang hari
- Berkeringat di malam hari
- Panas dingin
- Demam
- Kehilangan selera makan
- Penurunan berat badan
Artikel terkait: Bisa Sebabkan Stunting, Waspada Tuberkulosis pada Anak dengan Kenali Gejalanya
Cara Mendiagnosis Pneumonia dan Tuberkulosis
Meski tampak serupa, cara mendiagnosis TBC dan Pneumonia sangat berbeda.
1. Diagnosis Pneumonia
Dokter akan mulai bertanya mengenai gejala dan riwayat kesehatan Anda selama ini. Selanjutnya dokter akan mendengarkan paru-paru pasien.
Jika menderita pneumonia, dokter biasanya akan mendengar suara berisik atau bergemuruh di paru-paru saat Anda menarik napas. Bila ini terjadi, dokter akan merujuk Anda untuk melakukan serangkaian tes, seperti:
- Tes darah untuk mencari tanda-tanda infeksi bakteri
- Rontgen dada untuk menemukan infeksi di paru-paru dan mengetahui seberapa jauh penyebarannya
- Oksimetri nadi untuk mengetahui tingkat oksigen di dalam darah
- Tes dahak untuk memeriksa cairan di paru-paru
Ketika gejala muncul saat berada di rumah sakit atau Anda memiliki masalah kesehatan lainnya, dokter akan menambahkan tes lain seperti:
- Tes oksigen darah arteri untuk mengukur oksigen dalam sejumlah kecil darah yang diambil dari salah satu arteri
- Bronkoskopi untuk memeriksa saluran pernafasan Anda untuk mengetahui adanya penyumbatan atau masalah lain
- CT Scan untuk mendapatkan gambar paru-paru yang lebih detail
- Kultur cairan pleura, di mana dokter akan mengeluarkan sejumlah kecil cairan dari jaringan di sekitar paru-paru Anda untuk mencari bakteri yang mungkin menyebabkan Pneumonia.
2. Diagnosis TBC
Ada 2 tes yang umum dilakukan untuk mendiagnosis TBC, yaitu:
- Tes kulit yang juga dikenal dengan Tuberkulin Mantoux. Dilakukan dengan cara menyuntikkan sejumlah kecil cairan ke dalam kulit lengan bawah. Setelah 2-3 hari, mereka akan memeriksa pembengkakan di lengan Anda tersebut. Jika hasilnya positif, Anda mungkin memiliki bakteri TBC. Namun, Anda juga bisa mendapatkan hasil positif palsu. Terutama jika Anda telah divaksinasi BCG, tes tersebut bisa saja mengatakan Anda positif TBC padahal sebenarnya tidak. Hasilnya juga bisa negatif palsu. Biasanya terjadi saat infeksi baru terjadi. Maka dokter biasanya menyarankan untuk melakukan tes ini lebih dari satu kali.
- Tes darah, disebut juga dengan Interferon-Gamma Release Assays (IGRA), untuk mengukur respons ketika protein TB dicampur dengan sejumlah kecil darah Anda.
Kedua tes ini tidak memberi tahu apakah Anda menderita TBC laten atau aktif. Jika hasil tes kulit atau darah positif, dokter akan menentukan jenis TBC yang Anda alami dengan pemeriksaan:
- Rontgen dada atau CT scan untuk mencari perubahan pada paru-paru Anda.
- Tes Acid-fast Bacillus untuk mendeteksi bakteri TBC dalam dahak Anda atau lendir yang muncul saat batuk.
Ada 2 jenis TBC yang bisa dialami yaitu TBC laten dan TBC aktif. Perbedaanya adalah:
- TBC laten: Anda memiliki kuman di tubuh Anda, tetapi sistem kekebalan tubuh mampu mencegahnya menyebar. Sehingga Anda tidak memiliki gejala apapun dan tidak menular. Tetapi infeksinya masih hidup dan suatu hari nanti bisa menjadi aktif. Jika Anda berisiko tinggi untuk mengalaminya kembali, misalnya Anda penderita HIV, mengalami infeksi dalam 2 tahun terakhir, dan sistem kekebalan tubuh Anda lemah, dokter akan memberikan pengobatan untuk mencegahnya menjadi TBC aktif.
- TBC aktif: Kuman berkembang biak dan membuat Anda sakit. Anda juga dapat menularkannya kepada orang lain. 90% kasus TB aktif pada orang dewasa berasal dari infeksi TB laten.
Artikel terkait: TBC di Tengah Pandemi, Ini Himbauan Kemenkes untuk Cegah Penularan!
Pengobatan Pneumonia dan Tuberkulosis
Dokter pasti akan memberikan saran pengobatan terbaik untuk penyakit yang Anda alami. Secara umum berikut ini pengobatan yang biasa dilakukan:
1. Pengobatan Pneumonia
Saat Anda menderita pneumonia karena bakteri, Anda akan diberikan antibiotik. Pastikan Anda mengonsumsi semua obat yang diberikan dokter dan patuhi aturan minumnya. Sedangkan bila pneumonia yang dialami diakibatkan oleh virus maka Anda harus istirahat, minum yang cukup, dan minum obat untuk meredakan demam.
Apabila gejala yang dialami parah, Anda mungkin harus dirawat di rumah sakit dan dokter akan memberikan cairan atau antibiotik melalui infus. Bisa jadi juga Anda membutuhkan oksigen atau perawatan pernapasan.
Pemulihan akan memakan waktu. Anda akan membutuhkan banyak istirahat dan mungkin harus cuti minimal 1 minggu untuk memulihkan kondisi sebelum kembali beraktivitas.
2. Pengobatan TBC
Pengobatan akan tergantung pada jenis infeksi Anda. Jika Anda menderita TBC laten, dokter akan memberikan obat untuk membunuh bakteri sehingga infeksi tidak menjadi aktif. Anda mungkin harus minum obat selama 9 bulan.
Jika Anda melihat tanda-tanda TBC aktif, segera hubungi dokter. Kombinasi obat-obatan dapat mengobati TBC aktif. Anda biasanya harus meminumnya selama 6-12 bulan.
Akan tetapi, jika Anda menderita TBC yang resisten terhadap obat, dokter mungkin akan memberikan satu atau lebih obat yang berbeda. Selain itu, Anda juga harus meminumnya lebih lama, hingga 30 bulan.
Apa pun jenis infeksinya, penting untuk melakukan pengobatan hingga selesai meskipun Anda sudah merasa lebih baik. Menghentikan pengobatan lebih cepat dari yang disarankan dapat membuat bakteri lebih kebal terhadap obat.
Nah, itulah informasi terkait perbedaan antara penyakit Pneumonia dan Tuberkulosis. Waspadai gejalanya dan segera konsultasikan ke dokter agar mendapatkan perawatan yang tepat.
Artikel telah ditinjau oleh:
dr. Gita Permatasari
Dokter Umum dan Konsultan Laktasi
Baca juga:
Parents perlu tahu! Ini perbedaan batuk biasa dan pneumonia pada bayi
Kabar baik! Penelitian menyebut vaksin BCG untuk Tuberkolosis bisa atasi corona