Meski Asa Tak Sampai, Perjuanganku Jadi Ibu Kini Berbuah Manis

Cita tak sampai, aku jadi guru untuk kedua buah hatiku.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Halo, Parents. Nama saya Rahmah ingin berbagi petualangan jadi ibu versi saya. Saat ini, saya seorang ibu rumah tangga lulusan keguruan dari universitas Swasta di Palembang. Sebenarnya, dulu aku ingin sekali jadi seorang guru dan mengabdi sepenuhnya.

Tapi gimana, ternyata Allah belum mengizinkanku menjadi seorang guru. Berkali-kali aku memasukkan surat lamaran ke sekolah, tapi gak pernah ada satu pun yang memanggil untukku ikut tes wawancara. Akhirnya, aku memutuskan untuk jadi guru freelance dan mengajar dari rumah ke rumah.

Artikel terkait: Sering Dapat Komentar Nyinyir Saat Hamil, Ini Pesanku untuk Para Bunda

Ketika Petualangan Jadi Ibu dalam Hidupku Dimulai

Waktu terus berjalan, suatu ketika tiba saatnya usiaku sudah cukup untuk menikah. Tak disangka, Allah mempertemukan aku dengan seorang lelaki yang sekarang menjadi suamiku. Pertemuanku dengan beliau terbilang cukup singkat. Ya, hanya dalam waktu 3 bulan saling mengenal kami berdua memantapkan diri untuk menikah!

Setelah menikah, aku tidak mendapatkan izin dari suami untuk melanjutkan pekerjaan sebagai guru freelance. Suami memintaku di rumah saja, menikmati hari baruku sebagai seorang istri. Alhamdulillah, semuanya memang terasa nikmat sekali kalau kita ikhlas menjalaninya.

Selang sebulan pasca menikah, kebahagiaan kami seolah semakin lengkap dengan adanya si jabang bayi di dalam rahimku. Anak yang kami harapkan tumbuh dalam rahimku. Merasakan nikmatnya hamil membuatku semakin tak sabar untuk bertemu dengan jagoan kecilku.

Syukur alhamdulillah, tepat di bulan Februari 2019 anak laki-laki kami lahir ke dunia dengan selamat tanpa kurang satu apapun. Perjuanganku menikmati gelombang cinta 12 jam lamanya seolah membuatku mengerti berapa besar dan luar biasanya perjuangan seorang ibu melahirkan buah hatinya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Hatiku tak karuan rasanya saat disambut tangisan si kecil pagi itu. Tanpa terasa air mataku menetes karena terharu memandang wajah mungil yang ada di dalam dekapanku. Allahu Akbar, Allah Maha Besar, berkat kuasanya alhamdulilah aku bisa melahirkannya dengan proses persalinan normal.

Artikel terkait: Sering Stres dan Nggak Percaya Diri? Coba 4 Tips Anti Insecure Ini, Bun!

Cintaku Terus Bertumbuh...

Hari demi hari berlalu, kebahagiaanku seolah tak ada habisnya bisa menggendong anakku sendiri. Memandang wajahnya yang begitu lucu membuatku selalu jatuh cinta kepadanya, Kehadirannya menambah kebahagiaan untuk kami semua. Aku sangat bersyukur karena Allah mempercayai aku merawat titipannya.

Setelah 8 bulan berlalu, kebahagiaan kembali menghampiri dengan kehamilanku yang kedua. Kehamilan ini sebenarnya sempat membuatku khawatir dengan tumbuh kembang anak sulungku. Ya, aku takut tak bisa berlaku adil kepada anak-anakku.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Aku merasa Rafif, anak pertamaku masih terlalu kecil untuk menjadi seorang kakak. Rafif masih membutuhkan kasih sayang dan perhatian lebih sekarang ini. Namun, kehamilan keduaku ini tak bisa dicegah lagi. Terlebih, suamiku ingin memiliki anak perempuan.

Doa kami seolah terjawab oleh semesta. Melewati kehamilan selama 9 bulan lamanya, anak keduaku lahir dengan sehat walafiat dan berjenis kelamin perempuan. Doa dan harapan kami dikabulkan oleh Sang Maha Pencipta.

Artikel terkait: Senyum Anak, Alasan dan Semangatku Menjadi Ibu Pekerja Sekaligus Ibu Rumah Tangga

Potret aku bersama keluarga kecilku.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Kebahagiaanku pun kian lengkap menjadi seorang ibu dengan 2 anak yang sehat dan menggemaskan. Aku bersyukur sekali bisa melewati hari merawat dan membesarkan anakku sendirian.

Melihat mereka tumbuh dan berkembang membuatku sangat bahagia melebihi keinginanku terdahulu menjadi seorang guru. Lengkap sudah hari indahku, berempat dengan si kecil. Suamiku bekerja mencari nafkah, sementara aku bekerja full time mengasuh sekaligus menjadi guru anak-anakku di rumah. 

Alhamdulilah, semuanya indah atas rancangan Allah. Mengasuh, mendidik, dan membesarkan anak-anakku kini menjadi prioritas utamaku setelah menjadi seorang ibu. Aku sangat bersyukur karena Allah telah merancang kehidupanku lebih indah dari rancanganku sendiri.

***

Ditulis oleh Bunda Rahmah Juwita Edy.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Baca juga:

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan