Memasuki peralihan menuju musim hujan, keberadaan ular liar utamanya ular kobra di pemukuman warga mulai mencuat. Faktanya, musim penghujan merupakan waktu tepat bagi telur ular menetas. Terlepas dari seberapa besar ukuran ular tersebut, penting bagi kita semua mengetahui bagaimana pertolongan pertama digigit ular kobra.
Tingkatan Bisa Ular

Mengutip Kompas, Kasi Koleksi dan Perawatan Satwa Museum Komodo dan Taman Reptilia Erik Hendrayana memaparkan dalam dunia ular terdapat tingkatan bisa yaitu bisa menengah dan bisa tinggi.
“Ular dengan tingkat bisa menengah biasanya tidak mengakibatkan kematian. Biasanya ular dengan bisa tingkat menengah adalah jenis ular dengan taring belakang seperti ular tali wangsa yang warnanya hitam kuning,” jelas Erik.
Sedangkan ular yang memiliki tingkatan bisa tinggi dibagi lagi menjadi dua berdasarkan jenis ularnya yakni ular dengan taring lipat (solenoglyph) dan ular taring diam (proteroglyph). Jenis ular taring lipat adalah ular beludak (viper), sementara ular taring diam adalah ular elapid.
Ular kobra termasuk dalam jenis ular elapid dan tingkat bisanya paling tinggi. Jenis ular ini terlihat diam, namun ketika didekati akan membuat perlindungan diri dengan menyemburkan bisa. Berbeda dengan ular tidak berbisa yang memilih menghindar jika merasa terancam.
Pertolongan Pertama Digigit Ular Kobra
Kasus masuknya ular ke pemukiman bukan barang baru. Seperti belum lama tepatnya Senin (5/10) lalu kemunculan ular kobra jawa menggegerkan pemukiman padat penduduk di Kalibaru, Cilodong, Depok, Jawa Barat.
Menyikapi hal tersebut, petugas Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan beserta Tagana (Taruna Siaga Bencana) Kota Depok bergerak cepat mengevakuasi tiga ekor ular kobra jawa yang ditemukan. Lantas, langkah apa yang sebaiknya dilakukan jika tak sengaja tergigit ular kobra?
1. Batasi Gerakan di Area Gigitan Ular

Hal utama yang perlu dilakukan kala terkena gigitan ular adalah meminimalkan gerakan di area yang tergigit ular. Hindari menangani kondisi ini dengan cara ekstrim, misalnya mengeluarkan bisa dengan cara melukai atau membakar karena malah menimbulkan infeksi.
“Dibidai seperti orang patah tulang. Gunakan papan atau kayu untuk membidai dari ujung jari hingga bahu, kemudian ikat dengan tali. Ini untuk menjaga tangan tidak bergerak. Tidak boleh ada gerakan sama sekali,” ujar perawat satwa reptil Eka Siwi.
Jangan lepaskan penopang atau perban ini hingga korban sampai di rumah sakit dan menerima suntikan anti-venom atau penangkal bisa ular.
2. Hindari Menghisap Darah Bekas Gigitan Ular
Mengisap bekas luka masih menjadi cara tradisional yang dipercaya masyarakat Indonesia ampuh menyembuhkan luka lebih cepat. Namun, cara ini tidak berlaku bagi seseorang yang terkena gigitan ular.
“Terkadang kalau sedang sikat gigi, gusi mungkin akan berdarah (dan ada luka terbuka di gusi). Jika menghisap bisa kobra ke dalam mulut, itu sama saja seperti kita memindahkan bisa kobra ke mulut kita,” sambung Eka.
Lebih lanjut, Peneliti Herpetologi LIPI Amir Hamidy menyebutkan terdapat dua jenis bisa ular yaitu neurotoksin syaraf dan hemotoksin darah. Menurutnya, bisa neurotoksin syaraf lebih cepat melumpuhkan dan mengakibatkan kematian.
“Kalau bleeding (darah) agak lama. Oleh karena itu imobilisasi, jangan bergerak. Kalau memungkinkan, bisa ularnya kita foto atau diingat warna dan bentuknya itu seperti apa. Jadi nanti bisa dijelaskan ke petugas medis,” ujar Amir.
3. Jangan Mengikat Area Gigitan Ular

Hal berikutnya yang penting diperhatikan adalah tidak mengikat area bekas gigitan ular. Pastikan area tersebut juga berada di bawah level jantung. Misalnya korban mendapat gigitan di tangan, pastikan tangan jangan diangkat lebih tinggi atau sejajar dengan posisi jantung.
“Bisa ular akan cepat menyebar jika bagian tubuh yang digigit banyak bergerak. Untuk itu upayakan posisi tangan tidak melebihi posisi jantung, dan pastikan korban tidak terlalu panik agar penyebaran bisa tidak cepat,” lanjut Eka.
Selain itu, hindari penggunaan alat laju henti darah atau torniket. Langkah ini termasuk mengikat area bekas luka sering tidak tepat sasaran, dan justru mematikan seluruh jaringan yang ada di bawah ikatan. Di samping itu, bebatan yang terlalu kuat bisa membuat aliran darah berhenti sepenuhnya. Biasanya, kematian jaringan total berujung pada amputasi.
4. Tidak Menekan Bekas Gigitan
Hindari untuk menekan area gigitan dengan kompres dingin, atau berusaha memotong bekas gigitan dengan benda tajam seperti pisau. Mengisap racun secara langsung lewat mulut juga dilarang.
Sementara itu, teknik menyobek luka gigitan juga justru membuat luka semakin parah dan mengakibatkan infeksi.
5. Lepaskan Aksesori dan Pakaian Ketat
Hal penting lain yang patut diperhatikan adalah segera lepaskan apabila korban gigitan ular kobra mengenakan perhiasan sebut saja kalung, gelang, cincin, juga pakaian ketat. Bukan tanpa alasan, sangat mungkin area bekas gigitan ular membengkak.
6. Cari Pertolongan Medis Sesegera Mungkin
Pertolongan pertama bila digigit ular kobra ialah menahan diri memberikan apapun melalui mulut. Kita pasti khawatir dan berkeinginan memberikan minuman untuk menenangkan, padahal hal ini berisiko membuat korban tersedak dan hilang kesadaran.
Apabila area gigitan mulai bengkak dan berubah warna, kemungkinan besar korban digigit ular berbisa. Janganlah membuang waktu untuk menangkap atau mengamankan ular tersebut, utamakan membawa korban secepat mungkin ke IGD terdekat. Jika memungkinkan, sampaikan ciri-ciri ular yang menggigit kepada petugas medis.
Hindari membawa korban ke klinik atau pawang ular untuk pengobatan. Mengingat dibutuhkan penanganan intensif untuk korban gigitan ular. Selain itu, hindari memberikan aspirin, obat nyeri atau obat tradisional.
Baca juga:
Geger telur dan ular kobra di pemukiman warga, cegah dengan cara ini!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.