Apa penyebab penyebab bayi meninggal dalam kandungan?
National Stillbirth Society mengungkapkan, janin meninggal dalam kandungan (stillbirth) terjadi pada sekitar 1 dari 160 kehamilan dan setelah usia kehamilan 20 minggu.
Sedangkan menurut CDC Amerika Serikat, stillbirth diklasifikasikan menjadi 3 kelompok sesuai usia kandungannya, di antaranya adalah:
- An early stillbirth (lahir mati dini): terjadi antara usia 20 hingga 27 minggu kehamilan.
- A late stillbirth (lahir mati trimester tiga): terjadi antara usia 28 hingga 36 minggu kehamilan.
- A term stillbirth (lahir mati cukup bulan): terjadi antara usia kehamilan 37 minggu atau lebih.
Apa yang menyebabkan hal ini terjadi? Cek di sini, Parents.
Artikel terkait: Waspadai Tanda Janin Meninggal dalam Kandungan, Bunda Harus Tahu!
Penyebab Bayi Meninggal dalam Kandungan yang Harus Diwaspadai
Dilansir dari situs American Pregnancy Association, setidaknya ada 5 penyebab stillbirth yang paling umum terjadi, yaitu meliputi:
1. Masalah Plasenta
Ibu hamil dengan tekanan darah tinggi atau preeklampsia sangat rentan mengalami masalah plasenta seperti plasenta lepas atau solusio plasenta.
Akibatnya, bayi kurang mendapatkan oksigen dan nutrisi selama di dalam kandungan, lalu berakhir pada kematian bayi dalam kandungan.
Fungsi plasenta yang buruk juga menjadi faktor risiko timbulnya masalah pada bayi dalam kandungan, salah satunya adalah stillbirth.
2. Cacat Kelahiran
Gangguan kromosom menyumbang sekitar 15-20% penyebab bayi meninggal dalam kandungan.
Terkadang, bayi memiliki malformasi kongenital atau kelainan struktural yang dapat disebabkan oleh faktor genetik, lingkungan, serta hal yang tidak diketahui.
3. Pertumbuhan yang Terbatas
Akibat asfiksia atau kekurangan oksigen membuat bayi tidak tumbuh sesuai usianya atau berukuran kecil.
Hal itu menjadi salah satu penyumbang penyebab bayi meninggal saat masih berada di kandungan.
Ini berhubungan dengan fungsi plasenta yang buruk dan atau aliran darah ibu sendiri.
Artikel terkait: Mencegah Stillbirth, Kematian Bayi di Dalam Kandungan
4. Infeksi
Ibu hamil yang terinfeksi bakteri, khususnya saat usia kehamilan 24 hingga 27 minggu, berisiko mengalami kematian janin dalam kandungan.
Infeksi ini biasanya tidak disadari ibu hamil dan mungkin tidak terdiagnosis hingga menyebabkan komplikasi serius.
Infeksi bisa dikenali melalui pemeriksaan laboratorium dan USG.
5. Penyebab Lain
Seperti masalah tali pusat, diabetes pada ibu hamil, tekanan darah tinggi, serta kehamilan lewat waktu (kehamilan yang berlangsung lebih dari 42 minggu).
Faktor yang Meningkatkan Risiko Bayi Meninggal dalam Kandungan
- Hamil di atas 35 tahun atau lebih
- Malnutrisi
- Perawatan prenatal yang tidak teratur dan lengkap
- Merokok
- Penyalahgunaan alkohol dan narkoba
- Hipertensi
- Riwayat stillbirth hamil sebelumnya
- Obesitas
- Diabetes tidak terkontrol
Artikel terkait: Viral Konsumsi Rumput Fatimah Menyebabkan Janin Meninggal, Ini 3 Faktanya!
Bisakah Stillbirth Dicegah? Apa yang Harus Dilakukan?
Teknologi Ultrasonografi (USG) tentunya dapat dimanfaatkan untuk mengecek kehamilan pada ibu hamil, khususnya kehamilan yang berisiko tinggi.
Melalui USG, dokter juga dapat mengidentifikasi masalah yang sekiranya terjadi pada janin, sehingga dapat membantu mencari solusinya sebelum hal yang tidak diinginkan terjadi.
Kontrol hamil secara teratur dan berkualitas dapat membantu mengenali faktor-faktor risiko yang dihadapi selama kehamilan dan melakukan usaha untuk memperbaikinya.
Sementara itu, ibu hamil juga bisa mengambil langkah-langkah untuk membantu mencegah bayi meninggal dalam kandungan.
Misalnya dengan menghitung tendangan janin setiap hari, mulai dari usia 26 hingga 28 minggu kehamilan.
Luangkan waktu setiap hari untuk merekam gerakan janin.
Apabila ibu hamil membiasakan diri memantau perkembangan janin, maka jika ada sesuatu yang tidak beres, Bunda dapat segera mengidentifikasikannya.
Tak luput, hindari penggunaan obat-obatan, alkohol dan merokok, karena dapat meningkatkan risiko lahir mati atau meninggal dalam kandungan dan komplikasi kehamilan lainnya.
Lalu, apabila Bunda sebelumnya pernah memiliki sejarah stillbirth, maka kehamilan selanjutnya juga harus dipantau dengan cermat.
Baca juga:
Penyebab meninggalnya bayi kembar Irish Bella, preeklamsia hingga alami mirror syndrome