11 Risiko Penyakit yang Timbul Setelah Operasi Caesar, Bunda Harus Waspada!

Meski relatif aman, tetapi tetap ada beberapa risiko penyakit yang timbul setelah operasi caesar yang perlu Anda perhatikan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Mungkin operasi caesar bukan bagian dari rencana persalinan Bunda, tetapi bisa saja dokter kandungan merekomendasikannya karena beberapa alasan yang berkaitan dengan kondisi kesehatan Anda dan bayi. Meski umumnya prosedur persalinan ini aman, tetapi ada beberapa risiko penyakit yang timbul setelah operasi caesar yang perlu Bunda perhatikan, risiko pada ibu dan juga bayi.

Berikut ini 11 risiko penyakit yang timbul setelah operasi caesar yang perlu Anda ketahui:

11 Penyakit yang Timbul Setelah Operasi Caesar pada Ibu

Pada dasarnya, operasi caesar merupakan operasi yang sangat aman. Sebagian besar komplikasi serius yang terkait dengan metode persalinan ini bukanlah disebabkan oleh operasi itu sendiri. Melainkan komplikasi yang datang dari alasan lain kelahiran caesar.

Misalnya, seorang wanita yang plasentanya terlepas terlalu dini (solusio plasenta) mungkin memerlukan kelahiran caesar darurat, yang dapat menyebabkan kehilangan darah yang signifikan. Dalam kasus ini, masalah timbul terutama dari solusio plasenta –bukan dari operasi caesarnya.

Berikut ini beberapa risiko penyakit yang disebabkan oleh operasi caesar pada ibu. Di antaranya adalah:

Artikel terkait: Tips Dokter Agar Luka Operasi Caesar Cepat Kering

1. Infeksi

Setelah selaput ketuban pecah, rahim sangat rentan terhadap infeksi —bakteri yang biasanya menghuni vagina (yang umumnya tidak berbahaya) dapat dengan mudah menyebar ke rahim. Jika bakteri berada di dalam rahim, sayatan persalinan caesar dapat menyebabkan endometritis (infeksi pada lapisan rahim).

  • Endometritis dapat menjadi konsekuensi langsung dari persalinan caesar (kemungkinan 5 hingga 20 kali lipat meningkat untuk wanita yang pernah melahirkan caesar). Untungnya, hampir semua kasus endometritis dapat diobati dengan antibiotik, dan jenis infeksi ini tampaknya tidak menghalangi wanita untuk memiliki kehamilan yang aman di masa depan. Dalam kasus yang sangat jarang, infeksi mungkin serius dan memerlukan histerektomi, dan dalam kasus berat hal ini dapat menyebabkan kematian. Masalah seperti ini lebih sering terjadi setelah persalinan lama, ketika selaput ketuban sudah lama pecah sebelum operasi dimulai.
  • Infeksi luka pasca operasi caesar. Beberapa perempuan mengalami infeksi di tempat sayatan pada lapisan kulit luar, bukan di dalam Rahim –disebut infeksi luka pascaoperasi caesar. Infeksi pada luka sering dikaitkan dengan demam dan nyeri perut, serta abses yang berisi nanah. Infeksi ini dapat diobati dengan antibiotik. Terkadang, infeksi bisa menyebar ke organ lain atau jenis bakteri yang menginfeksi luka bisa sangat agresif. Memang jarang terjadi tetapi bisa sangat berbahaya.
  • Demam nifas atau postpartum dan sepsis. Persalinan caesar merupakan satu-satunya faktor risiko terpenting untuk infeksi pascapersalinan yang dimulai di rahim atau vagina. Biasanya dapat disembuhkan dengan antibiotik. Jika infeksi sudah menyebar ke seluruh tubuh baru disebut sepsis, dan menjadi lebih sulit diobati. Kemudian jika ibu demam selama 10 hari pertama setelah operasi caesar, itu merupakan tanda peringatan dari demam nifas. Infeksi seperti infeksi saluran kemih (cystitis) atau infeksi pada payudara (mastitis) bisa menjadi tanda komplikasi ini. Mereka harus segera diobati untuk menghindari penyebaran infeksi.

2. Perdarahan

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Operasi caesar dapat menyebabkan perdarahan hebat selama dan setelah melahirkan. Healthline menjelaskan, ibu yang melahirkan secara pervaginam dapat kehilangan darah rata-rata 500 cc (atau sekitar dua cangkir) dan dua kali lipat melalui persalinan caesar. Ini karena rahim  merupakan salah satu organ yang menyuplai darah terbesar pada tubuh.

Sesuai dengan procedural operasi caesar, pembuluh darah besar dipotong oleh ahli bedah untuk membuka dinding rahim agar bisa mendapatkan akses ke bayi. Kehilangan darah yang besar ini dapat menyebabkan komplikasi.

  • Perdarahan postpartum, yaitu perdarahan yang terlalu banyak saat persalinan. Bisa terjadi karena organ dipotong, pembuluh darah tidak dijahit sepenuhnya, atau ada keadaan darurat selama persalinan. Atau bisa juga disebabkan robekan pada vagina atau jaringan di dekatnya, episiotomi besar, atau rahim yang pecah. Bagi wanita yang memiliki masalah pembekuan darah, tentu akan sulit untuk menghentikan perdarahan dari semua jenis luka, robekan, atau memar. Sekitar 6 persen persalinan mengakibatkan perdarahan postpartum. Namun ini normal dan bisa diatasi karena wanita hamil memiliki darah sekitar 50 persen lebih banyak dari wanita yang tidak hamil. Meski demikian, tetap harus segera ditangani oleh dokter.
  • Atonia uteri atau uterine atony merupakan kondisi di mana rahim gagal berkontraksi ketika bayi sudah lahir. Kondisi ini berbahaya karena setelah melahirkan seharusnya rahim masih berkontraksi untuk mengeluarkan plasenta dan menutup pembuluh darah guna menghentikan pendarahan. Biasanya terjadi pada persalinan kehamilan tua, kelahiran bayi besar atau kembar. Sejumlah obat yang sangat efektif telah dikembangkan untuk mengobati atonia uteri, salah satunya yang disebut prostaglandin.
  • Terkadang sayatan persalinan caesar tidak cukup lebar untuk dilewati bayi, terutama jika bayinya sangat besar sehingga menyebabkan sayatan di area yang tidak dimaksudkan ahli bedah. Area di sebelah kanan dan kiri rahim terdapat arteri dan vena besar dan organ lainnya yang bisa robek atau terpotong secara tidak sengaja. Sering kali, tidak ada yang bisa dilakukan ahli bedah untuk menghindari hal tersebut. Misalnya, pisau terkadang mengenai kandung kemih selama persalinan caesar karena letaknya sangat dekat dengan rahim. Hal ini tentu dapat menyebabkan perdarahan hebat dan diperlukan jahitan dan perbaikan ekstra untuk memperbaikinya.
  • Plasenta akreta. Embrio kecil atau sel-sel (disebut trofoblas) yang akan membentuk plasenta berkumpul di dalam rahim dan tumbuh di sana kemudian masuk ke dalam pembuluh darah ibu. Sel-sel ini berperan penting dalam memindahkan oksigen dan nutrisi dari ibu ke janin. Mereka juga memindahkan produk limbah dari janin ke ibu. Saat janin dan plasenta tumbuh, trofoblas terus mencari pembuluh darah untuk mendukung pertumbuhan janin. Lapisan fibrosa (disebut membran Nitabuch) nanti yang membatasi seberapa dalam selaput dapat mencapai dinding rahim. Ketika rahim rusak (misalnya, akibat persalinan caesar sebelumnya), lapisan fibrosa mungkin tidak menghentikan trofoblas tumbuh di dalam rahim ibu, dan menyebar ke organ lain. Kondisi inilah yang disebut plasenta akreta. Plasenta akreta sangat umum terjadi pada perempuan yang pernah menjalani persalinan caesar sebelumnya.

3. Histerektomi

Histerektomi caesar adalah pengangkatan rahim tepat setelah persalinan caesar. Komplikasi tertentu dari persalinan caesar (biasanya terkait dengan pendarahan hebat) mengharuskan dokter untuk melakukan prosedur pengangkatan rahim untuk menyelamatkan nyawa ibu.

Perempuan yang telah menjalani histerektomi tidak dapat memiliki anak lagi, dan tidak ada efek samping dari operasi ini.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

4. Pembekuan Darah

Operasi caesar dapat meningkatkan risiko Anda mengalami pembekuan darah di dalam vena dalam, terutama di kaki atau organ panggul (deep vein thrombosis). Jika gumpalan darah mengalir ke paru-paru dan menghalangi aliran darah (emboli paru), kerusakannya bisa mengancam jiwa –tidak ada tanda peringatan.

Bila gumpalan darah ditemukan lebih awal, dapat diobati dengan menggunakan pengencer darah (seperti Coumadin atau Warfarin).

Pembekuan darah lebih sering terjadi dalam situasi berikut:

  • Ibu kelebihan berat badan
  • Operasi caesar panjang atau rumit
  • Ibu telah lama beristirahat di tempat tidur setelah operasi.

Pembekuan darah lebih sering terjadi ketika seorang wanita hamil daripada ketika dia tidak hamil karena dua alasan:

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Pertama, estrogen diproduksi dalam jumlah besar oleh plasenta. Ini meningkatkan produksi protein pembekuan tubuh. Penting agar darah cepat menggumpal setelah melahirkan untuk menghindari komplikasi perdarahan di atas.

Kedua, saat bayi tumbuh, rahim memberi tekanan pada pembuluh darah yang membawa darah kembali dari kaki ibu. Ini memperlambat aliran darah selama kehamilan. Kombinasi aliran darah yang lambat dan peningkatan kemampuan untuk menggumpal menyebabkan risiko komplikasi pembekuan yang lebih tinggi selama kehamilan.

Artikel terkait: Manfaat dan Sumber Vitamin K yang Dibutuhkan untuk Pembekuan Darah

5. Reaksi terhadap Anestesi

Beberapa wanita mengalami komplikasi yang berkaitan dengan pengobatan, lateks, atau anestesi di mana reaksinya mulai dari ringan (seperti sakit kepala atau mulut kering) hingga sangat serius (seperti kematian akibat syok anafilaksis). Masalah ini biasanya terjadi pada persalinan caesar darurat.

Masalah yang kerap terjadi akibat anestesi meliputi:

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan
  • Sakit kepala parah
  • Pandangan kabur
  • Muntah atau mual
  • Diare
  • Sakit perut, punggung, atau kaki
  • Demam
  • Pembengkakan tenggorokan
  • Letih lesu
  • Kulit pucat atau menguning
  • Gatal-gatal, bengkak, atau ruam pada kulit
  • Sulit bernapas
  • Nadi lemah atau cepat

Solusi Mengatasi:

Sebagian besar reaksi di atas bisa diatasi dengan obat, sementara reaksi yang buruk membutuhkan bantuan medis dengan segera.

6. Masalah Emosional

Banyak wanita yang mengalami persalinan caesar berjuang dengan masalah emosional setelah bayi lahir. Kebanyakan mereka merasa bersalah kepada bayinya karena tidak bisa melahirkan secara normal.

Lalu, kesulitan membangun bonding dengan bayinya dengan alasan sulit skin-to-skin karena rasa sakit akibat luka caesar, atau sulit menyesuaikan diri dengan infertilitas di masa depan akibat histerektomi darurat –tidak ada persiapan mental.

Solusi Mengatasi:

Perempuan dengan masalah ini ada baiknya mencari pengobatan dari seorang konsultan atau profesional kesehatan untuk mendiskusikan perasaannya.

7. Komplikasi di Kehamilan Berikutnya

Dibandingkan persalinan pervaginam, komplikasi pascapersalinan caesar lebih tinggi di kehamilan berikutnya. Di antaranya:

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan
  • Plasenta previa dan suatu kondisi di mana plasenta menjadi tidak normal menempel pada dinding rahim (plasenta akreta) semakin tinggi risikonya.
  • Risiko rahim robek di sepanjang garis bekas luka dari operasi caesar sebelumnya (ruptur uteri) juga lebih tinggi terutama jika Anda mencoba Vaginal Birth After Caesarean (VBAC) atau melahirkan normal setelah caesar.
  • Histerektomi membuat Bunda kemungkinan tidak bisa hamil lagi.
  • Caesar juga dapat membuat dinding rahim lemah dan membuat persalinan pervaginam di masa depan menjadi sulit atau bahkan berbahaya.

8. Kematian Ibu

Meskipun sangat jarang, beberapa perempuan meninggal karena komplikasi persalinan caesar di mana penyebabnya 55 persen bisa dari salah satu masalah di atas –sisanya masalah lain seperti gangguan jantung atau tekanan darah tinggi. Sementara, menurut Healthline, angka kematian ibu setelah persalinan caesar adalah tiga hingga empat kali lebih tinggi.

9. Cedera Bedah

Meskipun jarang, cedera bedah pada kandung kemih atau usus dapat terjadi selama operasi caesar.

Solusi Mengatasi:

Jika ada cedera bedah selama operasi caesar, operasi tambahan mungkin diperlukan.

10. Emboli Cairan Ketuban

Yaitu kondisi di mana cairan ketuban, sel-sel janin, rambut, atau yang lainnya memasuki aliran darah ibu melalui dasar plasenta rahim. Hal tersebut bisa memicu reaksi yang menyerupai alergi yang bisa berisiko mengakibatkan jantung dan paru-paru (kolaps kardiorespirasi) juga perdarahan yang berlebihan (koagulopati).

11. Gastrointestinal

Operasi caesar bisa menyebabkan ileus, yaitu menurunnya pergerakan pada saluran pencernaan. Kondisi ini berdampak pada penumpukan atau penyumbatan zat makanan bisa muncul dengan tanda distensi abdomen, mual, muntah, atau gagal mengeluarkan flatus atau gas.

Dokter kandungan di Amerika Serikat, Felice Gersh, MD., mengutip Romper, mengatakan, biasanya ada beberapa hari saluran pencernaan tidak berfungsi secara optimal setelah operasi caesar. Hal ini dikarenakan motilitas usus mengalami paparan udara selama operasi, antibiotik, serta perubahan tingkat hormonal yang sangat besar.

Solusi Mengatasi:

Untuk mengatasinya, biasanya dokter menyarankan ibu untuk kentut untuk menghindari kembung.

Risiko Penyakit yang Timbul Setelah Operasi Caesar bagi Bayi

Seperti jenis operasi besar lainnya, operasi caesar menurut Mayo Clinic dan sumber lainnya juga membawa risiko penyakit bagi bayi.

Risiko pada bayi meliputi:

1. Masalah Pernapasan

Bayi yang lahir dengan operasi caesar terjadwal lebih mungkin atau sering mengalami takipnea transien –masalah pernapasan yang ditandai dengan pernapasan cepat yang tidak normal selama beberapa hari pertama setelah lahir.

WebMD juga menjelaskan, masalah pernapasan ini umumnya terjadi pada operasi caesar yang dilakukan sebelum 39 minggu, terutama terjadi pada bayi laki-laki atau berat bayi besar. Jika operasi caesar dilakukan sebelum jadwal seharusnya dari persalinan, ada kemungkinan bayi memiliki cairan di paru-parunya. Namun, cairan itu akan hilang dengan sendirinya setelah satu atau dua hari.

2. Cedera Bedah

Meski jarang, cedera yang diakibatkan pisau operasi –tidak dilakukan dengan sengaja- pada kulit bayi mungkin saja terjadi selama operasi.

3. Skor Apgar Rendah

Bayi yang lahir melalui persalinan caesar juga 50 persen lebih mungkin memiliki skor Apgar yang rendah dibandingkan bayi yang lahir normal. Skor Apgar ini digunakan untuk mengukur seberapa sehatnya bayi Anda sesaat setelah lahir.

4. Kelahiran Prematur karena Usia Kehamilan yang Salah

Terkadang, persalinan caesar direncanakan ketika bayi diperkirakan sudah cukup bulan. Namun, setelah operasi ternyata baru diketahui usia bayi terlalu dini –tidak sengaja lahir prematur. Bayi yang lahir terlalu dini dapat mengalami masalah pertumbuhan dan perkembangan, lo, Bunda.

Artikel terkait: Mengulik Dampak Bayi Lahir Prematur, Bisa Berlanjut hingga Dewasa

Cara Mencegah Penyakit yang Timbul Setelah Operasi

Ada beberapa hal yang perlu Anda siapkan sebelum operasi caesar dijadwalkan.

  • Bicarakan dengan dokter tentang kemungkinan kondisi medis untuk mengecek kemungkinan risiko komplikasi yang disebabkan anestesi pascapersalinan.
  • Melakukan tes darah sebelum operasi untuk mengetahui informasi seputar golongan darah dan tingkat hemoglobin Anda –komponen utama sel darah merah. Informasi ini akan sangat membantu petugas kesehatan jika Anda membutuhkan transfusi darah selama operasi caesar.
  • Mandilah dengan sabun antiseptik pada malam atau pagi sebelum operasi caesar dilakukan.
  • Cukurlah rambut kemaluan kurang dari 24 jam sebelum operasi dilakukan untuk mengurangi risiko infeksi.

Semoga artikel di atas bisa membantu Anda dalam membuat pertimbangan ketika memilih prosedur persalinan caesar. Sekaligus, membantu mencari tahu penanganan pertama untuk menghindari risiko yang lebih besar.

Cesarean Delivery: Counseling Issues and Complication Managemen
www.aafp.org/afp/2015/0201/p178.html

C-section
www.mayoclinic.org/tests-procedures/c-section/about/pac-20393655

What Are the Risks of a C-Section?
www.webmd.com/baby/risks-of-a-c-section

Cesarean Section Complications
www.healthline.com/health/pregnancy/complications-cesarean-section

Baca juga:

id.theasianparent.com/artis-operasi-caesar-3-kali

id.theasianparent.com/setelah-operasi-caesar

id.theasianparent.com/ibu-hamil-positif-covid-19-persalinan-sesar