Idul Adha atau Hari Raya Kurban memang sudah berlalu. Namun, banyak kisah inspiratif soal orang-orang yang kurang beruntung secara finansial, namun tetap berupaya menyelenggarakan kurban setiap tahunnya. Misalnya saja kisah pemulung berkurban atau sosok-sosok lainnya.
Ibadah kurban bertujuan sebagai ajang berbagi kebahagiaan dengan mereka yang kurang mampu agar bisa merayakan Lebaran Haji bersama-sama.
Namun, ibadah kurban ini tidak hanya dominasi si kaya alias yang memiliki kelapangan rezeki. Meski memiliki keterbatasan ekonomi, mereka yang niat berkurban mengumpulkan receh demi receh untuk dapat melaksanakan ibadah kurban.
Pasalnya, mereka menyadari bahwa kurban akan menjadi kendaraan di hari akhir nanti. Karena itu, kehadiran mereka seolah kontras dengan kaum borjuis yang lebih suka menimbun kekayaan daripada membeli hewan kurban.
Meski Hari Raya Idul Adha sudah lewat, namun berdasarkan Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, umat Islam disunahkan melakukan ibadah kurban saat Hari Raya dan tiga hari tasyrik.
Menyembelih hewan kurban dalam perayaan Idul Adha dapat dilakukan selama 4 hari, yakni pada 10 Zulhijah dan 3 hari setelahnya, yang sering disebut sebagai hari tasyrik ( 11, 12, dan 13 Zulhijah).
Hampir setiap tahun ada hikmah yang dapat dipetik dari penyelenggaraan ibadah kurban. Beberapa orang muncul membawa inspirasi dan cerita mengharukan tentang nikmatnya berkurban.
Mulai dari kisah inspiratif pemulung berkurban hingga mereka yang keterbelakangan ikhlas menyisihkan hartanya untuk berkurban.
Kisah Inspiratif Pemulung Berkurban Hingga Mereka yang Berkebutuhan Khusus
Jika orang kaya bisa dengan mudah mengeluarkan uang untuk berkurban, tidak begitu dengan 6 orang ini. Mereka harus bersusah payah mengumpulkan uang recehan setiap harinya hingga terkumpul setelah beberapa tahun.
Berikut ini adalah sosok-sosok inspiratif yang menyisihkan receh demi receh demi melaksanakan ibadah kurban.
1. Pemulung Berkurban di Bekasi
Aep (Foto: Twitter/BacaSaung)
Di tengah keterbatasan finansial, seorang pemulung di Bekasi, Jawa Barat mampu membeli hewan kurban di Idul Adha tahun ini.
Dari hasil memulung barang bekas yang dikumpulkannya dari pukul 21.00 malam hingga menjelang pagi di Kawasan Taman Asri Dua, Teluk Pucung, Bekasi Utara, pemuda bernama Aep itu berhasil menabung hingga akhirnya membeli hewan kurban.
Cerita tentang Aep ini disampaikan oleh akun Instagram @asep_adang. Dalam akun tersebut disebutkan, Aep bahkan memiliki keterbatasan dalam berbicara.
“Saya tau banget ini anak, tidak pernah sekolah, ngomong juga ga jelas cadel, Operasi kardus jam 9 malem, ketika toko pada nutup. Malu gak sih baca kek gini, sehat sehat Aep, doa terbaik untukmu,” ungkap akun @asep_adang.
Meski belum diketahui pasti hewan kurban yang dibeli Aep apakah kambing atau sapi, kisah inspiratif pemulung berkurban membuat banyak orang terharu. Bahkan, sang pemilik akun merasa malu dengan perjuangan Aep di tengah keterbatasannya tetap berkurban tahun ini.
“Sungguh aku malu kepadamu saudaraku dg segala keterbatasanMu engkau mengiris hati ini semoga sehat selalu jiwa dan batin mu Alloh SWT limpahkan rezeki yg halal dan barokah.. Aamiin,” imbuh pemilik akun @asep_adang.
Cerita inspiratif tersebut dibagikan oleh akun twitter @BacaSaung, Jumat 16 Juli 2021 lalu. Akun ini membagikan tangkapan layar seorang pemuda yang bernama Aep mampu membeli hewan kurban dengan uang pecahan dua ribuan.
“Barusan dapat kabar bahagia Arif yang sehari2 dipanggil Aep membeli hewan kurban dengan uang pecahan 2000-an yg ia kumpulkan dari hasil jualan kardus yang setiap hari ia geluti. Dengan segala kekurangan yang ia miliki, ia masih memiliki hati yang sungguh hebat,” bunyi keterangan tertulis di dalam tangkapan layar tersebut.
Artikel terkait: Jelang Idul Adha, Sudah Tahu Hukum Berkurban dan 6 Syarat Hewan Kurban?
2. Kisah Inspiratif Pemulung 5 Tahun Menabung Berkurban Sapi
Nenek Sahnun. (Kompas)
Kisah inspiratif pemulung berkurban selanjutnya juga layak menjadi pembelajaran berharga bagi kita. Kisah yang terjadi pada 2 tahun lalu itu berasal dari Nenek Sahnun (62), pemulung yang tinggal di tengah Kota Mataram. Ia bisa berkurban pada tahun 2019 silam setelah sekian lama mengumpulkan uang.
Nenek Sahnun membeli sapi kurban dari hasil jerih payahnya mengumpulkan barang bekas selama lima tahun, demikian seperti dikutip dari Kompas.com.
Meski hidup sebatang kara di Mataram dan kerap menumpang tidur di sebuah kios di samping barat Mal Mataram, tak menyurutkan niat Nenek Sahnun berkurban. Bahkan, dia bisa menunaikan ibadah kurban sapi.
Selama lima tahun menabung dari hasil pekerjaannya mengumpulkan botol plastik sekitar dua karung di setiap hari, Nenek Sahnun mengumpulkan uang untuk diniatkan membeli hewan kurban.
Saat ditanya alasan Sahnun ingin berkurban, Sahnun hanya melempar senyuman kecil dengan anggukan, menandakan bahwa niat untuk berkurban tidak ingin diketahui banyak orang.
Kaling, pengurus Masjid Nur Iman, tempat di mana Sahnun berkurban sapi, sempat kaget saat menerima uang Rp10 juta dari Sahnun.
3. Kisah Inspiratif Pengayuh Becak Berkurban Sapi
Bambang. (Merdeka.com)
Bambang, pengayuh becak membeli sapi untuk dijadikan kurban pada Idul Adha, beberapa tahun lalu.
Untuk membeli sapi kurban Rp13 juta pada tahun 2013, Bambang mengumpulkan uang dari mengayuh becak. Dia pun mengumpulkan uang itu hari demi hari dan menyimpannya di balik jok becak miliknya.
“Alhamduillah, kulo tiyang mboten gadah, tesih saget kurban (Saya orang miskin masih bisa kurban),” kata Bambang seperti dilansir dari Merdeka.
Meski dari hasil menarik becak dia hanya mengantongi uang Rp20.000-Rp50.000 per hari, namun ketekunan memungkinkannya bisa membeli hewan kurban.
Dengan penuh haru dan rasa gembira, tetangga Bambang beramai-ramai mengarak sapi yang dibeli Bambang dari menarik becak.
Artikel terkait: Bagaimana Hukum Kurban untuk Orang yang Sudah Meninggal?
4. Penjual Nasi Bungkus
Yu Timah. (Merdeka.com)
Seorang nenek bernama Yu Timah hanya tinggal sendiri di rumah berlantai tanah dan berdinding anyaman bambu. Meski begitu, Yu Timah yang sehari-hari hanyalah seorang penjual nasi bungkus mampu membeli seekor kambing untuk kurban.
Setiap menerima Bantuan Langsung Tunai dari pemerintah, Yu Timah selalu menyimpan sebagian di bank. Dia mengumpulkan sedikit demi sedikit uang tersebut hingga mencapai Rp600 ribu.
Suatu hari, Yu Timah yang merasa uangnya sudah cukup, lalu bergegas ke bank untuk mengambil uang.
“Saya mau beli kambing kurban, Pak! Kalau 600 ribu saya tambahi dengan uang saya yang di tangan, cukup untuk beli satu kambing,” kata Yu Timah kepada pegawai bank seperti dikutip dari Dompet Dhuafa.
Sayang, saat itu bank telah tutup. Pegawai pun iseng bertanya untuk apa uang itu. Dengan malu, Yu Timah mengatakan hendak berkurban.
“Iya, Yu. Senin besok uang Yu Timah akan diberikan sebesar 600 ribu. Tapi Yu, sebenarnya kamu tidak wajib berkurban. Yu Timah bahkan wajib menerima kurban dari saudara-saudara kita yang lebih berada. Jadi, apakah niat Yu Timah benar-benar sudah bulat hendak membeli kambing kurban?” tanya pegawai tersebut.
“Iya Pak. Saya sudah bulat. Saya benar-benar ingin berkurban. Selama ini memang saya hanya jadi penerima. Namun sekarang saya ingin jadi pemberi daging kurban,” jawab Yu Timah dengan wajah berseri.
5. Nenek Pemulung Berkurban
Mak Yati. (Merdeka.com)
Yati, seorang nenek yang tinggal di Tebet, Jakarta Selatan hanya seorang pemulung yang setiap hari mencari sampah untuk mengais rizki yang halal.
Meski hanya mendapat uang Rp25 ribu per hari, Yati punya tekad kuat untuk bisa berkurban di Hari Raya Idul Adha. Dan dia berhasil mewujudkan niatnya tersebut.
“Saya nabung tiga tahun untuk beli dua ekor kambing. Yang besar itu saya beli Rp2 juta, yang kecil Rp1 juta,” ujar Yati seperti dilansir dari Merdeka.com.
Perempuan asal Madura yang sehari-hari bekerja dibantu oleh seseorang bernama Maman mengaku sudah seumur hidup ingin berkurban karena malu terus mengantre daging kurban. Keinginan ini terus menguat, saat bulan Ramadan. Yati makin giat menabung.
“Saya ingin sekali saja, seumur hidup memberikan daging kurban. Ada kepuasaan, rasanya tebal sekali di dada. Harapan saya semoga ini bukan yang terakhir,” ungkapnya.
Yati membeli dua kambing itu di Pancoran. Maman yang mengambil dua kambing itu dengan bajaj dan memberikannya ke panitia kurban di Masjid Al-Ittihad, Tebet, Jakarta Selatan. Saat Maman menyerahkan dua kambing untuk kurban itu, jemaah masjid megah tersebut meneteskan air mata haru.
Yati sehari-hari tinggal di gubuk triplek kecil di tempat sampah Tebet. Tak ada barang berharga di pondok 3×4 meter itu. Sebuah televisi rongsokan berada di pojok ruangan. Sudah bertahun-tahun TV itu tak menyala.
Yati mengaku sudah lama tinggal di pondok tersebut. Dia tak ingat sudah berapa lama membangun gubuk dari triplek di jalur hijau peninggalan Gubernur Legendaris Ali Sadikin itu.
“Di sini ya tidak bayar. Mau bayar ke siapa? Ya numpang hidup saja,” paparnya ramah.
Yati mengelilingi kawasan Tebet hingga Bukit Duri di setiap harinya. Meski pernah kena asam urat sampai tak bisa jalan, Yati tetap bekerja dan tak mau menjadi pengemis.
“Biar ngesot saya harus kerja. Waktu itu katanya saya asam urat karena kelelahan kerja. Maklum sehari biasa jalan jauh. Ada kali sepuluh kilo,” imbuhnya.
Artikel terkait: Parents, Ini Aturan Berkurban Atas Nama Anak dan Keluarga
6. Pemulung Berkurban Kambing
Iwan Lutfi sehari-hari bekerja sebagai pemulung. Pemulung ini sejak lama juga ingin berkurban seperti orang mampu. Niatnya itu tahun ini akhirnya kesampaian.
“Hari Senin malam ada kenalan yang datang ke rumah. Mereka memberi tahu kalau ada seorang dermawan yang akan membelikan kambing kurban. Saya pikir itu kambing kurban untuk disembelih di sini. Ternyata saya dibelikan kambing untuk berkurban,” kata Iwan, yang biasa disapa dengan Acoy.
Setelah mendapat hewan kurban, hati dan pikiran Acoy setengah tidak percaya. Keinginannya bertahun-tahun akhirnya terwujud.
“Saya enggak tahu tiba-tiba dibawain kambing. Kambingnya besar, di atas dua jutaan saya kira,” katanya seperti dikutip dari Merdeka.
Acoy tak habis pikir bagaimana Allah menggerakkan hati dermawan untuk memberi rezeki kurban pada keluarganya.
“Saya ingat benar Minggu malam itu saya nonton sinetron tentang haji. Istri saya nanya, Abi kapan kita naik haji? Terus kapan kita kurban? Malam itu istri saya tahajud katanya pengin kurban. Saya hanya bisa minta istri berdoa. Pagi harinya istri saya bilang tangannya gatal, katanya mungkin mau dapat rezeki. Eh nggak nyangka malamnya langsung dikabulkan,” akunya.
Tinggal di daerah kumuh dekat pasar kembang Rawa Belong, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Acoy bekerja sebagai pemulung. Selain memulung, Acoy juga mengais rezeki dengan mengubah triplek bekas menjadi miniatur rumah dan kendaraan.
“Kami memang kurang tapi pantang mengemis. Saya berusaha hidup lebih baik untuk anak-anak,” tandasnya.
Itulah 6 kisah inspiratif pemulung berkurban hingga pengayuh becak dan penjual nasi bungkus yang menyisihkan receh demi receh untuk melaksanakan kurban.
Semoga kisah inspiratif mereka bisa menjadi pembelajaran berarti buat kita ya Parents, bahwa jangan terpaku dengan keterbatasan. Di mana ada kemauan, tentu ada jalan untuk kita bisa mewujudkannya.
Baca juga:
Cerita Anak Islami: Sejarah Qurban Idul Adha, Nabi Ismail Disembelih Ayahnya
Doa dan Tata Cara Menyembelih Hewan Kurban Saat Iduladha
Wajib Tahu! Ini Makna, Amalan dan Keutamaan Hari Tasyrik Idul Adha
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.