Parents, salah satu cara meningkatkan pemahaman beragama pada anak adalah melalui cerita. Misalnya, dengan meceritakan kisah Nabi Ibrahim. Sejarah qurban berawal dari kisah Nabi Ibrahim dan anaknya, Nabi Ismail.
Hari Raya Qurban termasuk dari 2 perayaan besar dalam agama Islam. Setiap tanggal 10 Zulhijjah berdasarkan penanggalan Hijriyah, umat muslim diseluruh dunia memperingatinya sebagai hari raya Iduladha atau sebagai hari berqurban.
Setiap tahun pada hari hari kesepuluh bulan Zulhijjah itu, kaum muslim diperintahkan untuk menyembelih hewan qurban. Kambing atau domba, sapi, dan unta umumnya dijadikan hewan qurban.
Sejarah Qurban dalam Islam: Kisah Nabi Ibrahim Menyembelih Nabi Ismail
Sejarah qurban berhubungan dengan perintah Allah yang mulanya diturunkan kepada Ibrahim alaihissalam. Ibrahim termasuk nabi terbaik yang mendapat julukan ulul azmi.
1. Ibrahim mendambakan buah hati
Diceritakan, Nabi Ibrahim telah lama mendambakan kehadiran seorang anak. Sampai Ibrahim mulai menua, ia tak kunjung memiliki keturunan. Maka ia pun berdoa kepada Allah SWT agar kiranya dianugerahi anak keturunan yang saleh.
Doa Nabi Ibrahim ini diabadikan dalam Al Qur’an:
“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang saleh.” (QS. As-Saffat: Ayat 100)
2. Kelahiran Ismail
Karena kesungguhannya dalam berdoa, Allah mengabulkan doa Nabi Ibrahim. Istri keduanya yang bernama Siti Hajar akhirnya mengandung. Kemudian lahirlah putra pertama Nabi Ibrahim yang diberi nama Ismail.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Maka Kami beri kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang sangat sabar (Ismail).” (QS. As-Saffat: Ayat 101)
Nabi Ibrahim tentu senang dengan kelahiran Ismail. Ia amat menyayangi putra pertamanya itu.
3. Ismail dan ibunya dipindahkan ke Mekkah atas perintah Allah
Namun tak berselang lama setelah kelahiran Ismail, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk memindahkan Siti Hajar dan Ismail ke Kota Mekkah. Keduanya bermukim di suatu tempat yang kelak di sana akan di bangun Ka’bah.
Kota Mekkah adalah negeri padang pasir yang tandus, dengan matahari terik menyengat. Tak ada pepohonan dan sumber air, hanya batu dan pasir sejauh mata memandang.
Karena keadaan Mekkah yang demikian itu, Siti Hajar menjadi risau. Bagaimana mungkin ia akan hidup berdua di tempat seperti itu bersama Ismail yang masih bayi?
Siti Hajar pun menangis sedih. Ia tak sanggup jika harus ditinggalkan oleh Ibrahim di sana. Namun Ibrahim tak bisa berbuat apa-apa sebab hal itu sudah menjadi perintah Allah.
Dengan berat hati Ibrahim terpaksa meninggalkan istri dan anaknya di padang pasir yang gersang. Ia lalu melanjutkan perjalanan. Tatkala kedua orang kesayangannya itu telah hilang dari pandangannya, Nabi Ibrahim berdoa agar Allah memberikan keselamatan dan perlindungan kepada mereka.
4. Hajar tak bisa menyusui Ismail
Maka tinggallah Hajar dan putranya di Kota Mekkah yang tandus. Hingga suatu ketika persediaan bekal yang dimilikinya habis, Hajar lapar dan kehausan yang menyebabkan air susunya menjadi kering.
Ismail yang masih bayi pun menangis karena tak bisa menyusu. Hajar bingung dan kalut. Ia berlarian ke sana kemari berusaha mencari sumber air di sekitar mereka.
Hajar berlari antara Bukit Shafa dan Marwah. Dari bukit Shafa, ia melihat sumber air nampak ada di Bukit Marwah.
Kemudian berlarilah Hajar ke Bukit Marwah. Setibanya di sana, yang disangka air ternyata cuma bayangan. Ia terus berlari bolak-balik Shafa dan Marwah sebanyak 7 kali.
5. Munculnya mata air zam-zam
Hajar pun kelelahan. Lalu ia mendengar suara yang mengarah pada tempat di mana Ismail dibaringkan dalam keadaan menangis dan meronta menghentak-hentakkan kaki.
Tiba-tiba, di dekat kaki Ismail muncullah sumber air yang memancar. Hajar senang bukan kepalang. Ia pun berseru, “Zamzam! (berkumpullah).”
Dengan tergesa, Hajar segera menampung air itu. Ia sangat bersyukur, di saat-saat gentingnya ternyata Allah menurunkan pertolongan.
6. Ismail tumbuh besar
Seiring berjalannya waktu, Ismail tumbuh menjadi anak cerdas, saleh, dan berbudi baik. Sesuai doa yang dipanjatkan ayahnya.
Ketika Ismail beranjak besar, datanglah sebuah perintah dari Allah kepada Ibrahim. Perintah yang hendak menguji seberapa besar keimanan dan ketakwaan Ibrahim serta kesabaran Ismail.
7. Sejarah qurban: Mimpi Nabi Ibrahim
Pada suatu malam, Nabi Ismail bermimpi. Melalui mimpinya tersebut, ia diperintahkan untuk menyembelih putra kesayangannya. Ibrahim pun menjadi teramat sedih.
Bayangkan saja, anak yang sudah dinanti-nantikan kehadirannya sekian lama, harus disembelih oleh tangannya sendiri. Sungguh berat ujian yang diterima Ibrahim.
8. Nabi Ibrahim menyampaikan mimpinya
Namun bagaimana pun, perihal mimpi itu tetap diceritakan Nabi Ibrahim kepada sang anak. Lalu Ibrahim menanyakan bagaimana pendapat Ismail.
Hebat ya Parents, Nabi Ibrahim sebagai seorang ayah. Untuk membuat keputusan yang berkenaan dengan anak, beliau tidak serta merta ‘main’ perintah. Ia bahkan meminta pendapat si anak lebih dulu.
“Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” (QS. As-Saffat: Ayat 102)
Hal ini mencerminkan demokrasi dalam keluarga, yang sayangnya tidak banyak diterapkan dalam keluarga masa kini. Kebanyakan orangtua dengan egois memutuskan sendiri hal besar yang berpengaruh pada masa depan anaknya.
9. Sejarah qurban: Ismail bersedia disembelih
Respon yang diberikan Ismail pun sungguh di luar dugaan. Ia menerima perintah tersebut dengan rela hati.
Tentang kesabaran Ismail ini, Allah memujinya dalam Al Quran.
“Dia (Ismail) menjawab, Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS. As-Saffat: Ayat 102)
Maka tibalah saat yang ditentukan untuk melaksanakan penyembelihan. Ismail pun dibaringkan. Dengan mata basah berlinang air mata, Ibrahim memegang pedang yang sudah disiapkan.
10. Sejarah qurban: Ismail digantikan domba
Ketika Ibrahim telah meletakkan pedang di leher Ismail, datanglah Malaikat Jibril. Ia mengganti Ismail dengan seekor domba yang gemuk.
Allah SWT berfirman:
“Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Lalu Kami panggil dia, Wahai Ibrahim! Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu. Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. As Saffat: Ayat 103-105)
Nabi Ibrahim memberikan kita teladan yang berharga. Ia ikhlas dan sabar menerima perintah untuk menyembelih putranya sendiri, sehingga Allah menggantinya dengan seekor domba.
Ibadah qurban adalah simbol bagi setiap muslim untuk ‘menyembelih’ dan mengorbankan kecintaan terhadap hal duniawi agar mendapat keridaan Allah SWT.
Demikianlah sejarah qurban dalam Islam yang bermula dari kisah Nabi Ibrahim dan putranya Ismail. Semoga cerita tentang sejarah qurban ini bisa menjadi inspirasi bagi Parents dan si kecil ya!
Video edukasi anak sejarah qurban Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail
Baca juga:
Ajarkan tentang kesabaran kepada anak dari kisah Nabi Ibrahim AS
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.