Pembelajaran tatap muka akan segera dilaksanakan pemerintah. Hal ini didasarkan pada kebijakan PPKM pada masing-masing daerah dan Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi COVID-19.
Mengutip dari detikEdu, hal ini disampaikan langsung oleh Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbudristek, Jumeri.
“Acuan kita adalah SKB 4 Menteri yang diterbitkan tanggal 30 Maret 2021 yang tidak membatasi jenjang sekolah dalam membuka PTM,” kata Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbudristek, Jumeri kepada detikEdu.
Artikel terkait: Vaksin COVID-19 Memengaruhi Kesuburan? Berikut Faktanya
Hanya Dilakukan di Beberapa Wilayah dengan Level Tertentu
Tidak hanya itu, pihaknya juga mengatakan bahwa keputusan untuk melakukan pembelajaran tatap muka juga diperkuat dengan Instruksi Menteri Dalam Negeri tentang pembelajaran tatap muka secara terbatas. Dalam instruksi tersebut memang disebutkan bahwa pada jenjang PAUD, maksimal kelas yang hadir 33 persen.
Sementara itu, untuk semua jenjang sekolah luar biasa di wilayah level 1, 2, dan 3 bisa dilaksanakan hingga 100 persen.
“Inmendagri yang menyebutkan bahwa mengizinkan PAUD maksimal 33 persen, SDLB/ MILB/ SMPLB/ SMALB bahkan sampai 100 persen di wilayah level 1, 2, dan 3, jadi jelas semua umur,” ujarnya seperti dikutip dari detikEdu.
Sementara itu, melansir dari Liputan6.com, pada jenjang SD hingga SMA, pembelajaran tatap muka yang diizinkan adalah maksimal sekitar 50 persen.
Nadiem Makarim selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan juga sudah melayangkan pernyataan terkait pembelajaran tatap muka di tengah perpanjang PPKM level 4. Dalam keterangannya, ia mengatakan bahwa setiap satuan pendidikan harus memperhatikan zona penularan dan total kasus.
Ia mengimbau bahwa daerah yang masuk dalam level 1 dan 2 bisa melakukan pembelajaran tatap muka dengan mengutamakan keselamatan. Sebaliknya, untuk wilayah 3 dan 4, ia menegaskan untuk tetap melakukan pembelajaran jarak jauh.
Keputusan ini pun harus melibatkan pihak orang tua siswa dan kegiatan ekstrakulikuler tidak diperbolehkan. Begitu pula untuk kantin, ia menegaskan untuk tidak boleh buka.
“Tidak ada acara-acara ekstrakurikuler, kantin tidak boleh buka,” kata Nadiem sebagaimana dikutip dari detikEdu.
Artikel terkait: Catat! Ini 22 Gejala Tidak Biasa COVID-19 Menurut WHO yang Perlu Diwaspadai
Aturan Pembelajaran Tatap Muka
Aturan mengenai pembelajaran tatap muka tercantum dalam SKB 4 Menteri. Dalam surat tersebut, dikatakan bahwa pada jenjang SD hingga SMA, harus dilakukan jaga jarak minimal 1,5 meter dengan jumlah maksimal peserta didik 18 orang per kelas. Sementara itu, untuk semua jenjang sekolah luar biasa, harus menerapkan jarak 1,5 meter dan maksimal 5 orang per kelas.
Durasi sekolah tatap muka juga terbatas dengan sistem shift yang ditentukan oleh sekolah dengan mengutamakan protokol kesehatan. Selain itu, adapun beberapa protokol kesehatan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut.
- Memakai masker 3 lapis yang menutupi hidung dan mulut hingga dagu.
- Masker harus diganti dalam kurun waktu 4 jam sekali
- Sekolah wajib memfasilitasi cuci tangan dengan sabun dan menyediakan hand sanitizer
- Menjaga jarak 1,5 meter
- Tidak melakukan kontak fisik sama sekali, termasuk bersalaman atau cium tangan
- Menerapkan etika batuk dan bersin
Di samping itu, warga sekolah harus dalam kondisi yang sehat. Apabila memiliki kondisi kesehatan tertentu, seperti diabetes, darah tinggi, dan lain sebagainya, hendaknya untuk selalu mengontrol kondisinya. Warga sekolah pun tidak memiliki gejala COVID-19 atau memiliki kontak erat dengan pasien COVID-19.
Protokol Kesehatan yang Wajib Dilakukan Saat Mulai Sekolah Tatap Muka
Kemudian, ada beberapa protokol kesehatan yang harus ditaati sebelum memulai kelas. Berikut daftar lengkapnya:
- Melakukan disinfeksi sarana dan prasarana di lingkungan satuan pendidikan
- Memastikan ketersediaan cairan disinfektan, sabun cuci tangan, air bersih, dan handsanitizer
- Memastikan ketersediaan masker
- Menyediakan thermo gun
- Melakukan pemantauan kesehatan warga satuan pendidikan
Artikel terkait: Perbedaan Pneumonia Covid-19 dan Pneumonia pada Umumnya
Setelah melakukan pembelajaran, juga tertulis pedoman yang harus dilakukan, yakni sebagai berikut:
- Melakukan disinfeksi sarana dan prasarana
- Memeriksa ketersediaan cairan disinfektan, sabun cuci tangan, air bersih, dan hand sanitizer
- Memeriksa ketersediaan masker
- Memastikan thermo gun berjalan dengan baik
Sebelum melakukan pembelajaran tatap muka, setiap peserta didik diwajibkan melakukan beberapa persiapan berikut:
- Sarapan/konsumsi gizi seimbang.
- Memastikan diri dalam kondisi sehat dan tidak memiliki adanya gejala umum, seperti demam, batuk, pilek, nyeri
tenggorokan, sesak napas, sakit kepala, mual/muntah, diare, anosmia (hilangnya kemampuan indra penciuman), atau ageusia (hilangnya kemampuan indra perasa. - Menggunakan masker kain 3 (tiga) lapis atau masker sekali pakai/masker bedah yang menutupi hidung dan mulut
sampai dagu. Masker kain digunakan setiap 4 (empat) jam atau sebelum 4 (empat) jam saat sudah lembap/basah. - Sebaiknya membawa cairan pembersih tangan (hand sanitizer).
- Membawa makanan beserta alat makan dan air minum sesuai kebutuhan.
- Wajib membawa perlengkapan pribadi, meliputi alat belajar, ibadah, alat olahraga dan alat lain sehingga tidak perlu pinjam meminjam.
Setelah melakukan kegiatan pembelajaran tatap muka:
- Tetap menggunakan masker dan melakukan cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir
sebelum meninggalkan ruang kelas. - Keluar ruangan kelas dan satuan pendidikan dengan berbaris sambil menerapkan jaga jarak.
- Penjemput peserta didik menunggu di lokasi yang sudah disediakan dan melakukan jaga jarak sesuai dengan
tempat duduk dan/atau jarak antre yang sudah ditandai.
Di samping itu, sekolah yang memerlukan praktikum, seperti sekolah menengah kejuruan yang membutuhkan pembelajaran praktik, tetap diperbolehkan dengan catatan harus mematuhi protokol kesehatan.
Pembelajaran tatap muka yang akan digalakkan oleh pemerintah memang bertujuan untuk memaksimalkan aktivitas belajar mengajar. Oleh karena itu, partisipasi aktif dari semua kalangan, seperti guru, kepala sekolah, siswa, dan orang tua, sangat diperlukan. Semua pihak harus kooperatif dan berkomitmen penuh untuk mematuhi protokol kesehatan.
Jika Parents ingin berdiskusi seputar pola asuh, keluarga, dan kesehatan serta mau mengikuti kelas parenting gratis tiap minggu bisa langsung bergabung di komunitas Telegram theAsianparent.
Baca juga:
4 Fakta Varian Lambda, Disebut Lebih 'Kebal' Vaksin COVID-19!
Aku Positif COVID-19 dan Harus Menyusui Bayiku, Ini 5 Hal yang Kulakukan
Jangan Anggap Remeh, Ini 5 Latihan Pernapasan Pasien COVID-19 dan Manfaatnya