Pernah merasa lelah atau bahkan jenuh saat mengasuh si buah hati? Tenang, Parents tidak sendirian, kok. Menjadi orangtua merupakan tugas yang harus dipelajari seumur hidup. Sebagai bagian dari proses belajar tersebut, wajar saja jika Anda merasa lelah ketika mengurus si kecil. Nah, rasa lelah atau jenuh yang sedang dialami ini dikenal dengan istilah parental burnout.
Parental Burnout: Gejala, dampak, dan cara mengatasinya
Secara umum, parental burnout ini merupakan kondisi dimana orangtua berada dalam tahap jenuh secara fisik maupun mental saat mengasuh anak. Hal ini dapat berpengaruh pada rasa ketidakpuasan diri dan perasaan ‘gagal’ menjadi orangtua. Hal ini pula yang akan menyebabkan turunnya minat dalam pengasuhan. Rasa letih tersebut umumnya cenderung dipicu oleh faktor emosional seperti stres.
Perlu dipahami lebih dulu, kondisi burnout ini berbeda dengan post-partum depression atau depresi pasca melahirkan. Hal ini ditegaskan oleh Psikolog Anak Saskhya Prima dalam sesi sharing lewat instagram story miliknya. Salah satu perbedaannya, burnout biasanya terjadi pada orangtua yang memiliki anak berusia 18 bulan ke atas. Selain itu, keadaan ini juga bisa dialami oleh ibu maupun ayah.
Lebih lanjut, hal tersebut dijelaskan oleh Terapis Keluarga asal Amerika Serikat Neil D Brown. Seorang ibu, terutama yang bekerja, memang lebih rentan mengalami burnout. Namun, hal tersebut bukan berarti seorang ayah juga tidak akan merasakan kondisi ini.
Dilansir dari Psychology Today, seorang ayah pun bisa merasa lelah dan jenuh ketika ia ikut memainkan peran dalam mengasuh anak. Hasil survey yang dilakukan University of Catholique de Louvain terhadap 2.000 orang di Belgia menunjukkan, 63% ayah merasa jenuh saat menjalankan peran sebagai orangtua.
Faktor penyebab Parental Burnout
Sebuah penelitian yang dilakukan Mikolajczak dan Roskam, burnout pada orangtua cenderung terjadi akibat adanya ketidakseimbangan antara tuntutan sebagai orangtua dan faktor pendukung dalam menjalankan peran tersebut.
Berdasarkan penjelasan Saskhya, tuntutan sebagai orangtua yang bisa menjadi faktor risiko burnout di antaranya:
- Adanya rasa ingin serba sempurna (perfeksionis) dalam diri orangtua
- Kurang mampu mengelola emosi dengan baik
- Kurangnya pengetahuan mengenai pola pengasuhan anak
- Dukungan keluarga dalam mengasuh anak kurang
- Menanggung beban mengasuh anak bersamaan dengan adanya beban pekerjaan (untuk ibu dan ayah yang bekerja)
Sedangkan faktor pendukung yang dapat mengurangi faktor risiko burnout adalah:
- Mengerti dan tahu akan kemampuan dan cara mengapresiasi diri (Self-Compassion)
- Kemampuan mengelola emosi dengan baik
- Adanya dukungan dari keluarga dan pasangan dalam mengasuh anak
- Melakukan kerja sama atau saling membantu dalam mengasuh anak
Ketika faktor risiko dan faktor pendukung tidak seimbang itulah yang pada akhirnya mengakibatkan kondisi burnout pada orangtua.
Gejala Parental Burnout
Beberapa gejala parental burnout pada orangtua di antaranya adalah:
- Merasa lelah berlebihan
- Gampang emosi
- Memiliki pemikiran bahwa keadaan anak akan lebih baik tanpa adanya kehadiran Anda
- Muncul rasa tidak sabar saat mengasuh anak
- Munculnya rasa putus asa
- Hubungan emosional dengan anak berkurang
- Cenderung menjauhkan diri pada anak
Bagaimana cara mengatasinya?
Orangtua yang mengalami burnout dalam waktu lama biasanya tentu saja akan memberikan dampak negatif pada perkembangan fisik dan emosional anak. Pasalnya, seperti yang dijelaskan Saskhya, burnout yang dibiarkan cenderung dapat memicu perilaku lalai dan kekerasan pada anak ketika mengasuh. Maka dari itu, rasa jenuh atau burnout ini perlu diatasi.
Dalam hal ini, psikolog sekaligus co-founder Tiga Generasi itu juga membagikan cara mengatasi kondisi burnout agar tidak berdampak buruk, baik bagi anak atau pun orangtua.
Beberapa cara mengatasi episode parental burnout pada orangtua di antaranya:
- Mulai belajar mencintai dan menghargai diri sendiri.
- Diskusi dengan pasangan atau pun keluarga besar terkait bantuan atau dukungan dalam mengasuh anak.
- Lebih banyak melakukan kegiatan yang menyenangkan bersama anak.
- Cari support group yang dapat membangun persepsi positif dalam menjalankan peran sebagai orangtua
- Istirahat dengan cukup.
- Rajin olahraga dan konsumsi makanan yang sehat.
- Cari bantuan ahli.
Parents, menjadi orangtua merupakan pelajaran yang akan selalu Anda pelajari seumur hidup. Hal itu berarti, dalam proses menjalankannya pun tidak ada salahnya jika pernah melakukan kesalahan. Malah, Anda bisa menjadikan kesalahan tersebut sebagai batu loncatan untuk menjadi pribadi dan orangtua yang lebih baik lagi ke depannya.
Belajarlah untuk mengapresiasi usaha Anda sendiri dalam mengasuh anak. Dan jangan merasa ragu juga untuk meminta bantuan pasangan atau keluarga dekat dalam membesarkan si kecil. Karena pada dasarnya, di dunia ini tidak ada orangtua yang sempurna, bukan?
***
Baca juga:
Ayah, ini lho pentingnya peran suami agar kehamilan Bunda sehat
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.