Setelah persalinan dilalui, akan ada banyak perubahan pada tubuh Bunda. Selama fase nifas atau pemulihan, tak jarang Bunda dilarang melakukan aktivitas yang dianggap sebagai pantangan ibu melahirkan sebelum 40 hari.
Di sebagian kalangan masyarakat, pantangan ibu melahirkan kerap dikaitkan dengan mitos atau kepercayaan tertentu.
Misalnya, seorang ibu tidak boleh keluar rumah selama 40 hari atau wajib pakai stagen setelah melahirkan.
Terlepas dari berbagai mitos yang ada, kali ini theAsianparent akan mengulas berbagai pantangan yang sebaiknya dihindari ibu demi menjaga kesehatan fisik maupun mental.
Apa saja larangannya? Yuk, simak satu per satu!
Artikel Terkait: 25 Potret Ibu Melahirkan Didampingi Suami, Ini Tips dan Persiapannya
Daftar isi
Pantangan Ibu Melahirkan Sebelum 40 Hari
1. Pantang Melakukan Hubungan Seksual Setelah Melahirkan
Tubuh membutuhkan waktu istirahat setelah melahirkan. Perubahan hormonal dapat membuat jaringan vagina lebih tipis dan lebih sensitif. Selain itu, vagina, rahim, dan leher rahim juga harus kembali ke ukuran normal.
Sebagian besar dokter menyarankan pasangan menunggu 4 hingga 6 minggu setelah persalinan pervaginam untuk kembali berhubungan seksual.
Selain pemulihan fisik, ibu juga masih harus menyesuaikan diri dengan kehadiran bayi, efek kurang tidur, dan perubahan dalam rutinitas harian.
Kemungkinan, ibu juga perlu menunggu lebih lama untuk berhubungan intim jika terjadi robekan perineum atau episiotomi.
Episiotomi adalah pemotongan bedah untuk memperlebar saluran vagina. Kembali berhubungan seks terlalu cepat dapat meningkatkan risiko komplikasi, seperti perdarahan pascapersalinan dan infeksi rahim.
2. Menggunakan Tampon atau Menstrual Cup
Perdarahan postpartum merupakan hal normal yang akan dialami ibu setelah melahirkan. Ini ditandai dengan keluarnya darah lokia berwarna merah terang, kemudian dalam beberapa hari akan berubah menjadi merah muda dan cokelat.
Jika biasanya Bunda menggunakan tampon atau menstrual cup untuk menampung darah haid, hal yang sama tidak berlaku untuk darah nifas. Jangan memasukkan benda apa pun ke dalam vagina selama fase ini.
Alasannya, karena tampon dan menstrual cup dapat meningkatkan risiko infeksi. Rahim dan vagina masih belum pulih secara fisik sejak proses persalinan.
Itu artinya, bakteri dapat terbentuk dan menyebabkan infeksi pada organ reproduksi tersebut.
Perdarahan setelah melahirkan umumnya berlangsung antara 2 dan 6 minggu. Selama periode ini, penggunaan pembalut lebih direkomendasikan.
Ganti pembalut dan cuci tangan sesering mungkin untuk menghindari infeksi.
3. Makan Sembarangan Termasuk Pantangan Ibu Melahirkan
Meskipun mengasuh bayi adalah fokus utama setelah melahirkan, jangan lupa untuk memberikan perhatian pada diri sendiri. Memberi nutrisi terbaik untuk tubuh sangatlah penting.
Jika Bunda menyusui, maka tubuh membutuhkan sekitar 350 dan 500 kalori ekstra sehari untuk mendukung produksi ASI.
Fokuslah untuk mengonsumsi banyak sayuran, biji-bijian utuh, dan buah-buahan segar, seimbangkan dengan asupan protein dan karbohidrat.
Selain itu, batasi konsumsi makanan ringan yang tinggi lemak jenuh dan gula tambahan.
Bunda juga harus minum lebih banyak air putih selama fase menyusui untuk mencukupi kebutuhan cairan tubuh sendiri maupun si kecil.
Artikel terkait: Pahami 5 Perubahan Vagina Setelah Melahirkan
4. Merokok atau Berada di Dekat Perokok
Bagi sebagian orang, merokok adalah jalan pintas untuk membuat pikiran lebih rileks. Namun, jika Anda telah menjadi seorang ibu, kebiasaan merokok harus dihilangkan sekarang juga.
Ketika merokok, maka tubuh akan mengirimkan bahan kimia berbahaya ke bayi melalui ASI.
Seorang ibu perokok ternyata bisa mengalami gangguan produksi ASI sehingga si kecil tidak mendapatkan asupan yang sesuai kebutuhannya.
Merokok tidak hanya membahayakan kesehatan tubuh ibu sendiri, tetapi perokok pasif juga merupakan faktor risiko utama sindrom kematian bayi mendadak (SIDS).
Paparan asap rokok juga dapat memicu asma atau masalah pernapasan lainnya pada bayi dan anak-anak.
Itu artinya, Bunda juga sebaiknya menghindari berada di dekat perokok. Jika pasangan Anda adalah seorang perokok, mintalah dia untuk berhenti merokok jika memungkinkan.
5. Minum Alkohol
Setelah melahirkan, seorang ibu sebaiknya tidak minum alkohol, terutama jika di saat yang sama ibu memberikan ASI untuk si kecil.
Para ahli menemukan, minum alkohol saat menyusui bisa memberikan sejumlah efek negatif, dari yang ringan hingga yang parah.
Beberapa bukti ilmiah bahkan menunjukkan, pertumbuhan dan fungsi motorik bayi mungkin terpengaruh secara negatif jika ibu mengonsumsi alkohol selama masa menyusui.
Di samping itu, si kecil bisa mengalami gangguan tidur dan fungsi kekebalan tubuhnya menurun, yang menyebabkan ia menjadi semakin rewel.
6. Mengisolasi Diri Adalah Salah Satu Pantangan bagi Ibu Melahirkan
Di sejumlah kelompok masyarakat, terdapat budaya atau kepercayaan tertentu yang melarang para ibu untuk keluar rumah setelah melahirkan.
Secara filosofis, larangan ini sebenarnya mungkin adalah bentuk perhatian di mana ibu diminta lebih fokus pada proses pemulihan dengan banyak beristirahat.
Hanya saja, dalam beberapa kasus, larangan semacam ini sangat membatasi ruang gerak. Para ibu bahkan dilarang keluar kamar untuk sekadar menghirup udara segar. Tentunya, tidak perlu seekstrem itu, ya, Bunda.
Alih-alih mempercepat proses recovery, mengisolasi diri setelah persalinan bisa membuat ibu depresi.
Tidak ada salahnya jalan-jalan kecil di sekitar rumah untuk meregangkan otot sekaligus agar tubuh mendapat manfaat dari paparan sinar matahari.
7. Menerima Terlalu Banyak Kunjungan
Antusiasme menyambut anggota keluarga baru sering kali tak hanya dirasakan Bunda dan Ayah. Segenap saudara, kolega, teman-teman, bahkan tetangga kerap ikut merasakan sukacita.
Makanya, mengunjungi ibu yang baru melahirkan sudah merupakan bagian dari tradisi.
Tentu, senang rasanya saat mendapatkan perhatian yang begitu besar. Namun, kunjungan tamu sebaiknya juga dibatasi, terutama di minggu-minggu awal setelah persalinan.
Ini karena para ibu butuh istirahat, apalagi saat malam hari ia biasanya harus begadang menyusui si kecil. Oleh karena itu, tamu maupun kerabat pun harus memahami hal ini.
Artikel terkait: 10 Hal yang Perlu Ayah Ketahui tentang Perasaan Istri Setelah Melahirkan
8. Diet Ketat, Termasuk Pantangan Ibu Melahirkan Sebelum 40 Hari
Sebagian ibu mungkin merasa frustrasi melihat bentuk tubuhnya yang kini tak karuan usai melahirkan. Namun, ini jelas bukan alasan untuk segera memulai diet ketat.
Selama masa recovery, Bunda butuh asupan bergizi agar kondisi fisik dan mental kembali pulih segera. Apalagi jika di saat yang sama si kecil butuh ASI sebagai makanan terbaiknya.
Jika memang Bunda ingin mengontrol kenaikan berat badan, alih-alih melakukan diet ketat, diet sehat dengan gizi seimbang lebih dianjurkan. Mintalah dokter atau ahli gizi terkait rekomendasi pola makan yang sesuai kebutuhan Bunda.
9. Olahraga Berat pun Termasuk Pantangan Ibu Melahirkan Sebelum 40 Hari
Olahraga teratur setelah melahirkan memang akan memperkuat dan mengencangkan otot-otot, meningkatkan kebugaran, membantu menurunkan berat badan, menghilangkan stres, dan membantu mencegah depresi pascamelahirkan.
Meski begitu, melakukan olahraga berat sangat tidak dianjurkan. Sebaliknya, mulailah dengan aktivitas ringan seperti berjalan kaki, mungkin sambil mendorong kereta bayi. Baru kemudian tingkatkan durasi dan kecepatan berjalan secara bertahap.
Tunggu hingga pemeriksaan pascakelahiran 6 minggu sebelum kembali ke gym atau memulai program latihan. Sebaiknya, jangan kembali ke tingkat aktivitas fisik sebelumnya sampai 16 minggu setelah bayi lahir.
10. Menyimpan Beban Perasaan Sendiri
Perubahan status dari lajang menjadi seorang ibu tak jarang mendatangkan kecemasan tersendiri. Seorang ibu dituntut belajar dan beradaptasi secara cepat dengan segala perubahan yang ada.
Jika Bunda mengalami gejolak emosi setelah melahirkan, maka Bunda tidak sendiri.
Baby blues melanda sekitar 80 persen ibu setelah melahirkan dan dapat menyebabkan perasaan sedih, cemas, atau stres yang intens dalam 10 hingga 14 hari pertama pascapersalinan.
Langkah pertama untuk menghadapi kondisi tersebut adalah beri tahu seseorang tentang perasaan Bunda. Bicaralah dengan pasangan, teman dekat, atau dokter.
Artikel terkait: Bolehkah Ibu Menyusui Minum Obat Hipertensi? Begini Penjelasannya
Kapan Harus ke Dokter jika Ada Gangguan?
Segera hubungi dokter jika Bunda memiliki salah satu gejala pascapersalinan berikut ini:
- Perdarahan vagina berat yang tidak berkurang/meningkat setiap hari
- Menggigil dan/atau demam lebih dari 38 derajat Celcius
- Perubahan pada penglihatan atau sakit kepala parah
- Buang air kecil yang menyakitkan atau kesulitan buang air kecil
- Keputihan dengan bau yang menyengat
- Jantung berdebar-debar, nyeri dada, atau kesulitan bernapas
- Muntah
- Sayatan dari bedah caesar atau episiotomi berwarna merah, berair (dengan nanah), atau bengkak.
- Sakit perut (perut bagian bawah) yang terasa semakin parah
- Payudara sakit, berwarna kemerahan, atau terasa panas saat disentuh
- Nyeri di kaki dengan kemerahan atau bengkak
- Pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bayi
Bunda, itulah beberapa aktivitas yang merupakan pantangan ibu melahirkan sebelum 40 hari.
Kesehatan fisik maupun mental adalah yang utama selama proses pemulihan, jadi fokuskan diri untuk mencapai tujuan tersebut.
The New Mother: Taking Care of Yourself After Birth
www.stanfordchildrens.org/en/topic/default?id=the-new-mother—taking-care-of-yourself-after-birth-90-P02693
9 Things Not to Do After Giving Birth
www.healthline.com/health/what-not-to-do-after-giving-birth
Safe Return To Exercise After Pregnancy
www.pregnancybirthbaby.org.au/safe-return-to-exercise-after-pregnancy
Baca juga:
Survey: 72% perempuan takut berhubungan setelah melahirkan, Bunda juga?