Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu daerah di Indonesia yang terkenal dengan budayanya, seperti pakaian adat dan adat pernikahan. Daerah dengan ibu kota Padang ini dihuni oleh mayoritas suku Minangkabau, kemudian suku Mandailing dan Batak.
Asal-usul Suku Minang sendiri bermula pada sebuah desa di Kecamatan Sungayang, Tanah Datar, Sumatera Barat. Desa tersebut awalnya merupakan tanah lapang. Pada masa itu kawasan Sumatera Barat berada di bawah kekuasaan kerajaan Pagaruyuang, kemudian tercetuslah perang antara kerajaan Majapahit dari Jawa dan Pagaruyaung yang berupa adu kerbau.
Yang keluar sebagai pemenang adalah kerbau Minang. Maka dari itu, muncul kata minang kabau yang selanjutnya dijadikan nama Nagari atau desa tersebut.
Artikel Terkait: 7 Rumah Adat Khas Sumatera Barat, Megah dan Tahan Gempa!
Sumber: Instagram @ernilitis_gallery
Penduduk Pagaruyuang pun mendirikan rumah loteang yang atapnya berbentuk tanduk kerbau. Rumah inilah yang kemudian menjadi rumah tradisional suku Minangkabau.
Tak hanya rumah adat, Sumatera Barat pun terkenal dengan pakaian adatnya. Baju adat dari Sumatera Barat memiliki ciri khas terlihat mewah dan megah, serta lebih mencolok dibandingkan pakaian adat daerah lainnya karena menggunakan banyak aksesoris dari emas.
Pakaian dan aksesoris adat Sumatera Barat pun dibedakan menjadi beberapa jenis. Masing-masing memiliki filosofinya tersendiri yang menarik untuk dipelajari.
19 Jenis Pakaian Adat Sumatera Barat
1. Koto Gadang
Sumber: Weddingku
Koto Gadang adalah pakaian adat yang dipakai pengantin perempuan asal Padang pada upacara pernikahan. Alih-alih menggunakan suntiang untuk hiasan kepala, baju Koto Gadang memakai tingkuluak talakuang yaitu penutup kepala yang menyerupai mukena untuk shalat.
Bahannya yang terbuat dari beludru dan dihiasi perhiasan perak dan tembaga melambangkan perempuan Minangkabau adalah hiasan dari Rumah Gadang.
2. Pakaian Adat Sumatera Barat, Limpapeh Rumah Nan Gadang
Sumber: Line Today
Pakaian adat ini memiliki ciri khas hiasan kepala yang berupa bentuk atap rumah tradisional Sumatera Barat. Dalam bahasa Minangkabau, Limpapeh berarti tiang tengah dari bangunan rumah.
Makna filosofisnya, perempuan sebagai ibu dalam keluarga adalah sosok yang penting bagaikan tiang tengah. Apabila tiang tersebut roboh, seluruh rumah pun akan jatuh berantakan, sama seperti sebuah keluarga bisa menjadi berantakan jika tak ada peran ibu.
3. Lambak
Sumber: Yuksinau
Sebagai pelengkap pakaian Limpapeh Rumah Nan Gadang, Lambak adalah sarung yang digunakan sebagai bawahan dan terbuat dari kain songket. Lambak dipakai dengan diikat di pinggang kemudian bagian belahannya disusun di depan, samping, atau belakang. Susunan Lambak melambangkan adat daerah atau desa asal orang yang memakainya.
Artikel Terkait: Resep Bubur Kampiun, Panganan Khas Sumatera Barat yang Juara Isinya
4. Bundo Kanduang
Sumber: Andalas Tourism
Bundo Kanduang terdiri dari tingkuluak atau penutup kepala, baju kurung, kain selempang, kain sarung dan perhiasan. Pakaian ini digunakan pada acara adat pengangkatan seorang perempuan menjadi Bundo Kanduang.
Baju kurungnya memiliki benang emas dan dihiasi minsai. Minsai ini memiliki makna filosofi seorang Bundo Kanduang harus mematuhi batas adat. Sementara itu selempangnya yang disebut Balapak bermakna Bundo Kanduang bertanggung jawab melanjutkan keturunan.
5. Salempang
Sumber: Suara Sumbar
Salempang terbuat dari kain songket dan diletakkan di bagian pundak. Kain ini umumnya digunakan perempuan yang sudah berkeluarga dan melambangkan perempuan harus memiliki belas kasih pada anak dan cucu serta harus waspada pada segala situasi.
6. Pakaian Adat Sumater Barat, Baju Penghulu
Sumber: Tambah Pinter
Biasa digunakan oleh para pemangku adat, baju penghulu terdiri dari celana panjang dan atasan bernama Teluk Belanga. Baju Penghulu terbuat dari kain beludru berwarna hitam dengan tekstur yang halus.
Warna hitam pada baju Penghulu melambangkan pemakaianya adalah seorang pemimpin yang terhormat.
7. Baju Batabue
Sumber; Toriqa
Baju Batabue adalah baju kurung yang dihiasi sulaman dari benang emas. Terdapat berbagai corak dan motif yang berbeda pada baju batabue. Pakaian adat ini memiliki banyak varian warna, namun yang paling umum adalah warna merah, biru, dan hitam.
Sulaman emas pada baju Batabue tak hanya membuat penampilan pemakainya semakin menarik, namun juga memiliki filosofi unik. Filosofi benang emas pada baju Batabue melambangkan kekayaan alam di Minangkabau.
8. Tikuluak Tanduak
Sumber: Wikipedia
Perempuan Minangkabau memiliki penutup kepala khas berbentuk runcing yang menyerupai tanduk kerbau. Di beberapa daerah di Minangkabau terdapat beberapa bentuk Tikuluak yang berbeda. Tikuluak melambangkan perempuan sebagai pemilik rumah gadang dan bundo kanduang bagi kaumnya.
9. Deta
Sumber: IDN Times
Deta adalah penutup kepala untuk laki-laki suku Minangkabau yang terbuat dari kain hitam yang dililit di kepala. Ada beberapa jenis Deta yang berbeda sesuai dengan marga atau kasta sosial pemakainya. Deta sendiri merupakan simbol kewibawaan dan kehormatan.
Artikel Terkait: 5 Fakta Menarik Tari Piring, Mulai dari Sejarah Hingga Maknanya
10. Pakaian Adat Sumatera Barat, Sasampiang
Sumber: Andalas Tourism
Sasampiang juga merupakan aksesoris khas yang dipakai oleh laki-laki. Bentuknya berupa selendang yang disampirkan di bahu secara menyilang. Sasampiang biasanya berwarna merah dan melambangkan keberanian. Selain itu hiasan benang emasnya disebut Makau yang memiliki makna kearifan dan ilmu pengetahuan.
11. Dukuah
Sumber: INSFIRA
Dukuah merupakan perhiasan berupa kalung dan memiliki berbagai motif. Dukuah digunakan oleh pengantin perempuan asal Minangkabau. Makna filosofis dari Dukuah adalah lambang pendirian yang kokoh dan memegang teguh kebenaran.
12. Galang
Sumber: Weddingku
Galang atau gelang emas khas Sumatera Barat ini memiliki makna lambang rezeki yang berlimpah. Selain itu juga Galang memiliki filosofi semua hal memiliki batas sehingga apapun yang dikerjakan harus sesuai dengan batas kemampuan.
13. Baju Batusangkar
Pakaian adat Batusangkar diambil dari salah satu kota di Sumatera Barat. Pada wanita memakai tutup kepala yang dipasang di kepala, lalu dipadankan dengan karung dan songket.
Sementara pada pria, memakai celana panjang dan kain songket yang ditenun di sekeliling tubuhnya. Serta dilengkapi bagian kepalanya memakai topeng bernama Saluak.
14. Minsie
Dalam sejumlah pakaian adat Sumatera Barat, terdapat sulaman emas pada bagian tepi pakaian. Sulaman emas tersebut disebut minsie. Menurut budaya Sumatera Barat, minsie menandakan bahwa budaya Sumatera Barat bersifat demokratis. Namun, tetap ada batasan-batasan yang harus diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.
15. Sandang
Sandang memiliki rupa seperti ikat pinggang yang digunakan pria Minang. Sandang merupakan aksesori untuk pakaian penghulu. Sandang memiliki arti bentuk ikatan persaudaraan sesama masyarakat Minang. Umumnya, sandang berwarna merah.
16. Cawek
Aksesoris ini juga bagian dari baju penghulu dari adat Sumatera Barat. Bawahannya bernama cawek yang memiliki celana longgar yang digunakan bersama sandang.
17. Sarawa
Sarawa adalah bawahan yang digunakan pada pakaian penghulu. Bawahan ini merupakan celana berukuran besar pada bagian kakinya. Arti dari ukuran celana adalah kebesarannya dalam memenuhi segala panggilan sebagai pemangku adat.
18. Keris atau Karih
Ada lagi aksesoris senjata berupa keris yang disisipkan di bagian pinggang. Namun, tidak sembarang orang bisa memakainya. Aturan khususnya, keris diletakkan harus ke kiri. Artinya, para penghulu harus berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak.
19. Suntiang
Bicara mengenai busana adat khas Sumatera Barat, tak lengkap jika tidak membahas suntiang. Aksesori inilah yang dikenakan oleh mempelai wanita agar terlihat elegan dan menawan.
Suntiang adalah perhiasan berwarna keemasan setengah lingkaran yang dikenakan di kepala. Bentuknya bisa bunga, burung merak, dan lainnya. Bukan hal yang mudah mengenakan suntiang karena beratnya mencapai 3,5 hingga 5 kg!
Suntiang menjadi simbol bahwa seorang perempuan telah melewati masa peralihan dari remaja menjadi perempuan dewasa.
Fakta uniknya, kembang suntiang yang ada biasanya berjumlah ganjil. Jumlah suntiang paling tinggi yaitu sebelas tingkat, sedangkan yang paling rendah yaitu tujuh tingkat.
Filosofi yang terkandung dalam suntiang adalah ketika perempuan menikah, maka ia akan memikul tanggung jawab yang tidak mudah. Ia harus berperan sebagai istri dan suami bagi keluarga, menjaga keutuhan rumah tangga, dan bertanggung jawab akan lingkungan sekitar.
Mengapa bentuk suntiang berbau hewan karena ini diambil dari filosofi hidup masyarakat Minangkabau yakni “alam takambang jadi guru”. Semua yang ada di alam luas bisa dijadikan pelajaran atau contoh.
Dengan filosofi sedalam ini, tak heran mengenakan suntiang menjadi kebanggan bagi perempuan saat menikah walau ukurannya cukup berat.
Didominasi oleh hiasan emas yang mewah, pakaian adat khas Sumatera Barat terlihat menawan dan elegan. Apakah Parents juga berasal dari Sumatera Barat dan pernah memakai salah satu di antaranya?
***
Baca Juga:
Memadukan Gerakan Silat, Ini Sejarah hingga Makna Tari Randai
Sejarah di Balik Kelezatan Dendeng Batokok Khas Bukittinggi, Begini Cara Memasaknya
12 Lagu Minang Populer Sepanjang Masa, Rancak Bana!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.