Kenikmatan kuliner dan seni budaya nampaknya belum cukup menggambarkan betapa kayanya Indonesia. Dikenal sebagai negara yang padat penduduk, Indonesia kaya akan suku bangsa, salah satunya Suku Asmat. Bahkan, pakaian adat Suku Asmat terbilang unik dan beda dari busana biasanya.
Mengenal Suku Asmat
Merujuk laman Guru Pendidikan, Suku Asmat merupakan suku yang bermukim di Papua. Dikenal dengan hasil ukiran yang menarik, populasi suku ini terbagi menjadi dua. Yaitu mereka yang berdiam di pesisir pantai dan mereka yang tinggal di area pedalaman.
Sumber: Berita Papua
Kendati berada di satu tanah yang sama, kedua populasi ini sangat berbeda. Baik itu dialek, cara hidup, struktur sosial, dan ritual memiliki ciri khas tersendiri. Populasi pesisir pantai sendiri terbagi ke dalam dua bagian yaitu Suku Bisman yang berada di antara sungai Sinesty dan sungai Nin, serta Suku Simai.
Suku Asmat berada di antara Suku Mappi, Yahukimo Jayawijaya, dan berbagai macam suku lainnya yang ada di Pulau Papua. Bagi Suku Asmat yang tinggal di pedalaman membutuhkan waktu 2 malam untuk mencapai pemukiman lainnya. Sementara itu, jarak antar perkampungan konon sekitar 70 kilometer!
Usut punya usut, Suku Asmat meyakini mereka berasal dari keturunan Dewa Fumeripitsy yang turun dari dunia gaib yang berada di seberang laut di belakang ufuk. Menurut keyakinan mereka, dewa nenek-moyang itu dahulu mendarat di bumi nun jauh di pegunungan.
Bicara keyakinan, masyarakat Asmat mempercayai macam-macam roh yang digolongkan ke dalam 3 jenis, antara lain:
- Arwah nenek moyang yang baik disebut Yi–ow
- Arwah nenek moyang yang jahat disebut Osbopan
- Arwah nenek moyang yang jahat akibat orang itu mati konyol disebut Dambin–ow
Lebih lanjut, Asmat mengenal aneka macam upacara keagamaan untuk berkomunikasi dengan arwah nenek moyang. Yakni dengan cara menghiasi perisai, mengukir topeng, atau pembuatan patung.
Pembuatan benda-benda ini biasanya dimeriahkan dengan pesta makan, nyanyian, dan tarian, serta peragaan kisah petualangan Dewa Fuumeripitsy. Layaknya suku lain, Suku Asmat juga memiliki tradisi khusus kala menghadapi kehamilan, kelahiran, upacara pernikahan, hingga peristiwa kematian.
Pakaian Adat Suku Asmat
Sumber: Beritagar
Di samping seni ukir nan memikat, Suku Asmat pun memiliki busana tradisional yang khas. Menariknya, seluruh bahan yang digunakan untuk membuat pakaian murni berasal dari alam. Hal ini membuat pakaian adat Suku Asmat dijadikan representasi kedekatan mereka dengan alam.
Selain bahannya, desain pakaian pun terinspirasi dari alam. Untuk pakaian laki-laki misalnya, dibuat menyerupai burung dan binatang lain yang ditengarai melambangkan kejantanan. Sementara, rok dan penutup dada kaum perempuan menggunakan daun sagu yang menyerupai kecantikan burung kasuari.
Melihat laman Indonesia Kaya, sebenarnya tidak ada yang jauh berbeda antara pakaian laki-laki dan perempuan. Di bagian kepala, terdapat penutup yang terbuat dari rajutan daun sagu dan sisi bagian atasnya dipenuhi bulu burung kasuari. Sementara untuk bagian bawah dan bagian dada perempuan ada rumbai-rumbai yang terbuat dari daun sagu.
Uniknya, pakaian adat juga dilengkapi aneka aksesori yang tentu saja menggunakan bahan yang tersedia di alam. Aksesori yang biasa dijadikan pelengkap adalah hiasan telinga, hiasan hidung, kalung, gelang, dan tas.
Hiasan telinga terbuat dari bulu burung kasuari. Bulu burung kasuari yang digunakan untuk hiasan telinga ukurannya lebih pendek dibanding bulu burung yang digunakan pada penutup kepala.
Sedangkan, untuk hiasan hidung hanya diperuntukkan bagi kaum laki-laki. Aksesori ini terbuat dari taring babi atau bisa juga dari batang pohon sagu. Hiasan hidung yang dikenakan kaum laki-laki memiliki dua fungsi yaitu sebagai simbol kejantanan dan untuk menakuti musuh.
Untuk kalung dan gelang terbuat dari kulit kerang, gigi anjing, dan bulu burung cendrawasih. Ada juga esse atau tas yang merupakan aksesori krusial yang tidak boleh ketinggalan. Selain berfungsi sebagai wadah penyimpan ikan, kayu bakar, serta berbagai hasil ladang, esse juga dikenakan ketika diadakan upacara-upacara besar.
Konon, bila seseorang mengenakan esse saat upacara adat maka dinilai mampu menjamin kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. Saat upacara adat, masyarakat Asmat biasanya juga melengkapi penampilan dengan menggambari tubuh mereka.
Gambar biasanya didominasi warna merah dan putih pertanda lambang perjuangan dalam mengarungi kehidupan. Warna merah berasal dari campuran tanah liat dan air, sementara warna putih berasal dari kerang yang ditumbuk sampai halus.
Sayangnya, seiring perkembangan zaman dan gempuran budaya dari luar, banyak masyarakat Suku Asmat perlahan meninggalkan pakaian teradisional mereka. Hanya mereka yang bermukim di pedalaman yang masih menggunakan busana tersebut.
Wah Parents, semoga informasi tentang pakaian adat Suku Asmat ini dapat bermanfaat dan bisa Anda bagikan kepada kerabat agar semakin bangga dengan budaya Indonesia.
Baca juga:
Tak Hanya Elegan, 6 Pakaian Adat Jawa Tengah Lambang Kekayaan Khazanah Budaya
Berbentuk Panggung, Ini 4 Fakta Menarik Kajang Leko, Rumah Adat Jambi
5 Jenis Rumah Adat Jawa Tengah yang Unik dengan Filosofi Mendalam
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.