Seorang anak laki-laki berusia dua tahun harus melakukan transplantasi hati karena overdosis obat. Kejadian yang terjadi di Vietnam ini sebenarnya bisa dicegah apabila kedua orangtua dari anak tersebut lebih berhati-hati dan teliti dalam memberikan obat kepada anak.
Awalnya, orangtua anak tersebut memberikan obat parasetamol untuk menurunkan demam. Namun karena dosis yang diberikan terlalu banyak, anak tersebut harus dilarikan ke rumah sakit Phu Tho Town Vietnam karena tiba-tiba mengalami demam tinggi, detak jantung berdegup kencang, dan sulit bernapas setelah mengonsumsi obat tersebut.
Dilansir dari Kidspot.com, orangtua yang bersangkutan mengaku telah memberikan sekitar 500 miligram pil parasetamol selama empat hari berturut-turut dengan harapan demam sang anak bisa segara sembuh.
Sumber: Australscop/Kidspot.com
Dampak overdosis obat pada anak
Setelah dibawa dan diperiksa di rumah sakit, anak laki-laki malang itu dinyatakan mengalami asidosi metabolik akibat keracunan parasetamol. Seperti yang dilansir dari alodokter.com, kondisi asidosis metabolik tersebut disebabkan ketidakmampuan ginjal dalam mengeliminasi asam berlebih dalam tubuh.
Dokter menggunakan ventilator untuk membantu pernapasan pada anak tersebut. Dua jam kemudian, kondisi balita itu memburuk dan mengalami koma karena adanya gejala gagal hati akut seperti detak jantung berdegup secara cepat, tekanan darah rendah, serta koagulopati atau gangguan pembekuan darah. Keadaan tersebutlah yang menyebabkan dokter menganjurkan transplantasi hati pada anak tersebut agar ia bisa bertahan hidup.
“Penggunaan parasetamol untuk anak memang harus hati-hati. Oleh karena itu, kami menyarankan orangtua terus berkonsultasi dengan tenaga medis ketika memberikan obat. Pastikan mengikuti instruksi yang sesuai, karena konsekuensinya tinggi apabila diberikan sembarang,” jelas Dokter Phan Hong Sang, dokter yang menangani anak laki-laki itu, seperti dilansir dari Kidspot.com.
Overdosis obat yang dialami oleh anak laki-laki bisa juga disebut dengan keracunan parasetamol yang dapat menyebabkan komplikasi kesehatan seperti gagal ginjal, pankreatitis, dan yang paling parah adalah kematian.
Hal yang harus diperhatikan sebelum memberi parasetamol untuk anak
Parasetamol merupakan obat yang paling umum untuk mengobati sakit kepala, sakit perut, pilek, hingga demam. Obat ini memiliki dua bentuk, berupa sirup dan tablet. Namun, tidak semua anak bisa diberikan obat ini untuk mengobati masalah kesehatannya.
Dan berikut merupakan usia anak sudah mulai bisa mengonsumsi obat ini. Meski demikian, perlu diingat juga bahwa kondisi setiap anak berbeda, sehingga ada baiknya Anda berkonsultasi kepada tenaga medis terlebih dahulu. Usia yang disarankan di antaranya:
- Obat berbentuk sirup atau cairan – Untuk anak 2 bulan ke atas
- Tablet, termasuk obat tablet larut – Untuk anak 6 tahun
Dosis yang dianjurkan untuk anak
Dikutip dari National Health Service, berikut merupakan jumlah dosis obat yang disarankan untuk anak-anak:
Sirup bayi merupakan obat untuk anak usia di bawah 6 tahun. Obat sirup dengan berat 5ml biasanya mengandung 120mg parasetamol.
|
Umur |
Takaran/dosis obat yang disarankan |
Waktu pemberian |
3 – 6 bulan |
2,5ml |
Maksimal 4 kali dalam waktu 24 jam |
6 – 24 bulan |
5ml |
Maksimal 4 kali dalam waktu 24 jam |
2 – 4 tahun |
7,5ml |
Maksimal 4 kali dalam waktu 24 jam |
4 – 6 tahun |
10ml |
Maksimal 4 kali dalam waktu 24 jam |
-
Six Plus Syrup (Untuk usia 6 tahun ke atas)
Setiap 5ml dari obat ini mengandung 250mg.
|
Usia |
Takaran/dosis obat yang disarankan |
Waktu pemberian |
6 – 8 tahun |
5 ml |
Maksimal 4 kali dalam waktu 24 jam |
8 – 10 tahun |
7,5 ml |
Maksimal 4 kali dalam waktu 24 jam |
8 – 12 tahun |
10 ml |
Maksimal 4 kali dalam waktu 24 jam |
Catatan penting: Jangan memberikan obat pada anak dalam jarak waktu dekat selama 24 jam. Tunggu sekitar 4 jam terlebih dahulu untuk memberikan obat selanjutnya. Memberikan parasetamol atau jenis obat apa pun juga tentunya harus berdasarkan resep dokter, ya, Bun. Jadi, jangan sampai memberikan obat secara sembarang. Terutama jika anak Anda mengalami beberapa kondisi seperti:
- Berat badannya cenderung kurang dibandingkan dengan anak-anak seusianya
- Memiliki masalah hati atau pun ginjal
- Sedang melakukan pengobatan epilepsi
- Sedang mengonsumsi obat Tuberkulosis (TB) atau penyakit paru-paru yang disebabkan bakteri mycobacterium tuberculosis
- Tengah megonsumsi obat penngencer darah
Memastikan anak mendapatkan dosis yang tepat
Beberapa cara berikut bisa Parents ikuti agar Anda bisa lebih berhati-hati untuk memastikan pemberian obat yang tepat bagi anak:
- Baca aturan pakai dalam label obat atau kemasan
- Tahu dan paham kondisi kesehatan anak termasuk berat badannya (biasanya anak yang berat badan lebih rendah memerlukan dosis obat yang lebih sedikit)
- Mengedukasi diri sendiri terkait obat-obatan yang diberikan kepada anak
- Jika tidak yakin, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter
- Para tenaga ahli medis juga harus lebih diedukasi agar lebih profesional dalam memberikan resep obat untuk pasien. Selain itu komunikasi dengan pasien juga harus terjalin dengan baik agar terhindar dari adanya salah paham informasi.
Semoga Parents lebih berhati-hati lagi dalam memberikan obat pada anak, agar kejadian overdosis serupa tidak terjadi lagi.
***
Baca juga:
Bolehkah ibu hamil minum obat? Ini penjelasan dokter
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.