Hingga saat ini, aspirin kerap digunakan sebagai obat penurun panas dan pereda nyeri. Misalnya, akibat gangguan otot, sakit gigi, pilek, dan sakit kepala. Namun demikian, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum Anda mengonsumsi obat tersebut.
Faktanya, ini tergolong obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS). Obat ini bekerja dengan cara menghambat produksi prostaglandin di dalam tubuh, yang juga memicu nyeri dan pembengkakan.
Artikel terkait: Pakai Aloclair untuk Obati Sariawan? Kenali Dulu Manfaat dan Cara Menggunakannya
Obat Aspirin – Manfaat, Dosis, Risiko dan Efek Sampingnya
Dalam dunia medis, obat ini banyak dipakai untuk beberapa kondisi kesehatan berikut:
1. Nyeri dan Bengkak
Aspirin dapat meredakan nyeri dan pembengkakan yang bersifat ringan hingga sedang. Misalnya akibat sakit kepala, pilek atau flu, keseleo, kram perut dan nyeri saat haid, hingga radang sendi (artritis). Untuk nyeri yang berat, dokter akan menganjurkan untuk mengombinasinya dengan obat pereda nyeri lain, seperti OAINS jenis lain atau obat dari golongan opioid.
2. Mencegah Penyakit Kardiovaskular
Pada kelompok yang berisiko tinggi, seperti individu dengan penyakit jantung atau pembuluh darah, stroke, hipertensi, dan diabetes, konsumsi harian obat ini dalam dosis rendah dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular. Obat ini dapat mencegah pembentukan gumpalan darah, yang dapat menyumbat pembuluh darah di organ-organ penting. Untuk indikasi ini, aspirin boleh digunakan sesuai dengan anjuran dokter.
3. Mengobati Peradangan Secara Umum
Aspirin juga digunakan untuk mengobati beberapa kondisi berikut:
- Penyakit reumatik, termasuk artritis reumatoid, osteoartritis, dan kondisi radang sendi lainnya.
- Penyakit lupus.
- Peradangan di sekitar jantung atau perikarditis.
Peringatan Penting Sebelum Menggunakan Aspirin
Aspirin tidak dapat dikonsumsi oleh individu-individu dengan kondisi berikut. Dan sebaiknya, hanya dikonsumsi bila dokter merekomendasikan penggunaannya:
- Memiliki gangguan perdarahan, seperti hemofilia.
- Memiliki hipertensi yang tidak terkontrol.
- Apabila memiliki asma.
- Memiliki tukak lambung atau usus dua belas jari.
- Memiliki penyakit hati atau ginjal.
Individu yang terbiasa minum alkohol atau sedang menjalani perawatan gigi atau bedah juga harus bertanya kepada dokter sebelum mengonsumsi obat ini. Ibu hamil dan menyusui boleh mengonsumsi aspirin dosis rendah selama di bawah pengawasan dokter. Sedangkan penggunaan aspirin harus dihindari bila terdapat riwayat alergi terhadap aspirin atau OAINS lain seperti ibuprofen.
Penggunaan aspirin pada anak hanya diperbolehkan setelah berkonsultasi dengan dokter anak oleh karena dapat memicu kejadian efek samping yang serius.
Artikel terkait: Obat Domperidone untuk Antimuntah Bumil, Bisa Bantu Lancarkan ASI?
Dosis yang Perlu Diperhatikan
Obat ini dapat diperoleh tanpa atau dengan resep dokter dan tersedia dalam bentuk tablet, kapsul, kaplet, dan tablet salut selaput dengan dosis 80 mg, 100 mg, 325 mg, dan 500 mg.
Dosis dan lama pengobatannya bervariasi, tergantung pada masalah kesehatan yang dialami dan respon tubuh terhadap pengobatan. Bila dokter yang meresepkan, selalu ikuti anjurannya dosis, waktu, dan durasi konsumsi obat.
Bila Anda mengonsumsinya tanpa resep dokter, perhatikan petunjuk penggunaan aspirin pada label kemasan. Yang perlu diketahui adalah:
- Konsumsi aspirin untuk mengobati nyeri tidak boleh lebih dari 10 hari.
- Hindari konsumsi obat ini untuk mengobati demam yang telah berlangsung lebih dari 3 hari.
Minum obat ini dengan segelas penuh air setelah makan untuk mengurangi iritasi lambung, kecuali dokter memberitahu Anda sebaliknya. Jangan berbaring setidaknya 10 menit setelah Anda meminum obat ini. Usahakan untuk menelan tablet secara utuh, alias tidak menghancurkan atau mengunyahnya karena dapat meningkatkan risiko efek samping.
Interaksi dengan Obat-obatan Lain
Aspirin dapat berinteraksi dengan banyak obat yang membuatnya kurang efektif atau justru berbahaya bila dikonsumsi bersamaan. Beberapa di antaranya termasuk:
- OAINS jenis lain seperti diclofenac, ibuprofen dan naproxen. Kombinasi aspirin dan obat-obatan ini dapat meningkatkan risiko pendarahan lambung.
- Obat antidepresi seperti citalopram, fluoxetine, paroxetine, venlafaxine, dan sertraline. Bila dikombinasikan dengan aspirin, obat-obatan ini dapat meningkatkan risiko perdarahan.
- Warfarin (obat pengencer darah). Kombinasinya dengan aspirin dapat meningkatkan risiko perdarahan. Namun, ada situasi ketika kombinasi ini mungkin bermanfaat.
- Methotrexate. Kombinasi ini dapat ditemukan dalam pengobatan kanker dan beberapa penyakit autoimun. Aspirin membuat obat ini lebih sulit dikeluarkan dari tubuh sehingga berpotensi meningkatkan kadarnya di dalam darah dan memicu toksisitas (keracunan).
Artikel terkait: Sering Dibeli Secara Bebas, Ini Manfaat dan Efek Samping Obat Ponstan
Efek Samping yang Perlu Diwaspadai
Beberapa efek samping yang umum akibat konsumsi obat ini yakni:
- Iritasi lambung dan usus.
- Gangguan pencernaan.
- Mual dan muntah.
- Memar.
- Perdarahan di otak atau perut.
- Gagal ginjal.
- Stroke hemoragik (perdarahan).
Aspirin tidak dianjurkan untuk digunakan sebagai obat lini pertama untuk nyeri dan demam pada anak dan remaja karena dikaitkan dengan Sindrom Reye. Yaitu, suatu kondisi yang menyebabkan pembengkakan hati dan otak. Meski jarang terjadi, kondisi ini serius dan berbahaya.
Itulah informasi yang perlu diketahui seputar penggunaan aspirin. Meski dijual bebas, sebaiknya obat ini tidak digunakan sebagai pilihan pertama untuk mengatasi demam atau nyeri.
***
Baca juga:
Sariawan pada Anak, Ketahui Cara Mengobati dan Pencegahannya
10 Mitos dan Fakta Seputar Sindrom Down, Masih Banyak yang Salah Paham
id.theasianparent.com/penyakit-hepatitis