Tahukah Parents, gangguan mysophobia tidak mencapai lebih dari 30 persen populasi manusia di Bumi. Namun, mungkin cukup mengherankan bagi sebagian orang yang belum atau baru mengenalnya.
Mysophobia merupakan gangguan yang membuat penderitanya merasa harus sangat berhati-hati dalam menjaga kebersihan karena mudah jijik atau memiliki ketakutan ekstrem dengan sesuatu yang kotor.
Penderita juga merasa takut bersentuhan dengan kuman, bakteri, debu atau semacamnya dan berusaha melakukan berbagai cara untuk menghindarinya.
Artikel terkait: Penelitian: Ternyata Mengupil Baik untuk Kesehatan Tubuh
Penyebab dan Efek Mysophobia
Ada beberapa kemungkinan penyebab seseorang menderita mysophobia. Pertama, peristiwa traumatis yang membuatnya tidak mau lagi berurusan dengan benda kotor.
Kemungkinan kedua, adanya faktor keturunan dari keluarga yang memiliki gangguan kecemasan.
Atau bisa jadi, kondisi lingkungan yang terbiasa serba bersih dan paparan bahan kimia membuat otak merasa cemas dan takut menjadi pemicunya.
Karenanya, ketika penderita menghadapi keadaan yang kotor, timbul perasaan cemas dan takut yang berlebihan.
Ciri-ciri atau Gejala Mysophobia
Penderita mysophobia seringkali menunjukkan beberapa gejala seperti sering membersihkan diri dan ruangan secara berlebihan. Dalam sehari, penderita bisa mandi beberapa kali dalam durasi yang lama dan sering mencuci tangan.
Ciri lain dari penderita mysophobia adalah tidak suka berbagi ruang pribadi, selalu menghindari toilet umum dan keramaian, dan kontak fisik dengan orang lain. Orang dengan gangguan ini juga kerap muntah karena merasa jijik dengan sesuatu yang dianggapnya kotor.
Pada kondisi tertentu, penderita juga bisa menjerit ketakutan dan menangis jika menyadari ada kotoran atau kuman yang menempel pada tubuhnya. Rasa takut dan jijik tersebut bahkan bisa muncul hanya dengan melihat orang lain yang tampak kotor.
Artikel terkait: Kenali Ciri-ciri Anak Mengalami Gangguan Sensorik Berikut Ini!
Apabila diagnosa mysophobia ditegakkan, maka perlu segera diambil langkah pengobatan agar dampaknya tidak semakin parah. Karena hidup dengan pola terlalu higienis juga meningkatkan risiko diserang banyak penyakit. Salah satu contohnya, menggunakan produk antiseptik atau antibakteri berlebihan pada penderita kondisi ini malah bisa membuat dirinya gampang sakit.
Selain itu, gangguan mental semacam ini dapat menurunkan tingkat kepercayaan diri dan mengganggu hubungan sosial dengan lingkungannya.
Berikut beberapa cara yang bisa ditempuh untuk mengatasinya:
1. Terapi Psikologi
Terapi dapat membantu penderita untuk mengenali diri dan melawan rasa takutnya sendiri. Beberapa sumber menyebutkan bahwa terapi perilaku kognitif cocok digunakan untuk membantu mengatasi gangguan ini. Terapi ini akan membuat penderita belajar untuk mengendalikan emosi dan memenangkannya.
2. Minum Obat
Dalam kondisi tertentu, minum obat mungkin disarankan oleh psikiater untuk mengurangi dampak gejala yang muncul.
Jika kondisi dan efek yang ditimbulkan tidak berbahaya, maka konsumsi obat dapat dihindari untuk mengurangi risiko paparan bahan kimia ke dalam tubuh.
3. Mengubah Gaya Hidup
Bagaimanapun juga, gaya hidup berpengaruh paling besar terhadap kesehatan mental seseorang. Karena dari pilihan gaya hidup inilah, muncul lingkungan yang dianggapnya paling nyaman dan kondusif untuk hidup secara normal.
Beberapa hal yang perlu diperhatian untuk menjaga gaya hidup sehat adalah menjaga kebiasaan olahraga, tidur cukup, dan konsumsi makanan sehat.
Penderita disarankan untuk memilih olahraga yang dapat menenangkan pikiran. Tidak perlu melakukan gerakan ekstrem saat berolahraga kecuali dengan pendampingan ahli.
Artikel terkait: 7 Drama Korea tentang Penyakit dan Fobia Langka, Sarat Ilmu Sekaligus Menyentuh!
4. Self-Healing
Selain pilihan gaya hidup dan dukungan lingkungan, gangguan mysophobia dapat diatasi dengan menerima keadaan diri sendiri dan mencoba berdamai dengannya.
Self-healing berarti penderita belajar menghadapi dirinya sendiri secara perlahan, relaks dengan apapun keadaan yang harus dihadapi, dan menantang pikiran negatif agar tidak bertahan lama dalam pikiran.
Untuk membantu mengalihkan perhatian dari hal-hal negatif, penderita dapat memilih aktif dalam lingkungan sosial, organisasi, atau kegiatan tertentu. Sehingga waktu untuk menghadapi rasa takut akan jauh berkurang dan kemudian terbiasa berpikir positif.
Sebagai salah satu bentuk gangguan mental, mysophobia harus diatasi dengan baik dan benar. Pastikan penderita mendapat penanganan yang tepat dan segera, agar dampak negatif dapat diminimalisir atau bahkan dihilangkan.
Itulah penjelasan mengenai kondisi Mysophobia atau ketakutan berlebih pada kuman dan sesuatu yang kotor. Apabila Parents atau orang sekitar menunjukkan gejala ini, jangan ragu untuk segera menghubungi profesional agar kondisinya bisa ditangani secara tepat dan cepat.
Semoga bermanfaat!
***
Baca juga:
9 Ciri-ciri bipolar pada anak, kenali sebelum terlambat!
7 Tindakan Orangtua yang Bisa Menyebabkan Anak Alami Gangguan Bipolar
10 Mitos dan Fakta Bipolar Disorder, Benarkah Bikin Pria jadi Mandul?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.