Bipolar Disorder atau gangguan bipolar adalah salah satu dari gangguan mental yang ditandai dengan perubahan emosi yang drastis. Siapa saja bisa mengalami bipolar dan kasus ini termasuk kasus yang cukup sering terjadi termasuk di Indonesia. Oleh karena itu, cukup banyak pula mitos dan fakta seputar bipolar yang beredar.
Menurut penelitian, jumlah pengidap bipolar di seluruh dunia diperkirakan mencapai hingga 5 % dari total penduduk dunia. Di Indonesia sendiri, berdasarkan data dari Bipolar Care Indonesia (BCI), sebanyak 2% dari total penduduk Indonesia atau setara dengan 72 ribu orang mengalami gangguan bipolar.
Gejala dari gangguan bipolar adalah perubahan mood atau suasana hati yang ekstrim. Penderita bipolar akan mengalami siklus, atau episode emosi berbeda-beda yang sangat intens berupa depresif, manik, dan hipomanik secara bergantian.
10 Mitos dan Fakta Seputar Bipolar
Hingga saat ini penyebab dari gangguan bipolar masih belum dapat diketahui. Menurut beberapa penelitian, faktor genetik kemungkinan berpengaruh pada kondisi psikis seseorang yang menyebabkan gangguan ini. Beberapa kondisi tertentu seperti stress berat dan trauma dapat menjadi pencetus timbulnya gangguan bipolar.
Untuk mengenal ganggan bipolar secara lebih dalam, Seksi Bipolar dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) membahas mengenai beberapa mitos dan fakta seputar bipolar yang kerap beredar di masyarakat. Melalui sesi Instagram Live yang diselenggarakan Rabu (24/3) lalu dengan dr. Brihastami Sawitri sebagai narasumber, berikut adalah ulasannya.
1. Mitos: Bipolar Disebabkan oleh Kurangnya Iman Seseorang
Hal ini dibantah oleh dr. Windy Tiandini dari Universitas Airlangga sebagai salah satu host. Menurutnya, ada banyak penyintas bipolar yang memiliki tingkat relijius yang tinggi.
“Sebenarnya kalau kurang iman nggak, banyak justru yang dari kalangan agamanya yang kuat yang menderita seperti itu,” ungkapnya.
Menurut dr. Brihastami, kurang iman menjadi penyebab gangguan bipolar atau gangguan psikiatri lainnya adalah stigma atau mitos yang harus dipatahkan.
“Spiritualitas kadang mempengatuhi tapi tak segampang itu juga. Ada faktor biologis dan juga psikologis lainnya,” dr. Brihastami menambahkan.
2. Mitos: Bipolar Hanya Perubahan Suasana Hati yang Wajar Dialami Setiap Orang
Dr. Brihastami mengungkapkan memang benar perubahan suasana hati atau mood swing kerap dialami setiap orang. Namun pada kasus bipolar, ada dampak yang mengganggu di fase kehidupan sehari-hari karena perubahan suasana hati yang terlalu ekstrim tersebut.
“Contohnya fase depresi, kan sudah terpengaruh kualitas hidupnya, sekolahnya, pekerjaannya. Misalnya lagi kalau sedang dalam episode manik atau hipomanik, akan merasa overconfidence untuk melakukan hal-hal yang berisiko seperti ngebut-ngebutan atau perilaku seksual yang berisiko,” jelasnya.
Berbeda dengan perubahan suasana hati yang memang wajar dialami setiap orang, untuk diagnosis bipolar ada standarnya tersendiri yang diakuinya sebagai seorang dokter.
“Kalau ktia mendiagnosis, ada kriteria waktunya. Lalu biasanya mereka yang bipolar tidak selalu ada pencetusnya, sebab akibatnya. Sifatnya ini dipengaruhi oleh biologisnya. Faktanya harus ada gangguannya terlebih dahulu, tak semata perubahan suasana hati atau perasaan biasa,” ia melanjutkan.
3. Mitos: Bipolar Disebabkan oleh Diet yang Salah, dan Bisa Diterapi dengan Makanan
Anggapan bahwa bipolar disebabkan oleh diet mungkin berpengaruh pada fakta bahwa apa yang kita konsumsi dapat mempengaruhi suasana hati kita. Namun, pada faktanya bipolar dipengaruhi oleh banyak faktor lainnya.
“Kalau menjadi penyebab rasanya sulit karena bipolar itu multi-faktorial, bisa dari kerentanan genetik, atau stressor lainnya. Lalu jika terapinya hanya diet saja, tidak minum obat, rasanya akan sulit untuk meregulasi moodnya,” dr. Brihastami memaparkan.
Ia menyetujui bahwa diet bisa menjadi sebagai bagian dari terapi namun tidak menjadi solusi satu-satunya.
“Ada peribahasa ‘ You are what you eat’. Apa yang kita makan akan mempengaruhi tubuh kita, jadi kalau kita memperhatikan apa saja yang kita makan itu bagus. Tapi kalau satu-satunya penanganan lewat diet itu adalah mitos,” katanya.
4. Fakta: Penderita Bipolar Harus Minum Obat Seumur Hidup
Untuk yang satu ini, dr. Windy mengajak dokter dan pasien untuk menyamakan persepsi terlebih dahulu mengenai perbedaan ketergantungan dan kebutuhan.
“Misalnya kita analogikan makan nasi, makan nasi berapa kali sehari agar tetap kenyang? Kalau kebutuhan kan jumlahnya akan tetap. Nah, obat-obatan bipolar menjadi sebuah kebutuhan untuk mengontrol emosi agar tidak terlalu turun dan tidak terlalu naik,” kata dr. Windy.
Jadi dengan kata lain, penderita bipolar memang harus mengonsumsi obat untuk menstabilkan mood-nya. Namun jika ia sudah bisa mengontrol emosinya dengan baik, kebutuhan untuk minum obat bisa diminimalisir.
5. Fakta: Bipolar Tak Bisa Disembuhkan
Menurut dr. Brihastami, kondisi ini berkaitan dengan kualitas hidup penderita Bipolar. Jika sudah dianggap pulih, penderita biasanya dapat mengerti kebutuhannya dan mengenali siklusnya. Ada juga yang tahu apa yang diperlukan dalam setiap episode yang ia alami.
Jadi, memang bipolar tak bisa disembuhkan secara tuntas, namun penyintas akan terbiasa hidup bersama dengan bipolar dan mengerti apa saja yang harus dilakukan jika penyakitnya kambuh.
6. Fakta: Gangguan Bipolar Bisa Disertai dengan Gangguan Mental Lainnya
Dr. Brihastami menyatakan bahwa hal ini adalah fakta. Penderita bipolar bisa saja didagnosis dengan gangguan mental lain disamping kondisi bipolarnya atau komorbiditas (penyerta).
“Kadang-kadang kita harus membedakan diagnosisnya (bipolar dan penyaktit lainnya). Tapi kalau terjadi dengan komorbiditas sebenarnya mungkin-mungkin saja. Tapi ada beberapa syarat yang harus dipenuhi sebelum mendiagnosis.” Dokter yang berpraktik di RS Universitas Airlangga Surabaya tersebut berkata.
7. Fakta: Bipolar Bisa Saja Kambuh Kembali dan Harus Minum Obat Lagi
Berkaitan dengan yang sebelumnya, seseorang yang sudah ‘pulih’ dari bipolar bisa saja kambuh kembali dan harus minum obat lagi atau memulai terapi kembali.
“Apalagi bipolar itu sendiri istilahnya menahun, ya. Pulih itu hidup bersama dengan bipolar, yang kambuh atau relaps adalah gejalanya. Justru kalau bisa dengan obat kita meminimalisir kambuhnya,” ia menjelaskan.
8. Mitos: Jika Gejala Bipolar Menurun, Obat-Obatan Bisa Distop
Dr. Brihastami meyakini bahwa anggapan ini adalah mitos. Menurutnya, apalagi jika penyintas bipolar memutuskan sendiri untuk berhenti minum obat. Oleh karena itu, pasien sebaiknya mendiskusikan terlebih dahulu dengan dokter ketika merasa sudah tidak butuh minum obat agar sama-sama satu visi.
9. Mitos: Obat Bipolar Bikin Berat Badan Naik
Dr. Brihastami menjelaskan bahwa setiap pengidap bipolar memiliki kondisi yang berbeda-beda sehingga obat-obatannya juga berbeda, karena itu sangat penting untuk tidak self diagnose dan self treatment.
Selain itu, memang beberapa obat-obatan yang berfungsi untuk mengontrol mood orang penderita bipolar memiliki efek samping seperti meningkatnya nafsu makan atau metabolisme tubuh. Jika ada keluhan seperti ini maka sebaiknya didiskusikan dengan dokter yang merawatnya.
10. Fakta: Pria dengan Bipolar Sulit Mendapatkan Keturunan
Sayangnya, anggapan ini ternyata adalah fakta. Namun, gangguan bipolar bukanlah satu-satunya penyebab turunnya tingkat infertilitas seseorang.
“Menurut penelitian ternyata ada hubungannya (bipolar) dengan fertility. Tapi tak segampang itu, tak langsung divonis tak punya anak karena bipolar. Ada banyak faktor, misalnya kualitas hubungan suami istri serta pengaruh obat bipolar yang dikonsumsi,” ungkapnya.
Ia menjelaskan bahwa baik fisik, psikis, dan gaya hidup akan saling berpengaruh terhadap tingkat kesuburan pasien yang mengidap gangguan bipolar.
***
Apa saja mitos dan fakta tentang gangguan bipolar yang pernah Parents dengar? Apakah ada di antara daftar di atas yang pernah Parents ketahui? Semoga dapat menambah wawasan kita semua mengenai ganguan bipolar.
Baca Juga:
5 Artis yang Berjuang Hadapi Gangguan Bipolar, Nomor 3 Tak Banyak yang Tahu!
id.theasianparent.com/gangguan-psikologi-bipolar
Parents, Perhatikan 10 Ciri Penyakit Mental yang diderita oleh Anak ini
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.