Cerita MPASI Pertama Bayiku, dari Bubur Ayam Mentega yang Bikin Hepi hingga Drama Penolakan

Bicara MPASI

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Belakangan ini banyak saya temui pertanyaan yang bunyinya begini: “Bayiku usianya sekian bulan (belum 6 bulan), udah boleh dikasih makan belum? Soalnya dia liatin terus orang makan. Kayak pengen makan.” Bunda ada yang lagi merasakan ini? Liat bayi mangap-mangap tiap liat kita makan. I feel you too, bun. Really do. Kasihan rasanya liat bayi mangap-mangap nunggu disuapin. Betul? Tapi ya harus sabar. Belum saatnya ya jangan. Kali aku mau share pengalaman MPASI pertama Maryam, bayiku. Boleh ya?

MPASI Bubur Ayam Mentega Bikin Maryam, Umi dan Abi Hepi

Ilustrasi bubur bayi. (Unsplash)

Saat Maryam usianya 4 bulan, dia sudah mulai tertarik melihat orangtuanya makan. Mangap-mangap sambil tengkurap. Tapi gak terlalu melas sih wajahnya, jadi rasa kasihan saya masih bisa tertahan.

Masuk usia 5 bulan, alhamdulillah Maryam sudah bisa duduk tegak sendiri. Udah gak olang oleng. Sambil duduk, dia suka liatin ortunya makan. Mangap-mangap juga. Kali ini wajahnya melaaaas banget. Hati emaknya makin gak tega rasanya. Gak sabar banget pokoknya pengen cepet-cepet tiba waktunya nyuapin Maryam MPASI.

Momen ini aku manfaatkan untuk mengenalkan Maryam jadwal makan. Tiap ortunya makan, aku suka kasih Maryam mangkuk dan sendoknya sendiri. Mangkuk kosong tentunya. Biar dia main-main sama peralatan makannya sambil liatin kita makan. Kadang saya juga nyuapin Maryam dengan sendok kosong itu. Dan dia lahap banget! Sambil ketawa-ketawa, keliatan bahagia banget disuapin sendok kosong gitu. Makinlah kalut perasaan saya. Gak sabar pengen ngasih makan.

Masuk usia 6 bulan. Hari pertama Maryam makan MPASI-nya. Bubur Ayam Mentega. Resep dari dr. Meta.

Anyway, saya punya e-booknya. Kiranya bunda pengen japri saya aja lewat dm Instagram, @sdianatsh, nanti saya bagi lewat WA atau telegram.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artikel terkait: 5 Tanda Bayi Siap Diperkenalkan MPASI

Lunch pertamanya, kali ini mulai ada drama Maryam teriak-teriak nolak makan. Tapi ujung-ujungnya mau makan juga sih. Walaupun gak selahap sarapan tadi. Makan malampun sama.

Hari ke hari, saya catat tiap Maryam makan. Frekuensi makannya, habis berapa suap, mood Maryam, mood ibunya, menunya apa, reaksi bayinya gimana, masalahnya atau dramanya apa, solusinya apa. Untuk evaluasi.

Dilihat catatanya memang naik turun. Kadang habis seporsi. Kadang bersisa. Kadang nangis, teriak, hoek, lepeh, sembur. Kadang lahap. Tapi untuk lepehan, semburan, semakin hari semakin hilang sih. Gitu aja terus. Gapapa. Pokoknya yang penting gak dipaksa dan ibunya tetap tenang, sabar, tetap apresiasi.

Setiap Maryam selesai makan, saya selalu berterima kasih padanya, meski dia cuma makan satu sendok saja.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Drama MPASI Pertama Maryam, Lihat Sendok Saja Nangis

Ilustrasi (Unsplash)

Masuk hari ke tujuh. Qadarullah, Maryam diare. Entah apa penyebabnya. Saat diare, dia masih mau makan banyak. Seporsi selalu habis. Minum ASI-nya juga kuat. Tadinya mau diinfus, tapi saya dan suami memutuskan untuk memantau dulu frekuensi BAB-nya sehari lagi sambil terus memantau tanda-tanda dehidrasi. Alhamdulillah, Maryam cukup terhidrasi. Cirinya pipisnya juga banyak dan anaknya tetap ceria, aktif. Frekuensi BAB-nya pun makin berkurang. Alhamdulillah, diarenya sembuh.

Tapi…. Setelah diare, Maryam susah sekali makan. Sesuap pun gak masuk. Ini terjadi selama 3 hari. Baru ditaruh untuk duduk saja dia nangis. Lihat sendok saja nangis. Bingung!

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Segala cara dicoba. Kecuali ngasih mainan, gadget atau TV. Big No. Ini beberapa cara yang saya coba:
– Saat duduk coba benerin posisi duduknya, mungkin kurang nyaman.
– Pakai kaidah 2.30.2
– Ganti menu, naik turun tekstur
– Makan bareng Umi Abinya
– Disuapin pakai jari, karena katanya bayi tuh biasanya selalu mangap kalo disodorin jari ibunya. Ya benar. Dia mangap. Tapi kemudian nangis karena MPASI masuk ke mulutnya. Dari situ, dia juga gak mau mangap sama jari Uminya.

Sampai suatu malam, mungkin saya gak bisa tahan emosi karena Maryam menolak makan. Di hadapan Maryam masih senyum, biar Maryam gak takut. Lalu pergi ke kamar. Nangis.

Artikel terkait: Rasa Baru yang Asyik, Bikin Si Kecil Lahap Menghabiskan MPASI-nya

Suami datang, peluk, kasih saya support dan apresiasi. Then I’m feel much better. Suami juga bilang, “Besok-besok perbaiki niat kamu ngasih Maryam makan. Jangan sebatas biar Maryam kenyang dan sehat. Niatkanlah ibadah, cari ridha Allah, cari pahala. Kamu ngga akan dapet pahala sabar kecuali kamu punya alasan bersabar. Ngasih anak makan adalah alasan kamu dapet pahala sabar. Sadar ke sana, kamu gak akan kecewa lagi kalo Maryam nolak makan. Terus coba, terus berusaha, tetap sabar. Kalau sudah rezeki Maryam, Allah gerakkan mulut Maryam untuk terbuka, ngunyah, nelen. Kalau masih mingkem, yaudah bukan rezekinya. Semoga tetep Allah kasih rezeki kesehatannya.”

Iya sih. Selama berat badannya masih normal, anaknya masih ceria, mungkin bukan saatnya terlalu khawatir. Coba aja terus. Meski cuma sesuap, dua suap. Pagi ini sesuap, masih ada makan siang. Mudah-mudahan naik jadi dua suap. Siang makannya masih gitu, gapapa masih ada malam. Malam masih gitu, gapapa coba lagi besok.

Mencoba Memahami Proses yang Dilalui Maryam

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Ilustrasi (Unsplash)

Saya coba pahami posisi bayi. Sembilan bulan dalam kandungan, nutrisinya masuk gitu aja lewat tali pusarnya, gak pernah dia ngerasa lapar di sana. Enam bulan di dunia, mulai ada usaha. Lapar, haus harus nangis dulu, baru dikasih ASI. Didekap, disusui, dipeluk, dibelai, dinyanyikan lagu cinta, dicium, ah… Pasti perasaannya nyaman, aman, sembari perutnya terisi. Sudah enam bulan, tiba-tiba dia lapar gak langsung digendong, didekap, disusui. Melainkan didudukan lalu disuapin solid food! Pasti dia bingung kan?

“Mi, biasanya aku laper, nangis, langsung didekap, disusui. Ini kenapa aku ditaruh disini? Disuapi apa ini pula. Nyangkut di leher, gak bisa langsung aku telan.”

Itu mungkin yang coba dia katakan ya? Maka, sestress apapun yang menyuapi, saya yakin yang disuapi lebih stress lagi, bukan?

Sampai hari ini, Maryam masih dalam proses belajar makan. Meski tidak sebaik dan selahap saat sebelum diare, tapi setidaknya catatan MPASI-nya mengatakan Maryam mampu makan lebih baik dari hari ke harinya. Sehari-harinya pun masih ceria, suka tertawa, suka mengoceh. Berat badannya juga masih normal. Mungkin saya tak perlu terlalu khawatir dan terus saja mencoba.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Nah, begitulah Buibu. Semoga pengalaman MPASI pertama Maryam, bayiku ini, bermanfaat untuk bunda sekalian. Terutama bagi Bunda yang senasib seperjuangan dengan saya. Peluk jauh ya Bun.

Untuk Bunda yang menjelang waktunya MPASI, saya ucapkan semangat! Setiap bayi itu unik, berbeda, dan punya kelebihannya sendiri. Jadi, jangan banyak lihat bayi lain. Apalagi sampai membandingkannya. Kiranya ternyata nanti lihat anak orang makannya lebih lahap daripada anak kita. Maka jangan sedih, insecure. Fokus saja pada anak kita sendiri. Setiap bayi hebat, dan istimewa.

Untuk Bunda yang merasa tak sabar ingin menyuapi si kecil yang selalu mangap-mangap melihat kita makan, i feel you bund. I really do! Kasihan ya dia? Wajahnya memelas, minta disuapi. Saat disodori makanan kita, dia nampak sangat senang sambil membuka mulut. Ah… Kasihan. Tapi bagaimana lagi? Lebih kasihan kalau ususnya sampai harus dioperasi karena melilit akibat MPASI dini bukan? Paling fatal bisa sampai meninggal. Maka sabar. Tunggu sampai 6 bulan. Kecuali memang ada saran dari dokter. Misal karena berat badannya kurang, sehingga bayi sudah butuh nutrisi tambahan dari MPASI.

Semoga Allah mudahkan saya, kita, dalam mengurus anak, memenuhi hak MPASI anak. Jikalah bukan kemudahan berupa anak mampu lahap, semoga Allah mudahkan orangtuanya untuk bersabar.

Terima kasih sudah membaca ya Bun.
Semoga anak kita sehat selalu.

Ditulis oleh Diana Tasha, UGC Contributor theAsianparent.com

Artikel UGC lainnya:

8 Cara yang Saya Lakukan Mengatasi Drama GTM

Anak Alami Tongue Tie, Nyaris Membuatku Menyerah untuk MengASIhi

Terlahir Berbeda, Tak Mematahkan Semangatku untuk Merawat Anakku

Penulis

Diana Tasha