Ezio, begitu aku memanggil buah hatiku, dan anakku terlahir berbeda.
Pernikahan aku dan ayah Ezio bisa dikatakan tidak ada masalah berarti, kami pacaran dan menikah. Alhamdulillahnya 2 bulan setelah menikah, aku dinyatakan hamil.
Selama masa kehamilan pun aku merasa baik-baik saja. Aku selalu patuh untuk menuruti apa kata dokter kandunganku saat itu. 9 Bulan masa kehamilan, tidak pernah aku absen untuk tidak kontrol. Segala USG juga aku lakukan demi ingin melihat apakah anakku baik-baik saja.
Ezio, Buah Hatiku Lahir dengan Selamat
Tepat bulan September 2014 Ezio lahir. Sebelum aku dioperasi, dokter kandunganku menyatakan bahwa bayi aku sempurna, sudah siap untuk lahir. Aku sangat bahagia, tak henti-hentinya berdoa agar persalinanku lancar.
Saat Ezio lahir, aku bersyukur karena dinyatakan lahir dengan lengkap. Akupun semangat untuk memberikan ASI ke Ezio. Hingga hari ke 3, saat akan pulang, surat lahir Eziopun diberikan. Sungguh sangat terkejut aku membaca bahwa Ezio mengalami kelainan lahir yaitu HIPOSPADIA.
Hipospadia merupakan suatu kelainan yang menyebabkan letak lubang kencing (uretra) bayi laki-laki menjadi tidak normal.
Istilah yang saat itu sangat asing bagiku. Aku sempat menyalahkan dokter kandungan ketika tidak terdeteksi saat USG. Namun akhirnya aku bisa menerima kenyataan ini sembari mencari info apa yang seharusnya aku lakukan.
Melalui dokter spesialis urologi, aku mendapatkan penjelasan detail mengenai hipospadia. Hatiku dibesarkan bahwa kelainan ini memang jarang terjadi, namun bisa diperbaiki.
Tips dari aku saat anak divonis alami hipospadia:
- Segera konsultasi ke dokter spesialis urologi, lebih baik lagi urologi anak
- Karena jenis hipospadia berbeda-beda, tanyakan jenisnya dan kapan sebaiknya dilakukan koreksi atau operasi
- Tetap semangat dan berdoa, karena hipospadia itu bisa disembuhkan.
Anakku Terlahir Berbeda dengan Hipospadia dan ADHD
Usai drama hipospadia, aku kembali fokus dengan proses tumbuh kembang Ezio. Namun kembali ku menemukan batu kerikil di mana ada perilaku Ezio yang tidak wajar sesuai dengan anak seusianya.
Dia selalu menghindar dari anak-anak seumurannya, dia pun suka melempar barang-barang yang ada di sekitarnya, hingga suka membating dirinya ketika tidak mendapati barang untuk dibanting.
Melalui Kuisoner Pra Skrining Perkembangan ( KPSP), aku dapatkan bahwa perkembangan Ezio tidak on track. Untuk mendapati apa yang sebenarnya terjadi pada Ezio, aku membaca banyak literature hingga video untuk menambah stimulasinya. Namun nihil usahaku tidak juga menampakkan hasil.
Akhirnya saya memutuskan untuk mendatangi ahli. Aku coba membawa Ezio ke dokter tumbuh kembang anak, dokter syaraf, dokter alergi, psikolog, hingga pakar terapi. Proses observasi ini memakan waktu kurang lebih 2 tahun.
Pada usia 4 tahun 5 bulan, psikiater anak mengeluarkan diagnosa, sesuai dengan ciri-ciri yang ditunjukkan Ezio bahwa Ezio mengalami Attention Deficit Hyperactivity Disorder ( ADHD ) atau Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas ( GPPH ).
Setelah anakku terlahir berbeda dengan Hipospadia, kini ia pun dinyatakan ADHD
Tidak Ada Kata Menyerah
Bohong kalau aku mengatakan aku selalu kuat. Ada masa di mana rasa mellow itu datang. Terbayang bagaimana masa depan Ezio di masa mendatang.
Tapi, menyerah adalah kata yang pantang buat aku.
Bagaimana aku harus menghadapi itu. Apalagi di awal ayah Ezio sempat denial dengan keadaan Ezio. Belum lagi harus menjelaskan kepada keluarga besar, dimana sebelumnya Ezio banyak mendapat omongan yang tidak enak.
Tapi aku ga mau berlama-lama larut dalam keadaan itu. Aku mulai terbuka dengan diagnosa yang diberikan psikiater kepada Ezio. Aku dan suami juga sudah mulai terbuka menerima masukan positif untuk kebaikan Ezio. Ezio mulai ikut terapi dari usia 2,5 tahun hingga kini. Bersekolah di sekolah inklusi di mana lingkungan sekolah dapat menerima keadaannya.
Tips Menghadapi Anak Berkebutuhan Khusus ( ABK )
Untuk menghadapi keadaan Ezio, kami sebagai orang tua pun perlu di terapi. Tujuannya adalah untuk bisa lebih baik lagi dalam menghadapi Ezio. Saat itu kami diberi 3 vitamin cinta oleh Prof. Dr. Juke R Siregar ( Praktisi Psikolog ).
3 Vitamin Cinta itu adalah :
- Acceptance -> Menerima anak dengan kondisi yang ada
- Affection -> Menumbuhkan rasa sayang dengan menerima anak apa adanya
- Achievement -> mendukung anak ADHD untuk berprestasi
- Cinta –> Tumbuhkan cinta yang tulus dalam membimbing anak ABK
Slowly But Sure
Ya, pelan tapi pasti aku dapat merasakan perkembangan Ezio yang luar biasa. Proses terapi mulai dari sesnosri integrasi, okipasi, wicara, behavior serta bantuan dari guru-guru di sekolah membawa perkembangan Ezio ke arah yang lebih baik. Dia sudah tidak lagi membanting barang apalagi membanting dirinya.
Pola kemandirian dan cara berpikirnya memang masih belum sesuai degnan usianya. Fokusnya juga masi dalat dikatakan lebih pendek dari anak seusianya. Namun kini dia sudah bersosialisasi dengan anak lain, toleransi dan jiwa sosialnya juga sudah terbentuk.
Apapun itu aku sangat bersyukur. Aku percaya, meski lambar, suatu saat Ezio akan menjadi anak yang mandiri dan bisa mencapai cita-citanya. Aku selalu mendukungnya.
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.