MPASI menjadi momen yang sangat kunantikan dengan antusias saat Arsya, anakku, akan menginjak usia 6 bulan. Sebelum tiba waktunya, saya pun mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang MPASI. Termasuk soal mengatasi drama GTM.
Saya pun mulai menyiapkan segalanya, cari tahu apa saja peralatan yang dibutuhkan, mengumpulkan berbagai resep, membaca artikel tentang cara pemberian MPASI, sampai menanyakan pengalaman dari beberapa teman yang sudah lebih berpengalaman memberikan MPASI ke anaknya.
Waktu aku melihat resep-resep MPASI, yang ada dipikiranku saat itu, membuat MPASI sepertinya mudah, cara masaknya sama, tinggal ganti-ganti saja menunya. Rasanya sudah sangat siap untuk memulai MPASI anakku.
Momen Fase MPASI Akhirnya Datang…
Hari pertama MPASI, bahan makanan untuk MPASI sudah siap, termasuk Unsalted Butter, Keju Belcube, dan Evoo yang katanya sangat bagus untuk MPASI, dan penting dalam pemberian MPASI karena sebagai lemak tambahan.
Tapi, entah kenapa di hari pertama MPASI, justru aku teringat ucapan salah satu temanku yang menyarankan untuk memberikan bubur terfortifikasi di awal MPASI. Karena berdasarkan pengalaman temanku itu, anaknya lebih bisa menerima bubur terfortifikasi dibanding makanan buatannya sendiri.
Karena baru awal percobaan, aku mencoba mengikuti apa yang teman saya katakan. Hari pertama, MPASI yang saya berikan yaitu bubur terfortifikasi. Hasilnya, anak makan dengan lahap meskipun porsinya masih sedikit.
Alhamdulillah, senang sekali rasanya melihat anak mau menelan makanan pertamanya. Mungkin karena selama beberapa hari sebelum MPASI, anakku sudah terlihat antusias dan penasaran ketika melihat orang lain makan.
Dia selalu merespon menggerakan bibirnya seperti gerakan orang yang sedang makan, ketika melihat orang lain makan. Itu adalah tanda kalau dia sudah siap untuk memulai MPASI nya.
Lalu lanjut di hari kedua, aku mencoba membuatkan makanan homemade, kubuatkan sesuai resep yang aku dapat dari Youtube. Membuatnya mudah, sudah disesuaikan sama seperti di salah satu channel Youtube, yang katanya resep anti GTM.
Tapi, kok, setelah aku coba memberikannya, ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Respon dari suapan pertamanya, dia langsung mual, “Hoek”.
Upaya Mengatasi Drama GTM
Duh, bingung. Apanya yang salah? Ini sudah sesuai sama resep , sudah dikasih ini itu. Lalu kucoba cicipi makanannya, hmmmm mungkin memang rasanya kurang enak. Tapi resep yang aku buat sudah sesuai. “Oke besok coba lagi,” hanya itu yang terlintas dipikiranku. Akhirnya hari kedua saya beri bubur terfortifikasi lagi.
Hari ketiga, aku mencoba membuatkan menu homemade lagi, sesuai resep MPASI yang aku dapat. Dan responnya, ternyata masih sama dengan hari sebelumnya.
Astaghfirullah.. apa yang sebenarnya salah? Dan lagi, akhirnya aku berikan bubur terfortifikasi untuk anakku, dan dia lahap.
Kejadian ini berlanjut sampai beberapa hari kemudian. Akhirnya aku memutuskan untuk memberikan bubur terfortifikasi saja, mungkin memang anakku lebih suka itu. Tidak ada salahnya memberi anak bubur terfortifikasi, karena justru takaran gizi yang terkandung sudah jelas dan pas sesuai kebutuhan.
Sampai anakku usia 8 bulan, aku fokus memberikan bubur terfortifikasi untuk MPASI utamanya, ditambah cemilan pure buah dan biskuit. Alhamdulillah berat badannya selalu naik sesuai garis hijau yang ada di KMS. Tapi selama 2 bulan itu aku tidak pernah berhenti untuk sesekali memberikan makanan homemade, meskipun seringkali ditolaknya.
Terkadang tetangga yang sama-sama punya bayi, memberikan MPASI homemade buatannya yang dibuat untuk anaknya, karena tahu anakku tidak mau makan makanan buatanku, tetanggaku yang anaknya lahap dengan makanan buatannya, sedikit berbagi dengan tujuan anaku pun akan lahap memakannya. Namun sama saja, anaku tetap menolak dan mual jika makan makanan homemade.
Meskipun begitu, aku tidak pernah menyerah mencoba memberikan makanan homemade agar anakku tidak bergantung hanya dengan makan bubur terfortifikasi saja. Awalnya aku benar-benar khawatir soal MPASI anakku ini.
Yang ada di pikiranku, bagaimana kalau anakku hanya mau makan bubur terfortifikasi saja sampai besar nanti? Mungkin sampai toddler? Bagaimana kalau anakku tidak mengenal nasi? Tidak suka sayur? Kapan dia akan kenal daging, ikan dan lauk pauk lainnya?
Mengatasi drama GTM ini menguras tenanga dan akhirnya menimbulkan banyak kekhawatiran.
Tapi aku berusaha untuk fokus dengan apa yang terjadi saat itu. Yang penting anak terpenuhi gizinya, dan tumbuh dengan normal, tidak stunting, daripada tidak mau makan sama sekali dan Berat Badan tidak naik. Lebih baik aku beri bubur terfortifikasi sesuai yang dia mau.
Lalu di usia sekitar 8 lebih, pelan pelan aku mengenalan ragam makanan lagi. Kali ini aku tidak mencapurnyam namum memberikan secara terpisah. Dan ternyara benar, awalnya aku coba memberikannya telor dadar, hanya telor, tanpa dibuat bubur, aku penyet-penyet saja agar tekstur nya agak lembut.
Tidak disangka dia mau dan lahap. Lalu dicoba nasi, hanya nasi yang agak lembek, dia mau. Lalu kucoba beri sayur brokoli rebus, dan beberapa makanan lainnya dengan cara memberi nya satu persatu tanpa dicampur, ternyata dia mau.
Ternyata anakku lebih suka makanan yang terpisah cara makannya. Selain itu, dia sudah bisa naik tekstur. Bertahap aku mencoba mempelajari apa yang sebenarnya anakku mau makan. Semua jenis sayur, buah, lauk pauk aku coba. Hasilnya, lahap. Ternyata anakku juga tipe yang selalu penasaran dengan makanan baru. Sampai akhirnya dia doyan semua makanan.
Alasan Mengapa Anak Tidak Mau Makan
Selain faktor jenis makanan, ada juga faktor lain yang mempengaruhi anakku tidak mau makan. Biasanya anakku susah makan ketika dia merasa tidak enak badan. Contohnya, ketika dia demam, pasti nafsu makannya menurun. Makanan favorit dia pun hanya mau dimakan sedikit.
Tidak bisa makan lahap. Terkadang, kalau jam makannya berubah. Bagiku jam makan anak menjadi hal yang penting dan harus teratur. Tidak harus tepat di jam yang sama, tapi setidaknya benar-benar teratur makan pagi, siang, dan sore. Selain itu bisa diberi cemilan jika anak masih lapar. Hasilnya, anak jadi tahu kapan dia lapar, dan dia akan lapar di jam-jam biasa dia makan.
Meskipun aku sudah berusaha mendisiplinkan jam makan anak, tapi ada saja hal-hal yang di luar kendaliku yang membuat jam makannya berubah. Sebagai contoh, anakku pernah ketika jam makan sore, dia tidak mau makan sama sekali, padahal biasanya lahap. Lalu aku cari tahu penyebabnya, ternyata menjelang jam makan sorenya, ada yang memberinya snack/cemilan, dan dia habis banyak.
Hal seperti ini yang seringkali menjadi penyebab anak tidak mau makan, karena dia sudah kenyang dengan snack nya. Apalagi ketika mendekati jam makannya, otomatis anak sudah mulai merasakan lapar, ketika dikasih snack, dia pasti akan lahap dan bisa habis banyak untuk camilan. Yang seharusnya sebentar lagi makan makanan pokok, jadinya tergantikan hanya dengan makan snack sampai anak merasa kenyang.
Lalu, jam makannya menjadi mundur, dan berubah, berantakan. Jam makan anak yang seharusnya sore berubah menjadi malam. Itupun kalau anak masih mau makan, kalau ternyata malam nya sudah lelah dan mengantuk, akhirnya tidak jadi makan.
Kejadian semacam ini yang seringkali terjadi. Sehingga ada orang yang bilang, anak maunya makan snack/cemilan, tapi tidak mau makan nasi. Sebenarnya bukan salah anak yang tidak mau makan nasi, tapi orangtuanya yang kurang mengatur jam makannya. Seperti itulah berdasarkan pengalamanku.
Saat ini usia anakku 16 bulan, selama 10 bulan sejak pertama kali MPASI, aku sudah berhasil menerapkan tips-tips untuk mengatasi drama GTM.
Mengatasi Drama GTM, Beberapa Langkah Ini yang Saya Lakukan
1. Beri menu yang bervariasi agar anak tidak bosan.
Karena bayi juga manusia, sama seperti orang dewasa, dia bisa bosan dengan menu yang itu itu saja.
2. Berikan kebebasan anak yang menentukan apa yang dia mau makan.
Seperti halnya orang dewasa, bayi juga punya selera makannya masing-masing. Tidak bisa disamakan dengan bayi lainnya. Misal ada anak yang lebih suka makanan dengan cenderung rasa gurih/asin, ada yang lebih suka manis, ada yang maunya makan dipisah seperti anakku, ada yang maunya makan pakai tangan bukan sendok, ada yang lebih suka makan sendiri daripada disuapi, dan sebagainya.
Intinya tidak memaksakan untuk makan sesuai kehendak kita. Sebagai orang tua, kita hanya bertugas menyediakan makanannya, yang menentukan mau makan atau tidak tetaplah anak.
3. Disiplin waktu makan.
Biasakan makan di waktu yang sama seperti pagi, siang, dan sore. Agar anak belajar mengenali rasa laparnya. Jika sudah terbiasa makan di jam-jam tertentu, anak akan merasakan lapar di jam tersebut jika belum makan. Selain itu, tentukan waktu makannya, tidak lebih dari 30menit.
Itu yang selalu aku terapkan ke anakku. Jika lebih dari 30 menit makanan belum habis, tetap sudahi makan, tanpa memaksa untuk menghabiskan.
Begitu juga dengan porsi makan anak, bukan kita yang menentukan, tapi biarkan anak yang menentukan porsinya sendiri, karena lambung tiap anakpun berbeda, jadi porsi makan tiap anak juga bisa berbeda.
Yang paling penting, pantau perkembangan berat badannya naik atau tidak, bukan jumlah porsi makannya yang banyak atau tidak.
4. Kenali kondisi anak.
Jika anak sedang tidak enak badan, misal demam, pasti nafsu makannya akan turun. Cari alternatif makanan lain yang sekiranya dia mau makan. Selain demam, terkadang juga ada penyebab lain, biasanya saat anak tumbuh gigi dan sakit perut.
Aku selalu mengamati kondisi anakku ketika tidak mau makan. Misalnya sudah memasuki jam makannya, tapi dia menolak makanan sama sekali atau hanya mau beberapa sendok. Tidak berapa lama kemudian, ternyata dia buang air besar.
Jadi menurutku, kemungkinan dia tidak mau makan karena perutnya sedang tidak enak sebelumnya, bisa jadi sakit perut atau mules karena ingin buang air besar. Setelah selesai buang air besar, beri jarak sekitar 10 menit, biasanya aku coba tawarkan kembali makanannya, jika masih tidak mau, beri jeda waktu lagi, dan terus mencoba menawarkan makanannya kembali.
5. Mengatasi drama GTM, Buat suasana yang menyenangkan.
Aku selalu berusaha membuatnya terpusat pada satu hal saat makan, atau hanya terpusat pada aktifitas makan nya. Tidak dengan mengajaknya jalan-jalan keluar rumah, tidak membiarkan dia asik sendiri dengan mainannya.
Biasanya, kalau anak sedang asik bermain, akan menjadi susah memberinya makan, karena kemungkinan anak merasa terganggu jika harus makan ketika sedang asik bermain. Lebih baik hentikan dulu bermainnya jika memungkinkan.
Dudukkan dia, agar lebih tenang dan fokus. Kalau aku, selalu berusaha memberinya pengertian untuk duduk saat makan, dan memberitahunya kalau saat ini waktunya untuk makan. Jika anak memang sedang lapar, biasanya dia akan menuruti apa yang dikatakan ibunya untuk makan.
6. The power of sounding.
Menurut ku, sounding sangat berpengaruh terhadap perilaku anak. Salah satu hal yang selalu aku sounding yaitu tentang makan. Aku selalu bilang “Arsya anak hebat, makannya lahap”.
Selain itu, terkadang juga aku beri tau kalau “Arsya harus makan, biar sehat, biar tumbuh besar, tinggi kayak papa. Biar kuat, kalau Arsya kuat nanti bisa semangat mainnya, bisa jalan-jalan, lari-lari. Jadi harus kuat, harus makan ya”. Bisa juga seperti ini, “makan itu penting ya nak, makan harus 3 kali sehari, pagi, siang, sore, dan makan itu harus nasi, kalau udah kenyang nasinya baru boleh makan cemilan yang lain”.
Kira-kira kalimat-kalimat semacam itu yang selalu aku ucapkan ke anakku. Entah dia sudah mengerti atau belum, tapi aku selalu meyakinkan diri sendiri kalau anakku mengerti dan akan menerapkannya.
7. Mengatasi drama GTM, sabar dan pantang menyerah.
Hal ini yang paling penting dan utama, agar bisa menjalani point-point penting lainnya. Karena jika menyerah, semuanya akan berhenti. Jadi pantang menyerah adalah kunci, dan sabar menghadapi permasalahn GTM anak.
8. Konsisten.
Selain sabar dan pantang menyerah, perlu konsisten untuk terus melakukan usaha-usaha seperti point 1-6. Karena GTM anak terjadi tidak hanya 1 atau 2 kali. Tapi tidak dapat diprediksi. Oleh karena itu harus tetap semangat mengatasi drama GTM.
Penulis: Aritri Wahyudiningsih
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.