Ada begitu banyak pilihan metode kontrasepsi yang berkembang saat ini. Berbagai pilihan ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Umumnya, metode kontrasepsi akan efektif bila digunakan dengan tepat. Kegagalan penggunaan alat kontrasepsi bisa terjadi karena beberapa hal.
Bagi Anda yang sedang bingung menentukan apa metode kontrasepsi yang paling tepat, Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan, dr. Muhammad Fadli, Sp. OG, dari Rumah Sakit Pondok Indah memberikan penjelasan yang bisa membantu Anda memilih.
5 Hal yang perlu Anda ketahui tentang berbagai metode kontrasepsi
Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan, dr. Muhammad Fadli, Sp. OG, dari Rumah Sakit Pondok Indah.
1. Apa saja metode kontrasepsi yang ada dan bisa dipilih saat ini?
Pilihan metode kontrasepsi sangatlah banyak. Namun, pemilihan alat kontrasepsi yang tepat disesuaikan dengan kebutuhan, antara lain untuk menunda kehamilan, menjarangkan kehamilan, ataupun menghentikan kehamilan.
Dengan mengetahui kebutuhan Anda sendiri, maka dapat mempersempit cakupan pilihan. LAlu Anda dapat menentukan, apakah ingin memilih alat kontrasepsi yang menggunakan hormon atau tidak menggunakan hormon.
Alat kontrasepsi yang menggunakan hormon dapat berupa pil, suntik, susuk, dan lainnya. Adapun alat kontrasepsi tanpa menggunakan hormon bisa berupa kondom, IUD copper T, kalender, bahkan hingga prosedur tubektomi atau sterilisasi bagi yang sudah mantap untuk tidak ingin memiliki keturunan lagi.
2. Dari berbagai metode kontrasepsi tersebut, metode apa yang paling umum digunakan? Mengapa?
“Setelah mengetahui target penggunaan alat kontrasepsi (KB), maka saran saya sebaiknya mengetahui kekurangan dan kelebihan masing-masing KB tersebut,” kata dr. Fadli.
Pemilihan KB sama seperti melakukan window shopping. Tidak ada KB yang umum digunakan untuk seluruh peserta KB.
Dokter spesialis kebidanan dan kandungan Anda akan menjelaskan masing-masing alat kontrasepsi, menyesuaikan dengan kebutuhan, dan memberikan informasi terhadap efek samping yang dapat terjadi setelah menggunakan KB tersebut.
3. Bagaimana penjelasan dan penggunaan yang tepat dari masing-masing kontrasepsi?
Fungsi dari KB adalah mencegah terjadi pembuahan atau bertemunya sel sperma dan sel telur dengan cara menghambat motilitas sperma, menghambat ovulasi, memblokade jalan sperma menuju telur, dan mencegah terjadinya implantasi atau pembuahan di dalam rahim.
Apabila Anda memilih untuk memakai KB berupa obat hormonal, sebaiknya dikonsumsi secara rutin dengan tepat waktu.
Jika memilih kondom sebagai alat KB, sebaiknya memastikan kondom tidak bocor. Adapun untuk yang menggunakan IUD sebaiknya melakukan pemeriksaan posisi IUD yang tepat, yaitu berada di atas rongga rahim.
4. Bagaimana kelebihan dan kekurangan dari masing-masing kontrasepsi?
Kontrasepsi hormonal bersifat melakukan regulasi hormon dalam tubuh sehingga mencegah terjadi konsepsi atau pembuahan. Namun, ada beberapa sifat negatif pada kontrasepsi hormonal yaitu terkadang berdampak pada kenaikan berat badan ataupun berefek menimbulkan bercak hitam pada kulit penggunanya.
Penggunaan KB non hormonal seperti IUD copper T atau sering dikenal sebagai spiral, terkadang dapat menimbulkan durasi haid yang lama atau volume darah haid yang meningkat.
Namun, keuntungan dari penggunaan spiral ialah tidak mengganggu hormon dalam tumbuh. Hanya sekali pasang dan apabila ingin hamil dapat langsung dilepas, fertilitas pun langsung kembali normal.
5. Bagaimana cara memilih kontrasepsi yang tepat? Apa yang menyebabkan seseorang mengalami kegagalan kontrasepsi?
Kembali lagi, pemilihan kontrasepsi yang tepat adalah menyesuaikan dengan kebutuhan Anda. Semua kontrasepsi memiliki persentase kegagalan, bisa saja terjadi kehamilan. Namun dengan pemasangan dan penggunaan yang tepat, maka persentase kegagalan dapat diperkecil.
Angka kegagalan kontrasepsi yang reversible adalah kontrasepsi IUD (intrauterine device) ataupun spiral.
Bila ada beberapa pasangan yang tidak ingin menggunakan alat kontrasepsi, maka sebaiknya mengetahui masa suburnya dengan cara mengetahui pola siklus haid.
Hari ovulasi ataupun hari masa subur adalah 14 hari sebelum kita mendapatkan haid. Maka tiga hari sebelum dan sesudah ovulasi tidak disarankan untuk berhubungan.
Namun perlu diingat, metode ‘kalender’ ini tidak berlaku bagi Anda yang memiliki siklus haid yang tidak teratur. Siklus haid yang tidak teratur membuat masa ovulasi dapat berubah-ubah pada tiap siklusnya.
***
Baca juga
Pakai KB IUD tapi telat menstruasi apakah tanda 'kebobolan'? Ini penjelasan dokter
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.