Parents, di masa pandemi, aktivitas sekolah secara daring menjadi salah satu pilihan untuk memutus mata rantai penularan Covid-19. Parents pun mendapat tanggung jawab tambahan. Selain menjadi orang tua, Parents yang anaknya mengikuti sekolah daring kini juga berperan menjadi guru di rumah. Menghabiskan 24 jam waktunya di rumah bersama anak tentunya membutuhkan manajemen emosi yang baik, mengingat konflik atau masalah tak henti datang silih berganti dalam keseharian kita. Manajemen emosi ciamik bantu Parents mengelola konflik yang terjadi dengan anak.
Percikan konflik dengan anak bisa dipicu hal-hal sepele hingga sesuatu yang sifatnya lebih serius. Alhasil, kemunculan konflik membuat pusing tujuh keliling. Sebenarnya, konflik memang lazim dialami dan tidak dapat dihindari. Kita hanya dapat mengelola konflik dengan baik dan bijaksana, bukan menghindari atau menghilangkannya.
Disadari atau tidak, konflik yang berkepanjangan serta tidak dikelola dengan bijaksana, dapat memicu stres hingga gangguan kesehatan yang berujung pada kerugian-kerugian fisik, mental, dan finansial. Jika dilihat lebih detail, pada dasarnya konflik tidak hanya memiliki sisi negatif. Ada juga manfaat dan sisi positif yang dihasilkan dari adanya konflik, di antaranya:
1. Konflik dapat memperkuat bonding antara Parents dan anak.
2. Konflik dapat memunculkan kreativitas dan inovasi.
3. Konflik dapat memperbaiki hambatan komunikasi.
4. Konflik dapat memotivasi untuk melakukan kolaborasi.
5. Konflik dapat mengajarkan disiplin positif sejak dini.
6. Konflik yang dikelola dengan baik dan bijaksana serta tepat sasaran, ternyata dapat memberi manfaat positif seperti di atas.
Lantas, bagaimana tahap mengelola konflik yang tepat agar memaksimalkan efek positifnya? Coba Parents lakukan teknik 3R. Apa saja 3R itu? Berikut penjelasannya.
Artikel terkait: Konflik Anak dengan Orangtua, Mungkinkah Anda Penyebabnya?
Rekognisi
Tahap awal ini, Parents butuh melakukan rekognisi atau identifikasi kesalahan secara objektif dan bertanggung jawab. Perlu diingat, mengidentifikasi kesalahan bukan berarti menyalahkan, ya.
Misalnya ketika anak melakukan kesalahan berupa tidak fokus saat mengikuti sekolah daring sehingga belum paham materi dan berakibat tidak dapat mengerjakan tugas. Coba Parents cari tahu, kira-kira apa penyebab anak tidak fokus saat belajar daring, bagian mana yang belum dipahami.
Tanyakan langsung pada anak, jika memang Parents tidak mendampingi ketika pelajaran daring berlangsung. Namun, jika Parents saat itu mendampingi dan sudah tahu penyebabnya, konfirmasilah penyebab tersebut pada anak, apakah dia menyadari kesalahan tersebut.
Pilihlah kata-kata yang tepat agar tidak terkesan menyalahkan. Jika kata-kata yang muncul terkesan menyalahkan dan menginterogasi, dikhawatirkan anak akan menyangkal dan membuatnya bersembunyi di balik kebohongan. Hal ini justru akan menambah konflik atau masalah di kemudian hari.
Artikel terkait: 5 Tahap Mengajarkan Anak Menyelesaikan dan Mengatasi Pertengkaran
Rekonsiliasi
Tahap kedua adalah rekonsiliasi. Lakukan rekonsiliasi atau memulihkan kondisi konflik melalui proses permintaan maaf. Setelah anak mengonfirmasi adanya kesalahan atau kelalaian, segera arahkan untuk meminta maaf.
Hal ini juga berlaku untuk Parents, ya. Jika secara objektif terbukti kesalahan juga ada pada Parents, maka jangan segan untuk meminta maaf pada anak. Misalnya, “Maaf ya, tadi Bunda tidak mendampingi saat kamu belajar daring, sehingga kamu belum paham cara mengerjakan tugasnya.”
Artikel terkait: 7 Ciri Masalah Psikologis Victim Mentality pada Anak yang Bisa Ganggu Perkembangannya
Rehabilitasi
Tahap ketiga atau terakhir adalah rehabilitasi. Lakukan tahap rehabilitasi ini dengan berfokus pada solusi. Jangan berlarut-larut mengulik konflik atau masalah yang sudah terjadi, tetapi fokuslah pada solusi apa yang tepat dan dapat memperbaiki atau memulihkan kondisi menjadi seperti semula, sebelum terjadi konflik. Alih-alih memberi hukuman atau mengomeli anak, lebih baik segera ajak anak memperbaiki kesalahan yang telah diperbuat.
Nah, itulah tips mengelola konflik pada anak dengan teknik 3R dan menerapkan cara-cara disiplin positif sejak dini. Apakah Parents, sudah siap menerapkan teknik 3R untuk mengelola konflik dengan buah hati tercinta di rumah? Semangat, yuk!
Ditulis oleh Devi Indriasari H, UGC Contributor theAsianparent.com.
Artikel UGC Contributor lainnya:
Bertengkar dengan Suami karena Latar Belakang Ekonomi Keluarga, Apa Solusinya?
id.theasianparent.com/kata-kata-kasar
5 Hiburan Rakyat Murah Meriah yang Digemari Banyak Balita
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.