Meskipun kalah, ada banyak pelajaran yang bisa si Kecil petik. Ajarkan mereka agar menerimanya dengan lapang dada.
Bersikap lapang dada, bukanlah hal yang mudah
Sore ini Parents berlomba laju sepeda keliling komplek dengan si Kecil. Karena tidak ingin ia kalah dan kecewa, maka dengan sengaja Parents memperlambat sepeda.
Di hari yang lain, saat bermain board-game dengannya, lagi-lagi Parents membiarkannya untuk menang. Alasannya? Tentu saja karena kalau kalah, si Kecil bisa ngambek berjam-jam.
Membiarkan anak-anak kita menjadi nomor satu memang hal yang wajar. Namun, mengalah untuknya dengan alasan kita lebih besar dan lebih kuat menanggung rasa kecewa, bukanlah cara mendidik anak yang tepat.
Lebih baik, ajarkan anak untuk lapang dada dalam menerima kekalahan. Kelak ia akan tumbuh menjadi seorang yang penuh empati kepada sesama serta lebih kuat menghadapi masalah.
6 Alasan mereka perlu belajar bersikap lapang dada
1. Untuk dapat belajar mengatasi masalah
Sebagai orang dewasa, kita tentu sadar, bahwa dunia tidak akan membiarkan kita menang dengan mudah. Malah, dunia memaksa kita untuk menjadi sangat kompetitif jika ingin terus bertahan di dunia ini.
Jadi, membiarkan anak-anak kita belajar mengatasi rasa kalah dengan lapang dada akan membantunya memahami dunia yang sebenarnya.
Christine Carter, Direktur Program Parenting di The Greater Good Center, Universitas Berkeley-California mengatakan bahwa jika anak-anak tidak pernah dibiarkan kalah, maka mereka tidak akan pernah belajar untuk mengatasi perasaan kalah dan kecewa.
Adalah menyenangkan melihat si Kecil menjadi nomor satu, tapi ia juga perlu belajar kalah dengan lapang dada
2. Untuk mengajarkan mereka betapa mudahnya bersenang-senang
Coba Parents bayangkan, bagaimana rasanya ketika kita selalu berusaha untuk menang dalam sebuah permainan? Kita pun tertekan dan lelah?
Inilah pentingnya mengajari anak bahwa tak masalah jika sesekali ia tidak menjadi nomor satu. Anak-anak yang bisa mengatasi keinginan untuk menang dalam permainan, cenderung lebih menikmati permainan mereka meskipun itu ia nomor satu, dua atau malah nomor terakhir. Lapang dada, adalah kuncinya.
Untuk itu, ketika si Kecil sedang bermain, ajak ia untuk bersenang-senang dan menikmati permainan. Hilangkan sejenak kata menang atau kalah, yang penting happy.
3. Untuk mengajarkan mereka rasa simpati
Kita tentu berharap bahwa anak-anak kita akan mampu memahami perasaan orang lain. Sayangnya, rasa ini akan susah mereka miliki jika mereka tidak pernah mengalami perasaan yang sama sebelumnya.
Bukankah kita bisa memahami sakitnya orang lain hanya karena kita pernah merasakan hal yang sama? Tapi, pastikan Anda ada di sisinya saat ia merasa kehilangan.
4. Untuk mengajarkan padanya bagaimana mengendalikan diri
Sering kita melihat bahwa prasekolah mudah sekali ngambek saat ia tidak dapat memenangkan sebuah pertandingan.
Sementara itu kita juga paham bahwa tak selamanya ia bisa selalu memenangkan pertandingan. Dan mengamuk atau ngambek bukanlah cara yang tepat untuk menghadapi kekalahan.
Jika anak-anak tidak pernah belajar menghadapi kekalahan dengan lapang dada, maka nantinya ia mudah menyalahkan orang lain untuk kekalahan yang ia terima.
Tentu saja kita tak bisa mengharapkan si Empat tahun tetap tersenyum lebar saat ia kalah dengan lapang dada. Namun, dengan pengertian dan pendampingan kita, orangtuanya, akhirnya ia akan tetap mampu mengangkat bahunya meskipun ia kalah.
Tak semua kegiatan harus ada yang menang dan kalah
5. Untuk membangun kepercayaan diri
Saat anak-anak belajar bahwa kalah adalah salah satu bagian dari hidup, maka mereka akan mengerti dan berusaha menjadi lebih baik di lain waktu.
Cara berpikir ini akan membantunya membangun rasa percaya dan harga diri terhadap ketrampilan dan kemampuan yang ia miliki.
Mereka juga akan belajar bahwa jika ia menang itu adalah hasil dari kerja keras, bukan merupakan pemberian gratis yang bisa ia peroleh dengan sangat mudah.
Jadi, tugas Anda adalah mengajarinya bagaimana kalah dengan penuh harga diri.
Membiarkan ia belajar dari kesalahan
Ketika ia kalah,- baik itu dalam permainan, ujian atau hal lain yang membutuhkan ketrampilan dan rencana, maka ia akan tahu, bahwa bila tidak merencanakan, berlatih dan kemudian melakukannya dengan baik, ia akan kalah. Pemahaman ini tentulah sangat penting dan bermanfaat disepanjang hidupnya.
Dr. Eileen Kennedy, salah satu kontributor buku Smart Parenting for Smart Kids mengatakan, adalah wajar bila anak-anak, terutama prasekolah memiliki tingkat kompetisinya sangat tinggi.
Jadi, tak masalah jika ia selalu ingin menjadi nomor satu selama ia melakukannya dengan usaha sendiri, tidak meminta Anda yang “membuat ia menang.” Karena bisa jadi, si Kecil memang tipe anak kompetitif.
Namun, bila ia memang tidak begitu baik dalam banyak hal, meski telah berusaha, maka rendahkan tubuh Anda dan katakan padanya bahwa Anda sangat menghargai apa yang sudah ia lakukan. Katakan bahwa ia telah kalah dengan cara yang adil dan terhormat.
Berikan petunjuk atau alasan jujur apa yang membuat ia kalah. Dan tanyakan apa yang ingin ia lakukan kemudian. Jika ia ingin berlatih lagi, maka dukung dan tetap berada disisinya.
Ajarkan juga padanya untuk memberi selamat kepada si Pemenang dan turut bahagia untuk kesuksesannya
Hindarkan keinginan Anda untuk mengalah, meski hanya itu dalam permainan Ular Tangga dan Anda sebagai lawannya. Sebaliknya, saat ia menang, tunjukkan bagaimana Anda berlapang dada dengan kekalahan tersebut.
Ingatlah bahwa setiap kali si Kecil kalah, meski hanya dalam permainan kecil, ia akan belajar ilmu baru dalam kehidupannya.
Ia akan belajar bahwa untuk mendapatkan apa pun ia harus berusaha sekuat tenaga. Entah itu belajar keras untuk ujian,atau terus melatih kemampuan renangnya bila ingin masuk anggota tim renang nasional.
Jadi, Parents, mari kita siapkab anak-anak kita untuk belajar dari kekalahan yang ia alami agar bisa menjadi pribadi yang lebih baik.
Ref:
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.