Tak hanya orang dewasa semata, lonjakan angka COVID-19 pada anak di Indonesia kian mengkhawatirkan. Menjadi tugas orangtua untuk lebih waspada dalam menjaga buah hatinya. Apabila Parents harus mendampingi anak positif COVID-19, pastikan mengikuti kiat terbaik agar anak lekas pulih dari sakit yang ia derita.
Perkembangan Kasus COVID-19 Pada Anak
Mengutip laman Kontan, dari total kasus COVID-19 yang terjadi di Indonesia sebanyak 12,6% atau sekitar 250 ribu kasus merupakan kelompok usia anak. Dari angka tersebut, sebanyak 28% merupakan kelompok usia 7-12 tahun.
Angka tersebut bahkan diklaim paling tinggi, hingga membuat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengeluarkan himbauan untuk orangtua agar tidak membawa anak-anak ke luar rumah kecuali dalam situasi mendesak.
Sementara itu, dr. Yovita Ananta, Sp.A, MHSM, IBCLC selaku Dokter Spesialis Anak sekaligus Konselor Laktasi RS Pondok Indah menyampaikan hal yang serupa. Memasuki gelombang kedua, persentase harian anak yang terpapar COVID-19 semakin tinggi.
“Anak yang terpapar di Indonesia memang termasuk paling tinggi, ini utamanya fase keluarga. Persentase untuk kasus harian dengan dewasa bisa mencapai 15%. Terlebih dengan virus varian terbaru yang sangat mudah menular. Ada 1 saja anggota keluarga tertular, maka akan sangat mudah menulari anggota keluarga lainnya,” ujar dr. Yovita.
Apalagi, belum tentu semua anak bisa melakukan protokol kesehatan sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, orangtua harus mewaspadai seperti apa gejala COVID-19 pada anak. Patut digaris bawahi bahwa terbilang sulit membedakan gejala COVID-19 karena sering menyaru atau mirip dengan penyakit yang umum didera anak.
“Sulit ya, misalnya membedakan dengan flu biasa. Kecuali gejalanya disertai anosmia atau tidak bisa mencium bau. Tetapi biasanya gejala yang khas itu batuk, pilek, dan demam. Bahkan, gejala pada anak sekarang gak hanya ke saluran napas tetapi juga saluran pencernaan,” sambung dr. Yovita.
Pada orangtua yang memiliki bayi, gejala COVID-19 bisa jadi ditandai dengan keengganannya menyusui. dr. Yovita juga menambahkan bahwa batuk biasa pun juga hanya mirip di awal saja, tetapi berbeda untuk batuk para penderita COVID-19.
“Kalau dari pasien yang sudah pernah terkena, batuknya COVID-19 itu berlanjut terus. Menyiksa. Sulit berhenti dan tenggorokan gatal. Inilah yang jadi sulit karena anak kan kalau sakit belum bisa menceritakan dengan detail apa yang dia rasakan,” lanjutnya.
Tips Mendampingi Anak Positif COVID-19
Dalam webinar Instagram bertajuk “Banyak Anak Positif Covid-19, Ini Tata Laksana Mendampinginya”, dr. Yovita memaparkan bahwa vitamin bukanlah upaya pencegahan terbaik untuk anak tertular dari virus.
“Virus kalau udah masuk ke dalam tubuh yasudah masuk saja. Vitamin hanyalah media untuk meningkatkan daya tahan tubuh,” ujar dr. Yovita. Lebih lanjut, berikut kiat yang sebaiknya dilakukan apabila Parents harus mendampingi anak yang sudah terpapar COVID-19.
1. Lacak Sumber Penularan
Ada berbagai alasan mengapa anak bisa tertular virus Corona. Banyak orangtua merasa anaknya sudah di rumah saja, tetapi tetap tertular. Padahal, bisa jadi orangtua lah yang tanpa sadar membawa virus dalam tubuhnya. Kunjungan keluarga juga bisa menjadi alasannya.
Untuk itu, jika orangtua sudah terpapar maka anak dan semua orang yang melakukan kontak erat lebih dari 15 menit harus segera melakukan tes. Hal ini disebabkan dibutuhkan penanganan berbeda antara orang yang kontak erat tetapi hasil tes nya berbeda.
“Tes yang dianjurkan sudah tentu PCR karena tingkat akurasinya tinggi, minimal swab antigen. Untuk kontak erat dengan anggota keluarga yang tidak tinggal serumah, boleh menunggu lima hari untuk memantau apakah ada gejala yang timbul,” jelas dr. Yovita.
Bukan tanpa alasan, melakukan tes terlalu cepat bisa menghasilkan false negative alias load virus yang berkembang dalam tubuh belum tinggi. Akan tetapi, jika ada salah satu penghuni rumah tertular, tes segera dilakukan karena bisa jadi virus sudah beredar bahkan sebelum adanya gejala.
2. Tidak Panik saat Mendampingi Anak Positif Covid-19
Jangan panik menjadi kunci lain bagi orangtua yang harus mendampingi anak positif covid-19. Sebisa mungkin orangtua harus berpikir dengan jernih. Umumnya, seseorang tidak dapat memantau dengan baik jika dia dalam keadaan panik.
“Harus mendukung anak, kenapa sih dia harus isolasi mandiri. Kalau anak yang pada dasarnya aktif, pasti akan bertanya-tanya dan sedih kenapa sih tiba-tiba gak boleh main di luar rumah. Jelaskan dengan bahasa sederhana agar proses penyembuhannya cepat,” ujar dr. Yovita.
3. Lakukan Isolasi Mandiri
Penting diketahui, pada anak isolasi mandiri hanya boleh dilakukan ketika telah ada anjuran dari tenaga kesehatan. Dalam hal ini, pantau sejauh apa gejalanya dan apakah perawatan lebih lanjut dibutuhkan. Untuk gejala ringan, maka Anda boleh melakukan isolasi secara mandiri.
Waspadai dan segera bawa si kecil ke dokter apabila menunjukkan red signal berikut ini:
- Terjadi penurunan kesadaran. Konteksnya tidak perlu pingsan, tapi waspadai jika anak mulai sulit dibangunkan
- Demam
- Napas anak tergolong cepat. Napas cepat yang dimaksud adalah lebih dari 50x per menit (bayi usia 0-1 tahun), lebih dari 40x per menit (anak usia 1-5 tahun), lebih dari 30x per menit (anak berusia di atas 5 tahun)
- Melakukan usaha ekstra untuk bernapas
- Sesak napas
- Saturasi oksigen kurang dari 95, menunjukkan darah kekurangan oksigen. Gunakan oksimetri untuk mengukur kadar saturasi oksigen dalam darah
- Enggan makan dan minum
- Muntah
- Diare
- Lemas
- Pada bayi ditandai ubun-ubun cekung, kulit perut sulit membal ketika dicubit, frekuensi buang air kecil berkurang
- Kejang
- Anak dengan riwayat penyakit komorbid kronis (hipertensi, diabetes, leukemia, dll
4. Gunakan Masker saat Mendampingi Anak Positif Covid-19
Protokol kesehatan ketat dianjurkan bagi orangtua yang tengah mendampingi anak positif COVID-19. Sehari-hari, kenakan masker dobel untuk meningkatkan filtrasi dan meminimalisir tertular. Masker dobel yang dimaksud adalah masker medis terlebih dulu, lalu dilapis dengan masker kain.
dr. Yovita pun menegaskan bahwa penggunaan masker dobel juga berlaku untuk Bunda yang tengah menyusui.
“Ketika anak positif tetapi ibu negatif, bayi juga bisa menulari melalui droplet. Jadi ketika menyusui, ibu jangan lupa memakai masker dobel. Bisa juga menambahkan face shield kalau itu membuat lebih percaya diri. Jangan lupa juga membersihkan liur bayi di tubuh ibu setelah menyusui,” tegas dr. Yovita.
Lebih lanjut, ASI sendiri telah mengandung antibodi untuk melawan COVID-19. Namun, Bunda bisa meminimalisir penularan. Kalau biasanya Anda menyusui sambil mengobrol atau menyanyi, ini bisa berhenti untuk sementara waktu.
Parents, semoga informasi mengenai tips mendampingi anak positif Covid-19 ini bermanfaat dan Anda serta keluarga selalu diberikan kesehatan.
Baca juga:
Waspada! Mayoritas Anak Positif COVID-19 di Indonesia Tidak Bergejala
Saat si Kecil Positif COVID-19, Ini 4 Tips Pengobatan yang Harus Parents Lakukan
Kasus Anak Meninggal Akibat Positif COVID-19 Meningkat, Ketahui Penyebabnya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.