Belakangan cuaca mulai sudah ditebak, kadang panas terik dan kadang hujan begitu derasnya. Genangan air akibat hujan deras ini rawan menjadi sarang nyamuk dan menimbulkan penyakit, salah satunya demam berdarah dengue (DBD). Parents mungkin mulai memikirkan bagaimana ya cara mencegah dbd pada anak?
Dikutip dari data DBD per golongan umur oleh Kementerian Kesehatan tahun 2022 menunjukkan bahwa anak-anak usia 5 sampai dengan 14 tahun menjadi yang terbanyak terdampak DBD hingga meninggal. Jumlahnya mencapai 48,23%. Agar ini tidak terjadi pada buah hati Anda, lakukan berbagai pencegahan mulai dari lingkungan rumah.
Artikel Terkait: Kenali ciri-ciri bintik merah tanda DBD supaya tidak keliru dengan campak
Cara Mencegah DBD pada Anak
DBD merupakan penyakit sistemik juga dinamis dan bukan penyakit yang menyangkut jumlah trombosit saja. Sekitar 1 dari 20 pasien infeksi DBD dapat berlanjut menjadi berat bahkan mengancam kehidupan.
Dr. dr. Anggraini Alam, Sp.A(K), ketua UKK Infeksi dan Penyakit Tropis, Ikatan Dokter Anak Indonesia dalam kegiatan Media Briefing “Hari Anak Nasional: Perlindungan Keluarga dari Bahaya Demam Berdarah Dengue” pada Rabu 20 Juli 2022 menyampaikan beberapa cara pencegahan DBD pada anak yang bisa Parents lakukan sebagai berikut:
1. Menguras, Menutup, Mendaur (3M)
Salah satu cara yang sudah kita kenal sejak dulu adalah 3 M yakni menguras, menutup dan mengubur. Tidak dapat dipungkiri, cara ini merupakan salah satu yang bisa dilakukan agar menghindari nyamuk berkembang biak. Namun, kini istilah mengubur telah diubah menjadi mendaur.
“Mengubur kini istilahnya diganti menjadi mendaur ulang barang-barang bekas yang dapat menampung air,” ujar dr. Anggraini.
Dr. dr. Anggraini juga menekankan bahwa melakukan pembersihan di rumah maupun lingkungan sekitar setidaknya dilakukan dalam siklus satu minggu sekali. Ini karena nyamuk berkembang biak mulai dari bertelur, berubah menjadi lava hingga nyamuk dewasa dalam jangka waktu satu minggu. Oleh karena itu, sebisa mungkin jangan biarkan ada tempat yang dapat berpotensi menjadi lokasi perkembangbiakan nyamuk.
2. Tidak Menggantung Pakaian Sehabis Dipakai
Nyamuk aedes aegypti menyukai aroma tubuh manusia. Karena itu, dia bisa saja mendekati benda atau area yang memiliki aroma tersebut. Salah satunya adalah pakaian yang sudah kita pakai, ini bisa menjadi sasaran empuk bagi koloni nyamuk tersebut bersarang.
Untuk mencegah nyamuk untuk hinggap, sebisa mungkin hindari menggantung pakaian sehabis dipakai. Lebih baik, Parents langsung mencuci pakaian tersebut karena jika digantung justru bisa mengundang nyamuk untuk hinggap di sana.
3. Mencegah Gigitan Nyamuk
Anak-anak cenderung rentan terinfeksi DBD karena ia suka beraktivitas pada tempat yang menjadi populasi nyamuk. Secara umum, nyamuk penyebab DBD ini menyukai area perumahan yang bersih. Nyamuk juga akan aktif pada siang hari dengan puncaknya yakni pada pukul 8 pagi sampai dengan jam 1 siang juga pada jam 3 sampai 5 sore. Ini menjadi waktu biasanya anak-anak beraktivitas dan bermain.
Untuk itu, sebisa mungkin Parents mencegah gigitan nyamuk pada anak dengan membatasi aktivitas anak di area yang kira-kira banyak dihinggapi nyamuk. Selain itu, Parents juga bisa memberikan lotion anti nyamuk pada anak untuk mencegah gigitannya.
Artikel Terkait: Hati-hati! DBD lebih rentan dialami anak-anak, ini alasannya!
4. Vaksinasi DBD pada Anak
Karena anak merupakan salah satu golongan yang rentan terdampak DBD hingga pada fase kritis, berbagai studi pun telah dilakukan untuk mencegahnya. Salah satunya adalah dengan pemberian vaksin DBD pada anak. Vaksin ini dapat mencegah DBD karena serotipe 1 hingga 4. Kini, baru terdapat 1 produk vaksin yang tersedia di Indonesia.
Dr. dr. Anggraini menyampaikan bahwa vaksin DBD yang ada saat ini dapat ditujukan pada anak usia 9 sampai 16 tahun dengan tiga kali pemberian. Vaksin ini tersedia di rumah sakit dan dokter spesialis anak. Ini dapat menjadi benteng bagi anak agar terhindar dari paparan DBD.
“Kita cegah anak-anak kita agar tidak terinfeksi (DBD) dengan 3M plus serta pemberian vaksinasi dengue,” tutur dr Anggraini.
Itulah beberapa catatan yang bisa Bunda lakukan untuk mencegah DBD pada anak. Tentunya kita semua tidak ingin terpapar dari penyakit yang bisa bereskalasi hingga fase kritis ini. Semoga Parents dan buah hati sehat selalu.
***
Baca juga:
Jangan salah! Meski mirip, ini bedanya gejala Covid-19 dan DBD
DBD Bisa Berakibat Fatal, Gunakan 5 Bahan Alami Ini untuk Percepat Penyembuhan
Kenali gejala Demam Berdarah Dengue (DBD) pada anak
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.