Tak ada gading yang tak retak, pun tak ada rumah tangga yang tak bermasalah. Adalah normal jika pasangan suami istri memiliki pendapat yang berbeda. Bahkan jika memunculkan rasa marah dan kecewa yang berujung timbulnya masalah rumah tangga.
Contoh kecilnya, kebiasaan salah satu pihak selalu meletakkan handuk basah di atas kasur, atau konflik lain yang yang lebih besar seperti masalah keuangan atau orang ketiga yang bisa menyulut pertengkaran dan berujung pada perceraian.
Saat menghadapi masalah rumah tangga, tidak sedikit yang akhirnya yang memutuskan untuk bercerita, berkeluh kesah atas apa yang dirasakan pada orang terdekat dan dipercaya.
Apa Bunda atau Ayah juga seperti ini? Memilih untuk menceritakan dan meminta pandangan dari keluarga terdekat atau sahabat?
Beberapa orang memilih untuk diam dan mengambil waktu untuk berpikir. Sebagian lagi lebih suka menghindar dari pasangan untuk sementara waktu. Namun, tidak sedikit yang menceritakan masalah rumah tangganya ke pihak lain. Berharap bebannya akan berkurang setelah mencurahkan isi hati. Tidak salah namun juga belum tentu tepat.
Namun, perlu menjadi perhatian utama adalah masalah apa dan kepada siapa Parents curhat? Ada rambu-rambu yang wajib Anda ketahui dan patuhi. Jika tidak, bukannya menyelesaikan masalah malah justru bisa menimbulkan masalah baru.
Artikel terkait: Tips Menjaga Keutuhan Rumah Tangga
Hukum menceritakan masalah rumah tangga kepada pihak luar
Bagi Parents yang beragama islam, Allah SWT berfirman dalam surah al-Baqarah ayat 187.
هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَأَنتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ
Artinya: mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka.
Maksudnya rahasia rumah tangga merupakan suatu hal yang sangat penting dalam pernikahan. Karenanya harus disimpan rapat dan tidak boleh diumbar keluar rumah.
Mengapa harus hati-hati curhat masalah rumah tangga kepada orang lain?
Ketika berantem dengan pasangan, Parents akan sulit bersikap obyektif karena sedang emosi. Masalah yang diceritakan pun hanya dari satu sudut pandang orang yang bercerita.
Jika dilatari rasa amarah, bisa-bisa yang keluar dari mulut hanyalah keburukan pasangan. Sehingga saran yang didapat pun cenderung berat sebelah. Apalagi jika tujuan curhat bukan untuk meminta saran melainkan hanya untuk mencari pembenaran atas sikap Parents sendiri. Ini sih sudah tidak sehat.
Masalah apa saja yang tidak boleh diceritakan pada orang lain?
Meskipun curhat itu dibolehkan, ada beberapa hal dalam rumah tangga yang sebaiknya disimpan, apa saja?
- Kehidupan seksual. Perihal urusan ranjang memang sebaiknya bukan untuk konsumsi publik karena dapat merusak keintiman bersama pasangan.
- Masalah finansial. Keuangan adalah topik sensitif karena menyangkut kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Ini bisa menyinggung perasaan pasangan.
- Apapun yang membuat pasangan merasa tidak nyaman. Hargailah pasangan dengan tidak menceritakan hal-hal yang membuatnya tak nyaman misal kekurangan fisiknya, latar belakang keluarganya dan lain sebagainya.
- Masa lalu pasangan yang buruk: Aib pasangan di masa lalu adalah aib Anda juga. Oleh sebab itu sudah selayaknya ditutupi, bukan diumbar dan diceritakan ke publik.
Tidak boleh curhat sembarangan
Selain pokok masalah, kemana kita curhat juga perlu diperhatikan.
1. Curhat masalah rumah tangga dengan sembarang orang
Siapa pun yang ditemui ingin dijadikan sasaran curhat. Entah itu teman, saudara, tetangga, bahkan orang yang baru dikenal. Keputusan ini tentu saja sangat berisiko karena bisa berbahaya bagi diri sendiri juga menimbulkan ketidaknyamanan bagi orang yang mendengarnya.
Lagi pula, jika tidak memiliki hubungan yang baik dan dekat, apakah Anda yakin, masalah rumah tangga yang diceritakan tersebut tidak akan tersebar pada orang lain?
2. Curhat di media sosial
Sebagai makhluk sosial di era digital, hari-hari Anda mungkin tak bisa lepas dari menggunakan media sosial.
Namun ingat, media sosial tentu saja bukan buku harian yang bisa dijadikan pilihan untuk menumpakan kekesalan. Menceritakan kisah hidup termasuk masalah rumah tangga di status di Facebook atau story WhatsApp atau pun Instagram tentu saja sebuah kesalahan besar.
Dibutuhkan kebijakan dalam curhat di medsos. Lagi pula, dengan curhat di media sosial, apakah masalah akan menjadi selesai? Jika pun ada yang memberikan nasihat, belum tentu yang memberi masukan tersebut berkompeten dan tahu masalah yang sebenarnya secara utuh.
3. Curhat masalah rumah tangga ke lawan jenis
Bukan mitos jika retaknya rumah tangga bisa disebabkan oleh hal ini. Berawal dari curhat kemudian berakhir menjadi perselingkuhan.
Sah-sah saja berbagi dengan teman yang berlawanan jenis kelamin, apalagi jika memang sudah menjadi teman akrab. Namun, jangan sekali-kali berbagi masalah rumah tangga kepada mereka karena bisa saja menjadi sangat berbahaya.
Pasalnya hal ini berisiko menimbulkan perasaan nyaman karena telah didengar. Jika semula biasa-biasa saja, bisa menjadi tidak biasa jika intens curhat dan berbagi rasa. Memang tidak selamanya seperti ini, tapi tidak ada salahnya untuk menghindari bukan?
4. Curhat masalah rumah tangga ke orangtua atau mertua
Umumnya orangtua selalu menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya. Mereka membesarkan anak dengan penuh kasih sayang dan berharap anak akan hidup bahagia ketika menikah. Ketika kita menceritakan masalah rumah tangga kepada orangtua, tentu mereka akan bersedih.
Selain bisa membebani orangtua atau mertua, ini juga menunjukkan sikap tidak dewasa dari suami dan istri. Sebaiknya tidak melibatkan orangtua dan mertua jika memang masih bisa diselesaikan sendiri.
Artikel terkait: Teman Curhat di Media Sosial Ganggu Produktivitas Anda?
Kemana seharusnya curhat masalah rumah tangga?
Lantas jika ada masalah yang perlu dikonsultasikan, kemana harus bercerita? Pilih orang yang dapat dijadikan tempat untuk curhat dan dipercaya tidak akan mengumbar curhatan rahasia pasangan pada orang lain.
1. Tuhan
Ya, yang pertama harus diingat ketika Parents memiliki masalah rumah tangga adalah kita punya Tuhan tempat berkeluh kesah. Selalu bawa masalah apa pun dalam doa dan minta petunjuk dari-Nya supaya hati lebih tenang dan pikiran lebih jernih.
2. Pasangan yang bersangkutan
Tentu saja Parents harus berbagi masalah rumah tangga dengan pasangan karena yang menjalani adalah suami dan istri. Ketika suasana tenang dan emosi sudah reda, ajak duduk pasangan lalu mulailah bercerita. Ungkapkan apa yang menjadi unek-unek pada pasangan dan diskusikan bersama penyelesaiannya.
3. Orang yang berkompeten
Jika masalah tidak selesai dengan duduk bersama pasangan, Parents bisa mencari bantuan dari orang yang berkompeten.
Berkonsultasilah dengan konselor pernikahan. Parents bisa menggunakan jasa konsultan pernikahan umum atau konsultan yang ada di KUA. Atau bisa juga bisa berkonsultasi dengan psikolog. Saat ini banyak Puskesmas yang menyediakan psikolog dengan tarif yang terjangkau.
Selain itu, jika memiliki masalah yang spesifik, Parents dapat berkonsultasi pada pakar lain sesuai dengan bidang yang menjadi masalah. Misalnya, masalah keuangan bisa meminta bantuan pada perencana keuangan. Untuk masalah seksual bisa mendatangi dokter atau seksolog dan sebagainya.
Semoga Anda yang sedang mendapat masalah dalam rumah tangga segera mendapat jalan keluar yang terbaik.
***
Baca juga:
7 Kesalahan yang Dapat Mengurangi Keintiman Rumah Tangga, Wajib Tahu!
10 Tips Menyelesaikan Masalah dalam Rumah Tangga, Parents Harus Tahu!