Melamun merupakan sesuatu yang wajar dialami oleh manusia. Namun, saat seseorang terhanyut terlalu dalam pada lamunan hingga lupa waktu, bisa saja ia mengalami maladaptive daydreaming.
Meski tampak sepele, namun merupakan sebuah kondisi kejiwaan yang harus segera ditangani karena cenderung bisa menganggu aktivitas sehari-hari.
Maladaptive Daydreaming: Kondisi kejiwaan yang membuat penderitanya lupa waktu
Dilansir dari laman Healthline, Maladaptive daydreaming merupakan kondisi seseorang yang terjebak dalam lamunan secara intensif yang dapat membuatnya terlalihkan dari tugas atau kegiatan lain di dunia nyata.
Bukan hanya melamun, seseorang yang mengalami maladaptive daydreaming ini merasa bahwa yang ada dalam khayalannya itu kuat dan nyata. Dia bisa menangis atau bahkan tertawa terbahak saat terhanyut dalam lamunannya.
Ini merupakan kondisi kejiwaan yang pertama kali diidentifikasi oleh Profesor Eliezer Somer dari Universitas Haifa di Israel.
Kondisi kejiwaan ini memang tidak termasuk ke dalam kategori gangguan mental seperti yang dituliskan dalam buku Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-V). Namun, para alhi tetap menganjurkan agar penderita kondisi ini bisa segera mendapat perawatan.
Pasalnya, maladaptive daydreaming bisa menimbulkan dampak nyata pada kehidupan sehari-hari. Apabila tidak segera ditangani, kondisi ini juga dapat berkembang menjadi gangguan kesehatan mental lainnya seperti:
- Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD)
- Depresi
- Obsessive-Caompulsive Disorder (OCD)
Gejala yang perlu diwaspadai
Beberapa ahli kejiwaan masih belum bisa mengungkap mengapa kondisi ini bisa terjadi pada seseorang. Bahkan, seseorang yang mengalami maladaptive daydreaming juga kerap tidak sadar jika mereka menderita gangguan ini. Oleh karena itu, mendiagnosis atau melihat gejala dari kondisi kejiwaan ini pun terbilang sulit.
Meski demikian, orang yang mengalami gangguan lamunan maladaptive biasanya menunjukkan gejala sebagai berikut:
- Lamunan yang dialami begitu terasa jelas seperti kenyataan
- Timbul alur khayalan yang sangat jelas sehingga membuat penderitansya kecanduan atau tidak bisa berhenti melamun
- Ketidakmampuan melakukan tugas atau kegiatan sehari-hari karena melamun
- Lamunan dipicu oleh rangsangan eksternal seperti menonton film atau mendengarkan musik
- Kerap mengalami gangguan tidur dan sering alami insomnia
- Saat melamun, sering melakukan menggerakan anggota tubuh tanpa sadar yang terjadi secara berulang
- Kemampuan untuk fokus pada suatu hal cenderung pendek
Kondisi ini berbeda dengan skizofrenia
Belum ada penelitian yang cukup untuk mengkategorikan kondisi lamunan maladaptive ke dalam gangguan kejiwaan. Namun, sering kali keadaan ini disamakan dengan tipe gangguan psikosis seperti skizofrenia. Meski demikian, para ahli menegaskan bahwa keduanya adalah kondisi yang sangat berbeda.
Penderita maladaptive daydreaming sadar sepenuhnya jika khayalan yang ada di pikirannya tidaklah nyata. Mereka bisa membedakan antara lamunan dan kenyataan. Berbeda dengan skizofrenia, yang penderitanya tidak bisa membedakan mana realita dan halusinasi.
Cara mengatasi maladaptive daydreaming
Para ahli memberikan beberapa cara untuk mengatasi dan mengelola gejala dari kondisi lamunan maladaptive agar tidak berkembang semakin buruk. Beberapa langkah yang bisa Anda lakukan di antaranya:
- Kelola stres dan pastikan istirahat yang cukup. Perasaan stres bisa memicu pikiran kita kosong dan berakhir melamun. Dengan demikian itu, kelola stres dan jaga kualitas tidur.
- Identifikasi faktor pemicu. Catat sekiranya hal apa saja yang bisa memicu Anda melamun secara intens dalam jangka waktu lama.
- Sadari gejalanya. Jika sekiranya sudah mengalami gejala maladaptive daydreaming, jangan ragu untuk berkonsultasi ke ahli seperti psikolog atau psikiater. Terutama jika gejala yang dialami sudah mengganggu kesehatan psikis maupun fisik.
- Lakukan terapi. Jika sudah menganggu, tidak ada salahnya juga untuk berkonsultasi dengan terapis dan lakukan teknik terapi seperti cognitive behaviour therapy (CBT).
Tanpa pemeriksaan ke dokter, akan sulit untuk mengatakan apakah seseorang mengalami maladaptive daydreaming atau tidak. Meski demikian, jika Anda sering mengalami kondisi ini secara berulang atau merasakan beberapa gejala yang telah disebutkan, jangan ragu untuk periksakan diri pada ahli.
Pasalnya, meski bukan termasuk gangguan kejiwaan, kondisi ini juga akan sangat menganggu aktivitas sehari-hari apabila tidak diatasi dengan baik.
Semoga bermanfaat!
***
Referensi: Healthline, Medical News Today, SehatQ
Baca juga:
Sama-sama Sesak Napas, Ini Bedanya Serangan Panik dan Sakit Jantung
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.