“Semula saya pikir sakit jantung. Sering nyeri dada, sesak, sampai sulit bernapas. Tapi setelah melakukan pemeriksaan lebih lanjut, dokter mengatakan gejala tersebut sebenarnya ciri ciri serangan panik,” tukas Felisia, ibu muda yang memiliki dua orang anak balita.
Apa yang dirasakan Felisia, mungkin banyak dirasakan Parents lainnya.
Selama ini serangan jantung dan serangan panik memang sering kali dianggap hal yang sama. Padahal, kondisi dua penyakit ini jelas berbeda. Baik dari gejala maupun penanganannya.
Data dari New England Journal of Medicine menyebutkan bahwa perempuan yang berusia di bawah 55 tahun berisiko mengalami salah diagnosis serangan jantung. Studi lain juga menyebutkan bahwa setidaknya, sebesar 40 persen pengidap mengalami serangan panik.
Memahami perbedaan serangan panik dan serangan jantung
Perlu dipahami lebih dulu, serangan panik atau panic attack merupakan suatu kondisi di mana rasa takut atau gelisah yang berlebihan muncul secara tiba-tiba.
Biasanya, serangan panik bisa dialami sesekali dalam hidup. Namun nantinya akan menghilang saat keadaan atau situasi pemicunya tidak ada. Walaupun begitu, serangan panik pun bisa terjadi secara berulang dalam jangka waktu yang lama. Kondisi inilah yang disebut dengan gangguan panik (panic disorder).
Mengutip dari Anxiety and Depression Association of America (ADAA), serangan panik sering disertai dengan gejala fisik, seperti jantung yang berdebar-debar, sulit bernapas dan sensasi kaku di wajah.
Umumnya, serangan panik ini mencapai level puncak intensitasnya dalam 10 menit atau kurang lalu kemudian mulai mereda.
Karena intensitas gejalanya mirip dengan penyakit jantung, masalah tiroid atau pun gangguan pernapasan, seseorang dengan gangguan panik sering memeriksakan diri ke banyak dokter spesialis. Bahkan akan dilarikan ke ruang gawat darurat karena mereka memiliki sensasi yang sangat mengancam jiwa.
Kondisi inilah yang bisa membuat penderitanya merasa selalu takut dan khawatir akan mengalami serangan lain. Bahkan bisa memengaruhi perubahan pola gaya hidup untuk menghindari serangan panik. Misalnya, menghindari olahraga agar detak jantung mereka rendah, atau menghindari tempat-tempat tertentu yang dapat memicu serangan panik.
Sedangkan, serangan jantung merupakan kondisi ketika jantung tidak mendapatkan suplai darah yang membawa oksigen. Jika tubuh dalam kondisi sehat, jantung membutuhkan oksigen yang berfungsi sebagai sumber nutrisi untuk otot yang membentuknya. Oksigen ini didapatkan melalui darah yang mengalir melalui pembuluh darah menuju jantung.
Namun, dinding pembuluh darah semakin menyempit dan rentan mengalami kerusakan seiring dengan bertambahnya usia seseorang.
Ciri-ciri serangan panik
Serangan panik setidaknya memiliki beberapa gejala seperti berikut ini:
- Palpitasi, jantung berdebar, atau detak jantung yang dipercepat
- Berkeringat
- Gemetar atau gemetar
- Sensasi sesak napas atau tercekik
- Perasaan tersedak
- Nyeri dada atau ketidaknyamanan
- Mual atau perut tidak nyaman
- Merasa pusing, tidak stabil, pusing, atau pingsan
- Menggigil atau sensasi panas
- Paresthesia (sensasi mati rasa atau kesemutan)
- Derealization (perasaan tidak realistis) atau depersonalisasi (terlepas dari diri sendiri)
- Takut kehilangan kendali atau “menjadi gila”
- Takut akan kematian
Image credit: Stephen Kelly, 2019 / Medical News Today
Perbedaan serangan panik dan serangan jantung
Mengutip dari Hellosehat, seorang direktur klinik Anxiety Network International, Dokter Thomas Edward menyebutkan ada perbedaan antara gejala saat serangan jantung dan serangan panik, yaitu:
- Rasa sakit pada bagian dada: nyeri dada saat serangan jantung cenderung akan mengalami peningkatan, sedangkan rasa sakit serangan panik terasa seperti ditusuk dan bisa semakin terasa saat menekan bagian yag sakit.
- Area dada yang terasa sakit: sakit dada saat mengalami serangan jantung, perlahan akan meluas hingga mungkin terasa pada bagian lain seperti punggung, leher, dan pundak. Sedangkan area dada yang terasa sakit saat serangan panik mencakup area yang kecil dan diikuti perasaan cemas. Dalam hal ini, kepada Detikhealth, dr Bambang Dwi Putra, SpJP, dari RS Pusat Jantung Harapan menjelaskan kalau serangan jantung sering ditandai dengan nyeri dada, namun lokasi pastinya sulit untuk dirasakan. Sedangkan ciri ciri serangan panik biasa ditandai dengan rasa nyeri yang dirasakan pada satu titik di dada.
Penyebab serangan panik
Mengutip dari laman Pijar Psikologi, sampai sekarang penyebab panic attack sebenarnta belum diketahui dengan jelas. Namun, beberapa penelitian menyebutkan penyebab serangan panik adalah faktor genetik, keseimbangan senyawa-senyawa kimia dalam tubuh, termasuk kelainan pada asam gamma-aminobutyric, kortisol dan serotonin.
Selain itu, orang-orang yang mengalami panic attack cenderung menunjukkan penurunan mekanisme neurokimia sehingga menghambat produksi serotonin serta adanya defisiensi endogenous opiolds atau penghilang rasa sakit dalam tubuh.
Serangan panik juga bisa disebabkan karena hal psikologis dan sosial. Panic attack atau panic disorder juga bisa disebabkan oleh kejadian traumatis, misalnya setelah seseorang mengalami kecelakaan saat menyetir. Selain itu, panic attack juga dapat disebabkan oleh stres, konsumsi kafein berlebih, penyalahgunaan obat-obatan dan konsumsi alkohol.
Penanganan serangan panik
Sebenarnya, penanganan serangan panik dilakukan untuk mengurangi intensitas dan frekuensi serangan agar kualitasnya bertambah baik.
Serangan panik juga dapat diatasi dengan pemberian obat dan psikoterapi. Sebelum menentukan penanganan yang tepat, pastinya seseorang yang mengalami serangan panik perlu berkonsultasi dulu dengan ahli yang tepat.
Semoga informasi ini bermanfaat!
***
Sumber: Medical News Today, Anxiety and Depression Association of America, Pijarpsikologi
Baca juga
Jarang Bercinta, 6 Hal Ini Bisa Terjadi Pada Tubuh Anda
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.