Di Indonesia, sambal merupakan makanan pendamping yang wajib ada dalam menu. Bahkan bagi sebagian orang, makan tanpa disertai dengan rasa pedas akan terkesan hambar dan kurang lezat. Namun, sebuah penelitian menemukan fakta bahwa terlalu banyak makan cabe dapat meningkatkan risiko demensia.
Demensia merupakan kumpulan penyakit yang berkaitan dengan fungsi otak jangka panjang sehingga dapat menggangu aktivitas sehari-sehari penderitanya. Beberapa penyakit seperti Alzheimer pun merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya demensia.
Efek makan cabe bagi kesehatan
Setiap variasi cabe tentunya memiliki tingkat kepedasan berbeda. Jenis cabe yang paling pedas di dunia seperti Carolina Reaper dapat menyebabkan masalah kesehatan yang cukup serius.
Salah satu contoh kasus, pria di Amerika Serikat harus dilarikan ke IGD karena mengonsumsi Carolina Reaper. Ia merasa sakit kepala parah setelah memakan cabe tersebut di sebuah kontes makan.
Meski demikian, tidak semua jenis cabe memiliki efek yang sama dengan Carolina Reaper. Beberapa cabe yang sering digunakan sebagai bahan sambal seperti cabe merah, cabe rawit, cabe hijau, atau bahkan jalapeno masih terbilang aman dan tidak akan berdampak negatif bagi kesehatan jika dikonsumsi dalam batas wajar.
Bahkan sebuah penelitian pada 2017 mengungkap bahwa memakan cabe dinilai baik untuk kesehatan. Penelitian tersebut menyebutkan, orang yang suka makan cabe merah memiliki risiko kematian yang lebih rendah.
Terlepas dari efek positif tersebut, sebuah penelitian lain juga mengungkap bahwa bahan makanan pedas ini memiliki pengaruh yang cukup serius bagi fungsi kognitif manusia.
Penelitian yang dipublikasikan di Jurnal Nutrients ini, melibatkan 4.582 koresponden berusia 55 tahun ke atas di Cina. Hasil penelitian menunjukkan, konsumsi cabe dalam jumlah banyak dan sering dapat mengurangi kemampuan kognitif hingga meningkatkan risiko demensia.
Mengonsumsi lebih dari 50 gram cabe per hari dapat meningkatkan risiko demensia
Seorang profesor dari Universitas Qatar Zumin Shi yang juga merupakan pemimpin dari tim peneliti Nutriens menjelaskan bahwa faktor risiko demensia akan lebih memengaruhi orang dewasa di atas 50 tahun.
“Mengonsumsi cabe memang bermanfaat untuk mempertahankan berat badan dan tekanan darah pada penelitian kami sebelumnya. Namun dalam penelitian kali ini, kami menemukan bahwa memakan terlalu banyak cabe dapat mengakibatkan efek buruk pada fungsi otak orang dewasa,” ungkap Zumin seperti yang dilansir dari Medical News Today.
Profesor Zumin juga melanjutkan, orang yang rutin makan lebih dari 50 gram cabe per harinya akan memiliki risiko penurunan kemampuan kognitif dua kali lipat lebih tinggi.
Terkait hasil penelitian tersebut, Manajer Riset dari komunitas Alzheimer’s Society, Dr. Clare Walton mengakui bahwa memang benar konsumsi makanan pedas termasuk cabe dapat mengurangi fungsi otak. Namun, hubungan faktor risiko demensia dan tingkat konsumsi cabe masih memerlukan penelitian yang lebih lanjut.
“Dengan meningkatnya angka penderita demensia secara global, maka tidak salah jika kita perlu tahu faktor-faktor risikonya. Namun, studi yang dilakukan pada populasi di Cina ini hanya melihat pada hasil tes memori. Maka, penelitian lebih lanjut masih perlu dilakukan untuk mengonfirmasi kebenarannya,” papar Walton.
Meski demikian, Profesor asal London tersebut juga tetap menyarankan agar tidak mengonsumsi makanan pedas terutama cabe secara berlebihan. Meski belum ada bukti kuat bahwa cabe bisa menyebabkan demensia, tetapi kadar makanan pedas yang masuk dalam tubuh pun dapat menimbulkan beberapa masalah kesehatan seperti diare hingga usus buntu.
***
Anda bisa bergabung dengan jutaan ibu lainnya di aplikasi theAsianparent untuk berinteraksi dan saling berbagi informasi terkait kehamilan, menyusui, dan perkembangan bayi dengan cara klik gambar di bawah ini.
Baca juga:
Cinta sejati pasangan down syndrome, 25 tahun menikah hingga maut memisahkan mereka
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.