Abortus: Macam, Penyebab, hingga Kondisi Kehamilan yang Sebaiknya Dihentikan

undefined

Begini penjelasan ahli tentang abortus.

Siapa, sih, yang mengharapkan keguguran? Pastinya tidak ada satupun calon orangtua yang ingin mengalami hal ini. Umumnya abortus terjadi di saat usia kehamilan ibu belum ada 20 minggu. Penyebabnya ada beberapa.

Berikut ini beberapa macam abortus atau jenis keguguran yang bisa terjadi selama kehamilan. Yuk, cari tahu lengkapnya di sini!

Apa Itu Abortus?

Abortus: Macam, Penyebab, hingga Kondisi Kehamilan yang Sebaiknya Dihentikan

Abortus spontan atau yang lebih dikenal dengan istilah keguguran perdarahan yang terjadi di vagina tanpa pelebaran serviks sebelum 20 minggu pada kehamilan intrauterin (di dalam rahim) dan menyebabkan kematian janin. 

Melansir MSD Manual, sekitar 20 sampai 30 persen wanita hamil memiliki kemungkinan  mengalami perdarahan di 20 minggu pertama kehamilannya. Sekitar setengah dari mereka ini dipastikan mengalami aborsi spontan. Jadi bisa dibilang, kejadian abortus spontan dikonfirmasi terjadi sekitar 20 persen. Banyak dari insiden ini terjadi karena calon ibu yang tidak sadar sedang hamil dan menyalahartikannya sebagai periode menstruasi yang terlambat.

Kematian janin umumnya diklasifikasikan sebagai berikut:

  • Abortus spontan: Kematian janin yang terjadi dengan keluarnya hasil konsepsi (janin dan plasenta) sebelum usia kehamilan 20 minggu.
  • Kematian janin (lahir mati) di mana janin meninggal setelah usia kehamilan 20 minggu.
  • Kelahiran prematur yaitu kelahiran janin hidup antara usia kehamilan 20 minggu dan 36 minggu.

Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan panggul, pengukuran subunit beta human chorionic gonadotropin (HCG), dan ultrasonografi. Perawatan biasanya berupa observasi menunggu untuk aborsi yang terancam dan, jika aborsi spontan telah terjadi atau tampaknya tidak dapat dihindari, observasi atau evakuasi uterus.

Penyebab Keguguran Spontan atau Abortus

Menurut American College of Obstetricians and Gynaecologists (ACOG), sebanyak 10-25 persen kehamilan berpotensi mengalami keguguran. Dan kondisi ini umumnya paling banyak terjadi pada usia kehamilan 13 minggu di mana penyebabnya ada banyak sekali. 

  • Tidak tahu sedang hamil

Salah satu penyebab abortus adalah ketidaktahuan ibu bahwa dirinya hamil sehingga menyebabkan ia lalai menjaga kehamilannya. Selebihnya, pada banyak kasus, penyebab macam-macam abortus memang belum bisa teridentifikasi dengan baik.

  • Kelainan kromosom

Menurut dr. Ruswantriani, Sp.OG., Spesialis Kebidanan Kandungan Rumah Sakit Elang Medika Corpora Sentul, selama 3 bulan pertama keguguran paling sering terjadi karena adanya kelainan pada kromosom janin

Kondisi ini bisa terjadi karena adanya kelainan pada sel telur maupun sperma atau juga karena ketidaksempurnaan dalam proses pembelahan cikal bakal jain.

  • Kelainan saluran reproduksi ibu 

Misalnya kelainan pada rahim bicornuate, fibroid, adhesi, di mana itu semua dapat menyebabkan keguguran hingga usia kehamilan 20 minggu. 

  • Virus 

Abortus spontan terisolasi juga dapat disebabkan oleh virus tertentu —terutama virus sitomegalo, virus herpes, parvovirus, dan virus rubella. 

  • Penyebab lainnya

Selain beberapa penyebab di atas, masih ada faktor penyebab lainnya. Di antaranya:

  • Usia ibu yang terlalu tua atau terlalu muda saat hamil, di atas 35 tahun.
  • Ibu mengalami gangguan kronis (diabetes, hipertensi, kelainan tiroid) dan masalah hormonal yang memengaruhi kesehatannya.
  • Memiliki riwayat aborsi spontan.
  • Gaya hidup tidak sehat seperti konsumsi narkoba, merokok aktif, kekurangan zat gizi, kafein yang berlebihan, maupun paparan zat berbahaya lainnya.
  • Ada trauma besar pada ibu, seperti jatuh dari kendaraan atau trauma lain pada area perut.
  • Paling sering, penyebabnya tidak diketahui.

Artikel terkait : Perlukah melakukan kuret saat keguguran? Simak penjelasan lengkapnya berikut ini

Tanda-tanda Abortus

Gejala aborsi spontan atau keguguran meliputi: 

  • Nyeri panggul yang kram
  • Ada semburan cairan. Abortus spontan terlambat dapat dimulai dengan semburan cairan saat ketuban pecah. 
  • Serviks melebar menunjukkan bahwa aborsi tidak dapat dihindari.
  • Perdarahan uterus. Jika hasil konsepsi tetap berada di dalam rahim setelah abortus spontan, perdarahan uterus dapat terjadi, terkadang setelah tertunda beberapa jam hingga beberapa hari. Pada umumnya perdarahan jarang masif.
  • Keluarnya jaringan

Infeksi juga dapat berkembang dan menyebabkan ibu mengalami demam, nyeri, dan terkadang sepsis (disebut aborsi septik).

Jenis-jenis Abortus

Abortus: Macam, Penyebab, hingga Kondisi Kehamilan yang Sebaiknya Dihentikan

1. Abortus Komplit

Abortus komplit terjadi saat semua jaringan kehamilan keluar dari rahim. Keluhan yang sering kali dirasakan ibu hamil yang  mengalami kondisi ini  biasanya nyeri kram seperti akan bersalin.

Nyeri pun akan lebih sering terjadi karena kontraksi dari rahim yang kosong. Dalam kondisi ini, perdarahan vagina akan berlanjut selama beberapa hari.

Abortus komplit ini dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan melalui USG. Saat mengalaminya, segeralah untuk memeriksakan diri ke dokter kandungan dan kebidanan, ya.

2. Abortus Inkomplit

Berbeda dengan abortus komplit, kondisi keguguran ini biasanya masih menyisakan jaringan kehamilan di dalam rahim. Perdarahan serta kram akan dirasakan sampai rahim benar-benar kosong, Parents.

Saat abortus inkomplit terjadi tentunya diperlukan metode kuret untuk mengangkat jaringan yang tersisa.

3. Abortus Imminens

Abortus imminens terjadi saat tubuh mulai menunjukkan tanda-tanda kemungkinan mengalami keguguran. Seorang ibu biasanya akan mengalami nyeri di bagian perut bawah disertai dengan perdarahan vagina yang tidak terlalu banyak.

Bila gejala ini sudah muncul, biasanya mulut rahim masih tertutup. Gejala pun bisa dirasakan selama berhari-hari hingga beberapa minggu.

Ibu hamil yang mengalaminya bisa mengalami dua kemungkinan. Pertama, ibu hamil bisa tetap melanjutkan kehamilan dan memiliki bayi yang sehat. Namun sebaliknya, kondisi ini bisa membuat ibu hamil betul-betul kehilangan janinnya.

Biasanya dokter akan merekomendasikan Bunda untuk beristirahat pada kondisi ini untuk melindungi kehamilan.

4. Abortus Insipiens

Setelah mengalami abortus imminens, kemungkinan yang bisa tejadi ialah abortus insipiens atau keguguran yang sudah tak dapat terhindarkan lagi.

Biasanya kondisi ini akan menyebabkan adanya banyak perdarahan dan kram di bagian perut bawah. Saat abortus insipiens terjadi, serviks akan terbuka lebih lebar dan janin akan keluar seiring dengan terjadinya perdarahan.

Artikel terkait : Haid setelah keguguran tidak teratur, kenali faktor penyebabnya berikut ini

5. Missed Abortion

Selain beberapa kondisi di atas, keguguran juga bisa terjadi dengan kondisi lain seperti janin atau embrio yang tetap berada di dalam rahim. Tentunya, janin di dalam kandungan ini sudah tidak berkembang lagi.

Bunda yang merasakannya, biasanya tidak mengalami berbagai gejala kehamilan lainnya. Beberapa gejala yang menjadi jarang dirasakan antara lain mual pada morning sickness, maupun kelelahan seperti saat hamil.

6. Keguguran Berulang

Kondisi keguguran berulang rupanya bisa terjadi pada ibu hamil, walaupun persentasenya kecil. Bila keguguran terjadi sampai tiga kali berturut-turut, sebaiknya Bunda segera mewaspadainya dan mengonsultasikan hal tersebut kepada dokter kandungan dan kebidanan.

Cara Mendiagnosis Abortus 

Abortus dapat didiagnosis dengan beberapa cara, yaitu dengan: 

  • Ultrasonografi (USG) dan subunit beta kuantitatif dari human chorionic gonadotropin (beta-hCG)
  • Pemeriksaan panggul

Untuk mengetahui kehamilan, dokter mendiagnosis dengan pemeriksaan tes urin atau darah beta-hCG. Sementara ultrasonografi dilakukan untuk memastikan kehamilan intrauterin dan memeriksa aktivitas jantung janin, yang biasanya terdeteksi setelah usia kehamilan 5,5 hingga 6 minggu. Sekaligus untuk memastikan usia kehamilan yang tidak terdeteksi dengan pemeriksaan urin dan juga darah. 

Jika aktivitas jantung tidak terdeteksi dengan USG, maka kematian janin sudah bisa dipastikan. Sebagai alternatif, kadar beta-hCG serial yang menurun pada ≤ 3 pengukuran, konsisten dengan kehamilan yang gagal.

Diagnosis juga dilakukan untuk menentukan status proses aborsi sebagai berikut:

  • Ancaman aborsi: Pasien mengalami perdarahan uterus dan masih terlalu dini untuk menilai apakah janin masih hidup dan layak dan serviks tertutup. Potensinya, kehamilan dapat berlanjut tanpa komplikasi.
  • Aborsi yang tak terhindarkan: Ditandai dengan serviks melebar sehingga volume perdarahan harus dievaluasi karena terkadang signifikan.
  • Aborsi tidak lengkap: Hasil konsepsi dikeluarkan sebagian.
  • Abortus komplit: Hasil konsepsi telah keluar dan serviks tertutup.

MSD Manual menegaskan, missed abortion dicurigai jika rahim tidak membesar secara progresif atau jika beta-hCG kuantitatif rendah untuk usia kehamilan atau tidak berlipat ganda dalam waktu 48 sampai 72 jam. Aborsi yang terlewat dikonfirmasi jika USG menunjukkan salah satu dari hal berikut:

  • Hilangnya aktivitas jantung embrionik yang terdeteksi sebelumnya.
  • Tidak adanya aktivitas janin (saat panjangnya kepala-bokongnya sudah > 7 mm).
  • Tidak adanya kutub janin (ditentukan dengan USG transvaginal) ketika rata-rata diameter kantung > 25 mm.

Kehamilan anembrionik mengacu pada kantung kehamilan tanpa kantung kuning telur atau embrio. Ini dapat terlihat pada USG (pada kehamilan yang tidak dapat hidup).

Pada kasus keguguran berulang, pengujian untuk menentukan penyebab aborsi sangat diperlukan.

Kondisi Kehamilan yang Mengharuskan Aborsi

Ya, aborsi bisa dilakukan dengan sengaja (sesuai dengan petunjuk dokter kandungan) bila sudah mengancam nyawa ibu. Beberapa kondisi medis yang dapat dipertimbangkan pada seorang perempuan dalam menggugurkan kandungannya (aborsi) di antaranya sebagai berikut:

  • Gangguan Jantung Ibu Hamil

Mayo Clinic menjelaskan gangguan jantung menimbulkan risiko pada ibu hamil. Risiko tergantung pada sifat dan tingkat keparahan kondisi jantung ibu hamil. Dalam tingkat yang lebih tinggi, gangguan jantung pada ibu hamil bisa menyebabkan kematian akibat serangan jantung.

Perut dan janin yang membesar selama kehamilan akan menekan jantung dan sistem peredaran darah.

Sementara itu, selama kehamilan, volume darah akan meningkat sebesar 30-50 persen untuk memberi makan janin yang sedang tumbuh. Hal itu membuat jantung memompa lebih banyak darah.

Meskipun sebagian besar kondisi jantung dapat ditoleransi, namun beberapa kondisi lainnya berisiko. Ibu hamil disarankan untuk terlebih dahulu mengkonsultasikan kondisi jantung pada dokter.

  • Cacat Berat pada Janin

Dokter juga dapat merekomendasikan ibu hamil untuk aborsi, jika terdapat kondisi kelainan atau cacat berat pada janin. Namun begitu, tak semua cacat pada janin mengharuskan adanya tindakan aborsi.

Upaya Pencegahan, Mungkinkah Dilakukan?

Abortus: Macam, Penyebab, hingga Kondisi Kehamilan yang Sebaiknya Dihentikan

Keguguran yang diakibat kelainan kromosom pada janin memang tidak bisa dicegah, Parents. Namun, beberapa langkah penting bisa dilakukan untuk menurunkan risiko keguguran akibat pengaruh dari luar.

Salah satunya yang paling utama adalah ibu hendaknya menjaga kesehatan fisik dan psikis bahkan sebelum konsepsi atau kehamilan. Beberapa hal yang bisa dilakukan, antara lain:

  • Manajeman stres yang baik.
  • Mengonsumsi makanan bergizi seimbang.
  • Berolahraga dan beraktivitas fisik secara teratur.
  • Mengonsumsi makanan maupun asam folat yang cukup.
  • Hindari kebiasaan merokok maupun minum alkohol.

Nah, Parents yuk waspadai berbagai jenis keguguran dengan upaya-upaya di atas.

Berbagai Metode Aborsi

Sebelum akhirnya memutuskan melakukan aborsi, Bunda sebaiknya memahami dampak aborsi yang berisiko dirasakan perempuan.

Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), terdapat risiko kematian setelah aborsi, yaitu 1 dalam 100.000 kasus. Risiko bahaya aborsi semakin meningkat dengan pertambahan usia janin yang diaborsi. Pasien harus memahami, aborsi tak bisa sembarang dilakukan. Praktik aborsi harus dilakukan dengan cara yang tepat, dan sesuai dengan prosedur kedokteran.

Beberapa metode aborsi yang ada, yaitu: Aborsi medis (menggunakan obat-obatan) atau aborsi prosedural mengunakan alat, seperti: apirasi vakum manual atau prosedur dilatasi dan kuretase.

Semua indikasi dan pilihan metode aborsi ini sebaiknya didiskusikan dengan dokter kandungan masing-masing, yang mana tentunya tatalaksana tiap kasus yang memerlukan tindakan aborsi akan berbeda.

Yang harus digaris bawahi adalah aborsi tak bisa sembarang dilakukan. Selain berdasarkan kondisi-kondisi medis tertentu, praktik aborsi juga harus dilakukan dengan cara yang tepat dan benar sesuai dengan kaidah ilmu kedokteran.

Komplikasi yang Bisa Disebabkan Abortus

Melansir Medscape, keguguran spontan (aborsi septik) dan aborsi terapeutik (buatan) bisa menyebabkan komplikasi  bisa berupa:

  • Komplikasi anestesi
  • Trias pasca-aborsi, yaitu, nyeri, perdarahan, demam ringan
  • Hematometra
  • Hasil konsepsi yang tertahan
  • Perforasi rahim
  • Cedera usus dan kandung kemih
  • Aborsi yang gagal
  • Aborsi septik
  • Syok serviks
  • Laserasi serviks
  • Koagulasi intravaskular diseminata (DIC)

Frekuensi komplikasi juga tergantung pada usia kehamilan saat keguguran, jenis dan juga metode aborsi . Tingkat komplikasi menurut usia kehamilan saat aborsi sebagai berikut:

  • Abortus di usia kehamilan 8 minggu ke bawah: kurang dari 1%
  • Pada usia kehamilan 8 – 12 minggu: 1,5 – 2%
  • Usia kehamilan 12 – 13 minggu: 3 – 6%
  • Trimester kedua: 50% dan mungkin lebih tinggi

Laman Medscape menyebutkan, diperkirakan tingkat komplikasi pada sekitar 54.911 aborsi di Amerika Serikat (pada semua sumber layanan kesehatan) adalah: 

  • 2,1% (n = 1156) untuk aborsi obat
  • 1,3% (n = 438) untuk aborsi aspirasi trimester pertama 
  • 1,5% (n = 130) untuk aborsi trimester kedua atau setelahnya. 

Pertanyaan Populer Terkait Abortus

Apa yang menyebabkan abortus?

Melansir Alodokter, keguguran umumnya disebabkan adanya kelainan kromosom yang diturunkan dari orangtua, kehamilan kosong (blighted ovum), atau masalah pada plasenta. 

Penyebab lain yaitu:

  • Infeksi (toxoplamosis, rubella, sifilis, gonore,sepsis, malaria, atau HIV)
  • Masalah autoimun (lupus, sindrom antifosfolipid)
  • Penyakit kronis (diabetes, ginjal)
  • Gangguan hormon (penyakit tiroid atau PCOS)
  • Kelainan bentuk atau leher rahim 
  • Penggunaan obat-obatan (obat antiinflamasi nonsteroid, methotrexate, dan retinoid
  • Hamil di usia lebih dari 35 tahun
  • Riwayat keguguran lebih dari 2 kali
  • Pola hidup tidak sehat, seperti merokok, mengonsumsi alkohol dan atau kecanduan narkoba.
  • Berat badan kurang atau obesitas
  • Terpapar zat beracun dan radiasi tingkat tinggi

Berapa usia kehamilan abortus?

Umumnya terjadi di usia kehamilan belum mencapai 20 minggu –sebagian besar keguguran terjadi di awal kehamilan dan di saat calon ibu tidak mengetahui dirinya sedang hamil. 

Jenis abortus ada berapa?

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, abortus ada 6 jenis. Yaitu abortus: komplit, inkomplit. Imminens, insipiens, missed abortion, dan keguguran berulang. 

Apa bahaya abortus?

Semua metode abortus memiliki risiko dan juga komplikasi. Risiko akan semakin tinggi lagi jika abortus tidak dilakukan di tempat dengan fasilitas baik, bukan oleh tenaga medis, tidak terkait kondisi medis yang mendasari, dan metode yang dipilih tidak aman.

Alodokter menjelaskan aborsi memiliki risiko yang tinggi, di antaranya:  

  • Perdarahan yang berat
  • Cedera atau infeksi pada rahim akibat aborsi yang tidak tuntas
  • Mandul
  • Kehamilan ektopik di kehamilan berikutnya
  • Kondisi serviks yang tidak optimal akibat aborsi berkali-kali

Mengapa abortus dilarang?

Bila abortus dilakukan di luar kondisi medis, maka tindakan itu dinyatakan ilegal. Tindakan ini disamakan dengan kasus pembunuhan karena secara sengaja mengambil nyawa seseorang.

Apakah aborsi bisa dipenjara?

Hal ini diatur dalam Undang-undang Kesehatan Pasal 194 di mana setiap orang yang terlibat tindakan aborsi ilegal terancam pidana penjara maksimal 10 tahun dan denda maksimal sebesar Rp1 miliar.

Demikian hal-hal tentang abortus dan beberapa kondisi yang menyebabkan ibu hamil ada kemungkinan disarankan untuk mengakhiri kehamilannya. Aborsi hanya bisa dilakukan dalam prosedur yang tepat dan benar sesuai dengan kaidah ilmu kedokteran oleh orang yang berkompeten di bidangnya seperti dokter spesialis kandungan dan kebidanan.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang abortus, Bunda dapat berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter-dokter spesialis kebidanan dan kandungan di Rumah Sakit EMC terdekat.

***

Artikel telah diupdate oleh: Ester Sondang

Direview oleh: 

  1. Ruswantriani, Sp.OG

Dokter Spesialis Kebidanan Kandungan

RS EMC Sentul

Sumber:

Miscarriage

www.pregnancybirthbaby.org.au/miscarriage

Signs of Miscarriage

Symptoms & Signs of Miscarriage

What Are the Types of Abortion Procedures?

www.webmd.com/women/abortion-procedures

What Are the Different Types of Abortion?

www.healthline.com/health/types-of-abortion

Abortion

https://www.pregnancybirthbaby.org.au/abortion

Spontaneous Abortion

https://www.msdmanuals.com/professional/gynecology-and-obstetrics/abnormalities-of-pregnancy/spontaneous-abortion# 

Abortion Complications

emedicine.medscape.com/article/795001-overview?reg=1

Baca Juga :

"Setelah 8 kali keguguran, akhirnya aku bisa memeluk anakku sendiri.." Curhat seorang ibu

Aborsi telah legal di negara ini, bagaimana hukumnya di Indonesia?

Sebelum Memutuskan Aborsi, Tonton Dulu Video Prosedurnya Berikut Ini

 

 

 

 

Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.