“Bicara mengurus rumah tangga dan berkarier, kenapa perempuan harus disuruh memilih? Bukankah kita bisa mendapatkan keduanya? Pertanyaan itu seolah-olah membuat perempuan tak berdaya. Dalam narasi-narasi hidup yang nyata, perempuan menjadi kekuatan tak terbatas. ” – Najwa Shihab. Saya sepakat dengan kata-kata Najwa. Kalau lingkungan kerja mendukung pengasuhan anak, mengapa tidak?
Wanita ditempatkan dalam kondisi sosial yang rumit. Kerap kali, wanita yang telah menikah dan memiliki anak, mengeluhkan peran gandanya. Riset-riset menyebutkan bahwa performa kerja wanita lebih sering berubah setelah menikah dan melahirkan.
Apakah peran seorang wanita sebagai istri dan ibu membenamkan kemampuan dan kompetensi yang dimiliki dalam berkarier? Pada kenyataannya, tidak sepenuhnya demikian.
Karier wanita akan tetap gemilang sekalipun dalam dualitas tanggung jawabnya di rumah dan di kantor. Sebab, lingkungan kerjanya mampu menjadi sistem pendukungnya. Bagaimana kriteria lingkungan kerja mendukung pengasuhan, alias tempat kerja yang ramah bagi Bunda berkarier?
1. Menawarkan cuti berkala
Berkeluarga dan memiliki anak mengubah secara total waktu yang dimiliki oleh wanita. Sebelum menikah dan melahirkan, wanita dapat secara penuh memusatkan fokus pada pengembangan dirinya.
Sebaliknya, saat sudah menikah dan berperan sebagai Bunda, maka wanita adalah pusat bagi suami dan anak-anaknya. Sehingga, cuti yang diberikan oleh lingkungan kerja, akan sangat bermanfaat bagi Bunda – terutama ketika baru melahirkan.
2. Jam kerja yang sehat
Batas wajar bekerja berdasarkan Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenaga Kerjakerjaan ialah 7 jam dalam 1 hari, atau 40 jam kerja perminggu dalam 6 hari. Maksimal 8 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu jika hitungannya 5 hari kerja per minggu.
Sistem kerja merupakan faktor penentu yang mendukung kesehatan fisik maupun mental pada Bunda yang bekerja. Lingkungan kantor, perlu memahami kebutuhan Bunda akan prioritas utama adalah keluarga, ketika lepas dari jam bekerja. Sehingga, waktu libur tidak lagi diganggu oleh pekerjaan kantor.
Artikel terkait: Catat! 7 Bentuk Dukungan Perusahaan untuk Karyawan yang Sedang Hamil
3. Menyediakan ruang laktasi
Bunda yang telah memiliki anak, tentu hampir sebagian besar bercita-cita meng-ASI-hi alias memberikan ASI secara eksklusif. Generasi ASI juga merupakan bagian dari program pemerintah Indonesia untuk melahirkan anak-anak yang cerdas dan tangguh.
Tersedianya ruang laktasi di lingkungan kantor, memudahkan Bunda untuk tetap bekerja di kantor saat jam pemberian ASI, sehingga waktu kerja tetap efisien.
4. Memiliki penitipan anak
Mengasuh adalah kewajiban Bunda yang tidak bisa digantikan maupun tergantikan dengan siapapun – termasuk pendidikan yang diberikan daycare. Lingkungan kantor yang mempunyai lokasi menitipkan anak, menjadi pilihan Bunda agar tetap bisa mengawasi dan memantau anak secara penuh.
Bunda tentunya lebih tenang saat bekerja, ketika anak tetap berada di sekitar lokasi kerjanya meski tidak dalam satu ruangan.
Artikel terkait: Viral Bumil Dipaksa Rapat saat Ketuban Pecah, Ini Bahayanya Menunda Persalinan!
5. Memfasilitasi investasi pendidikan anak
Utamanya, Bunda bekerja dapat dilatarbelakangi untuk memberikan pendidikan yang tuntas dan setiap Bunda pasti menginginkan anak-anak mereka tumbuh dengan masa depan yang lebih cerah dari Ayah Bundanya. Pendidikan salah satu pintu gerbang anak-anak menggapai mimpinya.
Sayangnya, biaya pendidikan yang kian tinggi, kerap memusingkan Ayah Bunda. Kantor yang berinisiatif membuka tabungan atau investasi guna pendidikan anak, dapat memacu semangat Bunda agar bekerja lebih optimal.
6. Fleksibilitas kerja
Teknologi menjadi penyelamat ketika pandemi Covid-19 mewabah. Sebagai kebiasaan baru bagi Bunda bekerja, lingkungan kantor dapat memberikan kebebasan kerja di rumah dengan syarat dan ketentuan yang telah disepakati.
Selain tetap bisa mengurus rumah tangga, kemudahan bekerja dengan teknologi mendorong inovasi dan kreativitas, karena Bunda tidak harus kelelahan di jalan menuju kantor dan sepulang kerja.
Artikel terkait: Jadi Ibu Bekerja, Ini Perjuanganku Hamil Hingga Memiliki Seorang Putri
7. Mengadakan seminar parenting
Bunda yang cerdas adalah Bunda yang memahami bahwa ilmu parenting itu bersifat sangat penting. Saat ini, meski bukan lingkungan kerja yang bergerak di bidang perkembangan anak, kantor-kantor di Indonesia mulai mempromosikan parenting bagi karyawannya.
Mengingat keluarga juga merupakan prioritas dalam kehidupan seseorang, jika keluarga harmonis maka pekerja mampu melakukan aktivitas di kantor tanpa hambatan.
8. Mengakomodasi katering menu khusus
Salah satu yang cukup sensitif ketika berperan secara ganda antara menjadi Bunda dan wanita karier adalah menyiapkan makanan bergizi bagi keluarga. Memasak tentu memangkas waktu bagi Bunda, sedangkan makanan sehat merupakan sumber utama kehidupan.
Lingkungan kerja yang solutif, sepatutnya menawarkan katering dengan menu-menu khusus bayi, anak-anak, maupun menu yang dapat menyesuaikan.
Ditulis oleh Dian Pertiwi Josua, UGC Contributor theAsianparent.com.
Artikel UGC lainnya:
Cara Jitu dari Nenek Saya untuk Mengajarkan Pola Tidur yang Baik pada Bayi Sejak Lahir
Bangun Bonding Orang Tua dan Anak, Yuk Belajar dari Deddy dan Azka Corbuzier
Cerita MPASI Pertama Bayiku, dari Bubur Ayam Mentega yang Bikin Hepi hingga Drama Penolakan
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.