Parents, penyakit lemah jantung atau kardiomiopati merupakan kondisi ketika otot jantung melemah. Hal ini akhirnya menyebabkan jantung tidak dapat memompa darah ke seluruh tubuh dengan baik.
Biasanya, gejala dari kondisi ini cenderung mirip dengan masalah kesehatan ringan lainnya. Sehingga, kondisi jantung yang melemah biasanya baru diketahui atau terdiagnosis ketika gejala yang timbul semakin parah.
Maka dari itu, sangat penting untuk mengetahui gejala atau ciri-ciri awal dari kondisi ini agar bisa terdeteksi sejak dini dan mendapatkan penanganan tepat.
Artikel terkait: Bisa Terjadi pada Anak-anak dan Dewasa, Waspada Gejala Jenis Gangguan Bicara Ini, Parents!
Lemah Jantung (Kardiomiopati) – Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Cara Mencegahnya
Umumnya, hingga saat ini, penyebab kardiomiopati belum diketahui secara pasti. Pada sebagian orang, kondisi ini biasanya dipengaruhi oleh faktor genetik ataupun penyakit penyerta yang ia alami.
Meski begitu, ada beberapa faktor risiko yang bisa menyebabkan seseorang mengalami kardiomiopati. Beberapa di antaranya adalah:
- Mengalami tekanan darah tinggi dalam jangka panjang
- Berusia lanjut, di atas 65 tahun ke atas
- Memiliki riwayat keluarga yang menderita lemah jantung
- Efek samping obat-obatan
- Adanya infeksi tertentu yang menyebabkan radang jantung
- Gangguan metabolisme seperti obesitas, penyakit tiroid, atau diabetes
- Kekurangan vitamin atau mineral penting
- Adanya komplikasi kehamilan
- Gaya hidup yang tak sehat seperti merokok, sering mengonsumsi minuman beralkohol, ataupun mengonsumsi obat-obatan terlarang
- Pengobatan kemoterapi dan radiasi untuk mengobati kanker
Jenis-Jenis Lemah Jantung
Penyakit lemah jantung sendiri memiliki beberapa jenis atau tipe yang dibagi menjadi:
1. Tipe Dilatasi
Jenis lemah jantung yang paling sering terjadi dan kerap menyerang orang berusia 20-60 tahun. Ini merupakan kondisi yang biasanya ditandai dengan otot ventrikel kiri (ruangan jantung yang berperan untuk memompa darah ke seluruh tubuh) lambat laun menjadi lebih tipis dan kendur, sehingga ruangan ventrikel melebar dan sulit memompa darah.
2. Tipe ARVD
Arrhythmogenic Right Ventricular Cardiomyopathy (ARVD) merupakan jenis kardiomiopati yang ditandai dengan kematian sel otot jantung di ventrikel kanan.
3. Lemah Jantung Tipe Hipertrofik
Pada tipe ini, sel otot jantung yang berada di ventrikel kiri membesar. Hal ini bisa menyebabkan dinding ventrikel menjadi lebih tebal dan ruangan di dalamnya menyempit. Pun bisa menyebabkan adanya hambatan atau tertutupnya aliran darah.
4. Tipe Restriktif
Merupakan jenis lemah jantung yang jarang terjadi. Kondisi ini membuat otot-otot jantung menjadi lebih kaku dan kurang elastis. Sehingga, hal ini mengakibatkan jantung tidak dapat berelaksasi secara normal setelah berkontraksi. Maka, kondisi ini bisa menyebabkan darah tidak dapat mengisi ruangan jantung dengan sempurna.
Artikel terkait: Amnesia: Kenali Gejala, Penyebab, dan Beragam Jenisnya
Ciri dan Gejala yang Perlu Diwaspadai
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Di tahap-tahap awal, seseorang mungkin saja tidak merasakan gejala atau ciri-ciri khusus ketika mengalami kardiomiopati. Namun, seiring kondisi tersebut berkembang, beberapa tanda dan gejala bisa saja muncul seperti:
- Merasa sesak napas ketika beraktivitas seperti biasa, atau bahkan napas terasa sesak saat sedang istirahat
- Kaki mengalami pembengkakan
- Perut kembung
- Sering batuk ketika berbaring
- Detak jantung cenderung lebih cepat atau berdebar
- Ada rasa seperti ditekan pada bagian dada
- Sering pusing atau sakit kepala
- Sering pingsan, terlebih setelah melakukan aktivitas fisik
Tanda atau gejala tersebut biasanya akan membaik saat diobati. Namun, pada beberapa orang, kondisi bisa semakin memburuk dengan cepat meski sudah diobati. Pada sebagian lainnya, kondisi mungkin akan berangsur atau memburuk dalam rentang waktu lebih lama.
Kapan Harus ke Dokter?
Pada dasarnya, apabila Parents mengalami beberapa gejala yang telah disebutkan, jangan ragu untuk segera memeriksakan diri ke dokter. Hal ini dilakukan agar kondisi Anda bisa ditangani secara cepat dan tepat.
Untuk mendiagnosis lemah jantung sendiri, dokter biasanya akan melakukan beberapa pemeriksaan fisik. Beberapa di antaranya adalah:
- EKG atau elektrokardiogram
- Tes darah
- Rontgen dada
- Biopsi otot jantung
- Echocardiografi
- Angiografi
Untuk pengobatannya sendiri, dokter akan mengatasinya sesuai dengan tingkat keparahan gejala, riwayat penyakit, serta penyakit penderita pasien. Penanganannya sendiri bisa dilakukan dengan memberi obat-obatan atau operasi jantung.
Jika tidak ditangani secara baik, maka kondisi ini bisa menimbulkan beberapa komplikasi serius seperti gagal jantung, masalah katup jantung, hingga henti jantung dan kematian mendadak.
Bisakah Kardiomiopati Dicegah?
Kondisi ini umumnya tidak dapat dicegah, Parents. Namun, jangan cemas terlebih dahulu, faktor risiko atau faktor penyebabnya tetap bisa kita kurangi dengan menerapkan gaya hidup sehat, kok.
Beberapa hal yang bisa Anda dan keluarga lakukan untuk mencegah risiko penyakit ini di antaranya adalah:
- Berhenti merokok
- Tidak mengonsumsi minuman beralkohol dan obat-obatan terlarang
- Kelola stres dengan baik dan cukupi istirahat
- Mengonsumsi makanan bernutrisi dengan gizi seimbang
- Aktif bergerak seperti melakukan olahraga secara teratur
- Mengontrol tekanan darah, kolesterol, dan diabetes secara berkala atau rutin
Artikel terkait: 4 Masalah yang Sering Muncul Terkait Gigi Bungsu, Kapan Perlu Dicabut?
Umumnya, ciri atau gejala lemah jantung cenderung sulit dideteksi sejak dini. Maka, apabila Anda atau anggota keluarga mengalami beberapa gejala yang merujuk pada kondisi ini, jangan ragu untuk segera memeriksakannya ke dokter. Tujuannya agar kondisi tersebut bisa ditangani secara cepat dan tepat.
Artikel telah ditinjau oleh:
dr.Gita Permatasari
Dokter Umum dan Konsultan Laktasi
Baca juga:
Hati-Hati Gejala Sindrom Sheehan, Kerusakan Kelenjar Setelah Melahirkan