Negeri Tirai Bambu selalu menampilkan kisah menarik, salah satunya kisah Liu Xuezhou yang belakangan viral. Liu merupakan seorang remaja yang harus merasakan pahit dijual oleh orangtuanya sendiri saat masih bayi. Nasibnya berakhir menyedihkan.
Kisah Liu Xuezhou, Remaja yang Dijual Orangtua
Adalah Liu Xuezhou, seorang remaja berusia 17 tahun yang nasibnya sangat malang. Bukan kasih sayang, ia justru dijual oleh orangtuanya sendiri saat masih bayi. Yang lebih menyedihkan, Liu belum lama ditemukan tewas bunuh diri.
Melansir BBC, remaja malang tersebut ditemukan meregang nyawa di Provinsi Hainan pada Senin (25/1) kemarin. Padahal, Liu baru saja berdamai dan reuni dengan orangtuanya.
Kisah Liu telah mengguncang Tiongkok dan memicu banyak simpati. Ceritanya pertama kali mencuat di media Tiongkok saat ia mengunggah video. Video tersebut berisi permohonan bantuan untuk menemukan keluarganya.
Menurut laporan media, Liu dijual oleh orangtua kandungnya pada 2005 silam dan dibawa oleh keluarga lain. Nahas, orangtua angkatnya kemudian meninggal dalam kecelakaan.
Liu lalu dibesarkan oleh kakek, nenek, dan kerabat dekat lainnya. Pada Desember tahun lalu, Liu akhirnya berhasil melacak keberadaan orangtua kandung yang telah menelantarkannya dulu. Mereka ternyata telah bercerai dan menikah lagi.
Awalnya, ‘reuni’ tersebut sangat bahagia. Bagaimana tidak, Liu sudah sejak lama mencari orangtuanya. Sayang, kondisi berubah total saat ia justru dilaporkan mengklaim membutuhkan bantuan keuangan.
Liu Xuezhou berkata bahwa dia telah bertanya kepada orangtuanya apakah dia bisa tinggal bersama mereka, atau memilih membelikan atau menyewakan rumah untuknya karena dia tidak memiliki rumah sendiri.
Artikel terkait: Kisah Anak Sembuh dari Kanker Stadium 4, Sempat Divonis Tak Bisa Hidup Lama
Jadi Sasaran Bullying di Media Sosial
Mendengar permintaan Liu, reuni berubah drastis. Orangtua kandungnya kembali mengabaikan Liu remaja. Sang ibu bahkan memblokirnya di platform pesan singkat WeChat. Saat dikonfirmasi, keduanya juga membantah hal ini.
Ibunya mengatakan, Liu mencoba memaksanya untuk membelikannya rumah yang sebenarnya tidak mampu dia beli. Liu bahkan mengatakan dia akan menuntut orangtua kandungnya karena penelantaran.
Dalam sebuah unggahan Weibo, Liu mengatakan akan “melihat mereka di pengadilan”. Yang selanjutnya terjadi tidak diduga, Liu diintimidasi di dunia maya. Banyak yang menudingnya hanya sebatas menginginkan rumah. Liu diklaim tidak tulus mencari orangtuanya yang selama ini ‘menghilang’.
Tepat setelah tengah malam pada Senin (24/1/2022), Liu mengunggah esai panjang di Weibo. Isinya tentang peristiwa hidupnya dan bagaimana dia diserang secara online.
“Saya telah bertahan dipanggil dengan banyak nama, bahkan menjadi dua kali ditinggal orangtua. Saya lelah dan ingin sekali mengakhiri kehidupan ini,” demikian sekiranya isi kutipan tulisan Liu.
Unggahan tersebut memicu komentar panik yang mendesaknya untuk tidak melakukan tindakan nekat. Liu nyatanya berkehendak sesuai tulisannya, ia bunuh diri beberapa jam setelah catatan tersebut ditemukan.
Liu sempat dilarikan ke rumah sakit, tetapi nyawanya tidak tertolong. Sejak saat itu, esai Weibo Liu dibanjiri komentar simpatik. Tidak sedikit yang mencurahkan kemarahan kepada pelaku cyber bullying. Akibat bully, seseorang bisa melakukan tindakan nekat terhadap dirinya sendiri.
“Penindasan dunia maya yang dia alami terlalu berat untuk ditanggung orang dewasa, apalagi anak-anak,” kata salah satu pengguna. Pengguna yang lain mengatakan, mereka berharap dia akan menemukan keluarga yang baik “di kehidupan selanjutnya”.
“Saya harap di kehidupan Anda selanjutnya, Anda menemukan orangtua yang melindungi Anda, saudara-saudara yang mencintai Anda, dan menjalani hidup tanpa kekhawatiran”.
Artikel terkait: Kisah Rohana Abdullah, Gadis Indonesia yang Ditelantarkan Sejak Lahir di Malaysia
Dampak Cyber Bullying Terhadap Mental
Kasus yang dialami Liu bukanlah kali pertama, telah banyak remaja yang memilih mengakhiri hidup karena tidak tahan dibully. Hal ini sejalan dengan fakta penelitian yang dilakukan oleh Lembaga independen Ipsos pada 2011 yang menyebutkan bahwa 49% dari 193 remaja usia 12-15 tahun telah mengalami cyberbullying dan tidak berani melaporkannya.
Karena bullying tidak diketahui keluarga, akhirnya 20% remaja tersebut memilih mencoba bunuh diri. Jurnal kesehatan Cadernos de Saude Publica juga memaparkan bahwa angka kejadian cyberbullying bisa bervariasi dari 6.5 hingga 35.4% di berbagai penjuru dunia.
Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa pelaku cyberbullying biasanya pernah menjadi korban bullying pada masa lalu. Padahal, perundungan apapun bentuknya bisa berdampak buruk terhadap kesehatan mental seseorang.
Menurut salah satu penelitian yang dipresentasikan pada rapat tahunan American Psychiatric Association, remaja yang mengalami cyberbullying memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan kesehatan mental.
Dalam penelitian lain, Samantha B. Saltz selaku dokter residen di bagian psikiatri anak dan remaja University of Miami Miller School of Medicine dan Jackson Memorial Hospital di Florida menuturkan bahwa remaja yang menjadi korban cyberbullying umumnya cenderung mengalami depresi sedang hingga berat, emosional, dan merasa tidak percaya diri.
Bullying di media sosial juga erat kaitannya dengan ketergantungan si korban dengan obat terlarang dan percobaan bunuh diri. Oleh karena itu, sebisa mungkin berhati-hatilah sebelum mengunggah sesuatu di media sosial karena bisa jadi berdampak besar terhadap psikis seseorang. Semoga kisah Liu Xuezhou ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua ya, Parents.
***
Baca juga:
Ternyata Tak Mudah, 7 Aturan Ini Harus Dipatuhi Ri Sol-ju Istri Kim Jng Un
Kisah Perempuan Hilang Ingatan Akibat Kecelakaan, Kenangan 15 Tahun Bersama Suami Terlupakan
Penyebab Bayi Tanpa Tempurung Kepala dan Cara Pencegahan Anensefali
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.