Kernikterus: Penyebab, Gejala, Faktor Risiko, Penanganan

Segera tangani penyakit kuning pada bayi untuk menghindari kernikterus yang berdampak pada kerusakan otak bayi.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Baru beberapa hari sampai di rumah, kulit bayi baru lahir Anda terlihat kuning, begitu juga dengan bola putih matanya. Kondisi ini biasanya disebut dengan penyakit kuning. Jangan abai, Bunda. Bila tidak segera ditangani, si kecil bisa mengalami kernikterus yang berdampak pada kerusakan otak.

Mengenal Kernikterus

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menjelaskan kernikterus sebagai kondisi warna kuning yang terlihat pada kulit bayi baru lahir. Kernikterus yang lebih dikenal sebagai penyakit kuning ini terjadi ketika zat kimia yang disebut bilirubin menumpuk atau sangat tinggi di dalam darah bayi (hiperbilirubinemia).

Selama kehamilan, organ liver ibu mengeluarkan bilirubin untuk bayi. Namun setelah lahir, liver bayi harus mengeluarkan bilirubin tersebut.

Pada beberapa bayi, liver mungkin tidak cukup berkembang untuk membuang bilirubin secara efisien. Terutama ketika terlalu banyak bilirubin menumpuk di tubuh bayi baru lahir, bilirubin dapat melintasi lapisan tipis jaringan yang memisahkan otak dan darah.

Dampaknya, kulit dan bagian putih mata bayi akan terlihat lebih kuning dari biasanya. Itulah mengapa kondisi ini disebut dengan penyakit kuning. Bila kondisi tersebut dibiarkan terlalu lama dan menjadi lebih parah, bisa menyebabkan kondisi yang disebut kernikterus.

Kernikterus adalah jenis kerusakan otak yang dapat diakibatkan oleh tingginya kadar bilirubin dalam darah bayi. Ini dapat berdampak athetoid cerebral palsy (selebral palsi athetoid) dan gangguan pendengaran. Kernikterus juga dapat menyebabkan masalah pada penglihatan dan gigi, dan terkadang dapat menyebabkan cacat intelektual.

Menurut National Health Service (NHS), kernikterus jarang terjadi –laman Rare Diseases menyebutnya sebagai gangguan neurologis langka. Namun bila sampai terjadi, bisa menyebabkan kerusakan otak atau sistem saraf pusat dan sumsum tulang belakang, yang dapat mengancam jiwa.

Melansir Healthline, ada dua tipe bilirubin dalam tubuh, yakni:

  1. Bilirubin tak terkonjugasi (unconjugated bilirubin): Jenis bilirubin ini bergerak dari aliran darah ke liver. Ini tidak larut dalam air sehingga dapat menumpuk di jaringan tubuh.
  2. Bilirubin terkonjugasi (conjugated bilirubin): Ini diubah dari bilirubin tak terkonjugasi di liver. Bilirubin terkonjugasi larut dalam air sehingga dapat dikeluarkan dari tubuh melalui usus.

Jika bilirubin tak terkonjugasi tidak diubah di hati, bilirubin dapat menumpuk di tubuh bayi. Ketika kadar bilirubin tak terkonjugasi menjadi sangat tinggi, bilirubin dapat keluar dari darah dan masuk ke jaringan otak, dan menyebabkan kernikterus.

Bilirubin terkonjugasi tidak menyeberang dari darah ke otak dan biasanya dapat dikeluarkan dari tubuh, oleh karena itu tidak menyebabkan kernikterus.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artikel terkait: Ketahui Fakta Bilirubin, Faktor yang Membuat Bayi Menjadi Kuning

Penyebab

Laman Rare Disease menjelaskan bahwa beberapa kasus kernikterus terjadi secara acak, tanpa alasan yang jelas (sporadis). Bahkan beberapa literatur medis juga mengatakan, kelebihan kadar bilirubin (hiperbilirubinemia) saja tidak cukup untuk menghasilkan kernikterus.

Beberapa penyebab potensialnya bisa jadi karena hal ini:

1. Penyakit Rh atau Ketidakcocokan ABO

Terkadang golongan darah bayi dan ibu tidak cocok. Jika ibu Rh-negatif, itu berarti sel darah merahnya tidak memiliki jenis protein tertentu yang melekat padanya. Mungkin saja bayinya memiliki faktor Rh yang berbeda darinya. Jika bayinya Rh-positif, itu berarti mereka memiliki protein yang melekat pada sel darah merahnya –ini dikenal sebagai ketidakcocokan Rh.

Dalam ketidakcocokan Rh, beberapa sel darah merah janin dapat melewati plasenta dan masuk ke aliran darah ibu. Sistem kekebalan ibu mengenali sel-sel ini sebagai benda asing dan menghasilkan protein yang disebut antibodi yang menyerang sel darah merah bayi. Antibodi ibu kemudian bisa masuk ke tubuh bayi melalui plasenta dan menghancurkan sel darah merah bayi (hemolysis).

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Saat sel-sel darah dihancurkan, kadar bilirubin bayi akan menurun (anemia). Setelah bayi lahir, bilirubinnya menumpuk di aliran darah dan otak. Penyakit Rh jarang terjadi saat ini, karena ibu dapat diobati selama kehamilan dengan globulin antiRh –bila terdiagnosis saat hamil.

Kondisi serupa, tetapi tidak terlalu parah, terkadang dapat terjadi ketika seorang ibu memiliki golongan darah O dan bayinya memiliki golongan darah yang berbeda (ketidakcocokan ABO). Meski bayi juga berisiko lebih tinggi mengalami kernikterus, tetapi masih bisa dicegah dengan pemantauan yang tepat dan pengobatan dini.

2. Sindrom Crigler-Najjar

Bayi dengan kondisi bawaan ini kekurangan enzim yang dibutuhkan untuk mengubah bilirubin tak terkonjugasi menjadi bilirubin terkonjugasi untuk dibuang. Akibatnya, kadar bilirubin yang tinggi menumpuk dalam darah bayi.

3. Kernikterus dan Sulfonamid

Obat-obatan tertentu, salah satunya sulfonamida (disebut juga obat sulfa), telah dikaitkan dengan kernikterus. Sulfonamida adalah kelompok antibiotik yang menggabungkan sulfonamida sulfametoksazol dengan trimetoprim (SMX-TMP) untuk mengobati infeksi bakteri. Studi menyatakan, sulfonamida dapat meningkatkan risiko kernikterus.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Bilirubin tak terkonjugasi biasanya berjalan melalui aliran darah ke liver yang terikat pada protein albumin. Di liver, itu diubah menjadi bilirubin terkonjugasi sehingga dapat dikeluarkan dari tubuh.

Sulfonamid dapat melepaskan bilirubin dari albumin, yang meningkatkan kadar bilirubin dalam darah. Bilirubin yang tidak terikat dapat menyeberang ke otak dan menyebabkan kernikterus.

Frekuensi Kejadian

Sekitar 60 persen bayi baru lahir mengalami penyakit kuning di mana beberapa mengalami tingkat keparahan yang lebih serius (kadar bilirubinnya lebih tinggi daripada yang lain). Mengutip laman WebMD, tingkat kejadiannya bisa sampai 80%.

Kelainan neurologis langka ini sama-sama bisa dialami oleh bayi berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.  

Artikel terkait: Ketika ASI justru meningkatkan jumlah bilirubin pada bayi, apa yang harus Bunda lakukan?

Faktor Risiko Kernikterus

Berikut ini beberapa faktor risiko dari kernikterus yang memerlukan pemantauan ketat dan manajemen dini:

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

1. Bayi Prematur

Bayi yang lahir sebelum 37 minggu, atau 8,5 bulan, lebih mungkin mengalami penyakit kuning karena liver mereka belum berkembang sepenuhnya. Liver yang belum matang tentu tidak dapat membuang begitu banyak bilirubin di dalam tubuh bayi.

2. Bayi dengan Kulit Lebih Gelap

Bunda atau dokter anak mungkin akan sulit mengenali tanda-tanda penyakit kuning pada bayi dengan warna kulit yang lebih gelap. Pemeriksaan bisa dilakukan dengan memeriksa gusi dan bibir bagian dalam bayi untuk mendeteksi penyakit kuning. Jika ada keraguan, tes bilirubin juga bisa dilakukan.

3. Keturunan Asia Timur atau Mediterania

Bayi yang lahir dari keluarga Asia Timur atau Mediterania memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit kuning. Juga, beberapa keluarga yang mewarisi kondisi seperti defisiensi G6PD (penyakit keturunan akibat kekurangan enzim).

4. Kesulitan Makan

Bayi yang tidak mengonsumsi ASI/sufor atau buang air besar dan kecil tidak lancar dalam beberapa hari pertama kehidupannya juga lebih mungkin terkena penyakit kuning.

5. Saudara dengan Penyakit Kuning

Bayi dengan saudara perempuan atau laki-laki yang menderita penyakit kuning lebih mungkin mengalami penyakit kuning.

6. Memar

Bayi dengan memar saat lahir lebih mungkin terkena penyakit kuning. Memar terbentuk ketika darah bocor keluar dari pembuluh darah dan menyebabkan kulit terlihat hitam dan biru. Penyembuhan memar yang besar dapat menyebabkan kadar bilirubin yang tinggi dan bayi mengalami penyakit kuning.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

7. Golongan Darah

Dilahirkan dari ibu dengan golongan darah O atau golongan darah Rh-negatif. Ibu dengan golongan darah ini terkadang melahirkan bayi yang memiliki kadar bilirubin tinggi.

Gejala

Penyakit kuning biasanya muncul pertama kali di wajah dan bila kadar bilirubinnya terus tinggi, akan bergerak ke dada, perut, lengan, dan kaki. Bagian putih mata juga bisa terlihat kuning.

Penyakit kuning bisa lebih sulit dilihat pada bayi dengan warna kulit lebih gelap.

Tingkat toksik bilirubin dapat terakumulasi di otak dan berpotensi mengakibatkan berbagai gejala dan temuan fisik. Gejala dan temuan fisik kernikterus biasanya muncul di hari kedua sampai kelima setelah bayi lahir.

Gejala awal kernikterus pada bayi meliputi:

  • Asupan ASI yang buruk
  • Bayi menjadi lebih rewel
  • Tangisannya bernada tinggi
  • Tidak memiliki refleks kejut
  • Selalu mengantuk atau kekurangan energi (letargi)
  • Jeda singkat dalam bernapas (apneu)
  • Otot-otot bayi kendor luar biasa, seperti boneka kain.

Saat kernikterus berkembang, gejala tambahan dapat mencakup kejang otot ringan sampai berat, termasuk di mana kepala dan tumit ditekuk ke belakang dan tubuh membungkuk ke depan (opisthotonus), dan/atau gerakan otot tak terkendali (spastisitas). Selain itu, demam dan muntah.

Dalam beberapa kasus, bayi dengan kernikterus dapat mengalami komplikasi yang mengancam jiwa.

Diagnosis

Salah satu tes yang dapat digunakan untuk memeriksa kadar bilirubin adalah light meter. Seorang dokter atau perawat akan memeriksa kadar bilirubin bayi Anda dengan menempatkan pengukur cahaya di kepala bayi.

Pengukur cahaya memberi tahu berapa banyak bilirubin di kulit bayi, atau tingkat bilirubin transkutan (TcB) mereka. Jika kadar TcB bayi tinggi, itu bisa menjadi indikasi bahwa bilirubin sedang menumpuk di tubuhnya.  

Pemeriksaan lainnya yang mungkin dilakukan dokter anak adalah tes darah bilirubin.

Artikel terkait: 7 Penyebab dan Cara Mengatasi Mata Bayi Kuning yang Perlu Diwaspadai Parents!

Penanganan

Penyakit kuning ringan mungkin tidak memerlukan pengobatan. Namun, jika kadar bilirubin bayi sangat-sangat tinggi, atau jika bayi memiliki faktor risiko tertentu (seperti lahir prematur), beberapa pengobatan mungkin diperlukan.

Perawatan untuk kernikterus berfokus pada penurunan jumlah bilirubin tak terkonjugasi dalam darah. Perawatan dini sangat penting dalam upaya untuk mencegah gejala dan temuan fisik yang terkait dengan kernikterus selama bulan-bulan pertama kehidupan.

Perawatan yang dimaksud meliputi:

1. Pemberian ASI ataupun Sufor yang Cukup

Bayi yang tidak mendapatkan cukup cairan (ASI atau sufor) kesulitan membuang cukup banyak pigmen kuning dari penyakit kuning melalui urine dan fesesnya. Bayi baru lahir harus memiliki setidaknya enam popok basah sehari, dan tinja mereka harus berubah dari hijau tua menjadi kuning –jika asupan nutrisi cukup. Bayi juga harus tampak puas setelah menerima ASI/sufor.

2. Fototerapi atau Terapi Cahaya

Ini melibatkan penggunaan cahaya biru khusus (cahaya fluoresen) pada kulit bayi di rumah sakit atau di rumah yang berfungsi membantu mempercepat ekskresi bilirubin dari kulit dan membantu penguraiannya (memecah bilirubin).

Ada satu masa di mana para ahli menganjurkan agar menjemur bayi di bawah sinar matahari (pagi), tetapi itu tidak lagi direkomendasikan karena dapat menyebabkan kulit bayi terbakar. Fototerapi dianggap sangat aman, meskipun dapat menyebabkan beberapa efek samping sementara seperti mencret dan ruam.

3. Transfusi Darah

Ini dilakukan jika bayi tidak merespons perawatan lain dan perlu segera menurunkan kadar bilirubinnya. Itu hanya dilakukan jika bayi menunjukkan tanda-tanda kerusakan otak akibat terlalu banyak bilirubin.

4. Plasmapheresis

Plasmapheresis adalah prosedur pengeluaran zat yang tidak diinginkan (toksin, zat metabolik, dan bagian plasma) dari darah. Caranya, darah dikeluarkan, dipisahkan dari plasma yang tercemar toksin, kemudian dikembalikan atau ditukar dengan plasma darah (yang lebih baik dari orang lain) yang ditransfusikan ke dalam tubuh bayi.

5. Transplantasi Liver

Biasanya dilakukan pada kasus kernikterus yang sangat parah. Transplantasi liver atau hati dapat dilakukan di usia dini, sebelum kerusakan otak yang berpotensi terkait dengan kernikterus dapat berkembang.

Kemungkinan Komplikasi

Kerusakan otak yang disebabkan oleh kadar bilirubin yang tinggi disebut ensefalopati bilirubin. Jika kerusakan otak yang signifikan terjadi sebelum perawatan, seorang bayi dapat mengalami masalah serius dan permanen, seperti:

  • Cerebral palsy (suatu kondisi yang memengaruhi gerakan dan koordinasi).
  • Gangguan pendengaran (dapat berkisar dari ringan hingga berat).
  • Lambat dalam mempelajari sesuatu kedutan yang tidak disengaja dari berbagai bagian tubuh mereka.
  • Memiliki masalah dalam mempertahankan gerakan mata normal (orang yang terkena kernikterus memiliki kecenderungan untuk menatap ke atas atau dari sisi ke sisi, bukan lurus ke depan).
  • Pertumbuhan gigi yang buruk.

Kapan Harus ke Dokter?

Temui dokter anak di hari yang sama jika Anda melihat tanda ini pada buah hati Anda:

  • Kulitnya berwarna sangat kuning atau jingga (perubahan warna kulit mulai dari kepala dan menjalar ke jari kaki).
  • Sulit untuk bangun atau tidak tidur sama sekali.
  • Tidak menyusu dengan baik.
  • Sangat rewel.
  • Jarang buang air kecil (BAK), bisa dilihat dari kondisi popoknya yang kerap kering –setidaknya bayi baru lahir mengganti popok karena BAK sebanyak 4-6 kali dan 3-4 kali karena BAB dalam 24 jam mulai hari keempat kelahirannya.

Segera minta bantuan medis darurat jika bayi Anda mengalami:

  • Menangis tidak dapat dihibur atau dengan nada tinggi.
  • Tubuhnya melengkung seperti busur (kepala atau leher dan tumit ditekuk ke belakang dan tubuh ke depan).
  • Memiliki tubuh yang kaku, lemas, atau terkulai.
  • Memiliki gerakan mata yang aneh.

Pencegahan Kernikterus

Untuk mencegah penyakit kuning, hiperbilirubinnemia atau kernikterus, ini yang bisa Bunda lakukan:

  • Melakukan skrining pada bayi di 24-48 jam usai kelahirannya.
  • Kenali faktor risiko (riwayat keluarga dan mencocokkan dengan golongan darah ibu, misalnya).
  • Menyusui lebih intens, jangan sampai bayi dehidrasi.
  • Segera periksakan kondisi bayi Anda ke dokter anak setelah melihat tanda-tanda penyakit kuning pada bayi. Jangan ragu untuk meminta dokter melakukan tes bilirubin ikterus.

***

Ingat Bunda, ketika penyakit kuning yang parah tidak segera diobati, kondisi ini dapat menyebabkan kernikterus yang berdampak pada kerusakan otak.

Baca juga:

id.theasianparent.com/fakta-bilirubin

id.theasianparent.com/penyakit-bayi-kuning

id.theasianparent.com/anemia-pada-anak