Mungkinkah air susu Ibu menjadi racun? Mungkin saja.
Hal itu terjadi apabila pemberian ASI justru meningkatkan jumlah bilirubin pada bayi. Tingginya jumlah bilirubin ini akan membuat bayi menjadi kuning. Tingginya jumlah bilirubin pada bayi, salah satu penyebabnya adalah adanya ketidakcocokan rhesus ibu dan bayi.
Tidak ada yang menyangkal bahwa ASI merupakan nutrisi terbaik bagi setiap bayi. Kita tahu, ASI memiliki kelengkapan gizi, protein dan mineral serta enzim-enzim yang dibutuhkan bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Ajaibnya, kandungan ASI pun secara otomatis, memiliki prosentase yang sesuai dengan setiap tahap perkembangan usia dan kebutuhan anak.
Misalnya ASI yang keluar untuk bayi yang baru lahir mengandung protein jauh lebih tinggi daripada ASI untuk bayi yang berusia 9 bulan. Sebagaimana kita ketahui, protein merupakan salah unsur penting dalam proses pembentukan otak.
Artikel terkait: Warna stok ASI perah tidak putih, bahayakah untuk bayiku?
Bunda harus mewaspadai ASI menjadi racun dengan memahami faktor penyebabnya.
Selain hemat secara ekonomis, Air Susu Ibu pun mempererat hubungan batin antara ibu dan bayi, serta membantu proses pemulihan fisik ibu dan membantu meningkatkan kecerdasan pada bayi 6 poin lebih tinggi dibanding dengan bayi yang diberi susu formula (berdasarkan studi Horwood & Fergursson tahun 1998 di Selandia Baru).
Tak heran bila kini kesadaran ibu untuk menyusui semakin meningkat. Namun, ternyata tidak semua ibu bisa memberikan ASI kepada bayinya seperti yang diinginkannya. Mengapa hal itu bisa terjadi?
Ketika air susu ibu menjadi racun
Rhesus merupakan penggolongan terhadap ada atau tidak adanya zat antigen-D pada darah. Orang yang memiliki antigen-D disebut Rhesus Positif. Sebaliknya orang yang tidak memiliki antigen-D disebut memiliki Rhesus Negatif.
Seorang ibu yang memiliki rhesus berbeda dengan janinnya akan memproduksi antibodi secara besar-besaran sebagai bentuk penolakan tubuhnya terhadap janin yang memiliki rhesus berbeda dengannya. Dalam hal ini, secara otomatis, tubuh ibu menganggap janin sebagai benda asing (musuh) yang harus diserang oleh zat antibodi yang dimiliki ibu.
Penyerangan ini menyebabkan meningkatnya zat antibodi yang diproduksi oleh tubuh ibu. Meningkatnya antibodi pada ibu secara langsung menyebabkan banyak sel darah merah yang rusak (bilirubin) pada bayi. Bayi pun menjadi kuning, sebab fungsi hatinya belum terbentuk dengan baik.
Dalam kondisi seperti ini, pemberian ASI dari ibu yang memiliki rhesus berbeda, hanya akan berakibat fatal pada bayi. Karena dalam kondisi ini ASI bisa menjadi racun bagi bayi yang disusui. Jika sudah sampai tahap ini pemberian ASI sebaiknya dihentikan.
Apakah hal itu bersifat permanen?
Banyak sekali para bunda yang keberatan apabila menghentikan pemberian ASI kepada bayinya, terlebih apabila itu bersifat permanaen.
Dalam beberapa kasus, penghentian itu hanya bersifat sementara. Yaitu, apabila fungsi hati pada bayi sudah berjalan dengan baik. Dan bilirubin sudah kembali ke angka normal. Jika sudah dalam kondisi normal seperti ini, ibu bisa memberikan ASI pada bayinya, tanpa khawatir bayinya akan mengalami keracunan.
Cara Pemberian ASI Pasca Dihentikan Sementara
Mungkinkah memberikan air susu ibu setelah dihentikan sementara? Bagaimana cara mengantikan susu formula dengan air susu ibu ?
Tips berikut mungkin bisa membantu bunda untuk memberikan Air Susu Ibu kepada buah hati.
1. Berikan ASI secara bertahap.
Pemberian ASI tidak bisa secara langsung menggantikan susu formula yang telah akrab dengan lidah bayi, melainkan dengan cara bertahap. Misalnya, mengurangi frekuensi pemberian susu formula sedikit demi sedikit, serta menambah frekuensi pemberian ASI secara konsisten. Hingga akhirnya, pemberian ASI bisa dilakukan secara penuh.
Kapankah ASI menjadi racun sehingga tidak dapat diberikan kepada si kecil?
2. Ketika pemberian ASI dihentikan, penting bagi bunda untuk tetap rutin memerah ASI.
Tindakan rutin memerah ASI ini akan merangsang produksi air susu ibu tetap terjaga. Sehingga kelak ibu bisa memberikan ASI sesuai dengan harapannya.
3. Susui bayi dengan perasaan nyaman dan tenang.
Perasaan nyaman yang dirasakan ibu, akan mengalir pada bayi. Sehingga penolakan-penolakan yang diberikan bayi pada awal pengenalan ASI akan berhenti dengan sendirinya.
4. Milikilah keyakinan bahwa ASI tetap merupakan nutrisi terbaik bagi bayi anda.
Hal ini penting, sebab secara psikologis keyakinan ini akan berdampak pada produktivitas dan kualitas ASI yang dihasilkan bunda.
Baca juga:
ASI-Ku Kok Bercampur Darah, Bahayakah untuk Bayi?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.