Parents, ini adalah ceritaku ketika aku mengalami kekhawatiran saat hamil. Semua terjadi lantaran aku tidak menyadari kehamilanku.
Sebulan setelah menikah, aku mengalami sakit maag yang tak kunjung mereda. Setiap pagi, aku selalu merasakan sakit di ulu hati. Rasa sakit ini terus berulang meski aku sudah mencoba tidak telat makan.
Lalu, suamiku mengajakku untuk pergi ke dokter penyakit dalam di sebuah rumah sakit di Jakarta Selatan. Seletah menjalani berbagai pemeriksaan dan berkonsultasi, dokter menyarankanku untuk menjalani USG setelah itu baru kembali berkonsultasi dengannya.
Saat itu kami paham, mungkin dokter mengira aku hamil karena kami baru saja menikah. Pemeriksaan pun dilakukan, namun hasilnya negatif, dugaan kehamilan ternyata tidak terdeteksi sehingga aku pulang dengan obat-obatan yang sangat banyak, termasuk antibiotik.
Setelah beberapa hari berlalu, penyakit maag-ku juga tak kunjung mereda. Padahal semua obat hampir habis setelah kuminum sekian kali. Lalu kami beberapa kali membeli test pack karena penasaran apakah memang aku hamil. Namun, hasilnya negatif.
Artikel terkait: Ternyata 12 hal ini paling dikhawatirkan ibu hamil, Bumil merasakan juga?
Berkonsultasi pada Dokter Kandungan
Akan tetapi di suatu pagi, aku kembali mencoba test pack. Ternyata ada 2 garis di situ. Perasaanku campur aduk. Lalu aku mencari tahu dokter kandungan yang mendapatkan banyak review baik di forum-forum kehamilan. Bersyukur, aku menemukannya setelah seharian mencari.
Lalu di malam hari setelah suamiku pulang aku mengatakan bahwa aku hamil. Ada kegembiraan namun juga ada kekhawatiran karena aku telah mengkonsumsi beraneka ragam obat dengan dosis yang cukup tinggi. Lalu akhirnya beberapa hari kemudian kami pergi ke dokter tersebut.
Aku menjalani USG transvaginal yang masuk melalui vagina. Dan benar terlihat jelas ada titik putih di dalam rahimku. Masih sangat kecil akan tetapi sangat jelas terlihat. Memang hasilnya berbeda dengan USG abdomen yang di tempelkan di kulit luar perut. Hasil USG transvaginal berkali-kali lipat lebih jelas. Beruntung kami menemukan dokter dan rumah sakit ibu dan anak yang bagus, baik dari sisi pelayanan maupun peralatan yang dimiliki. Dokter kami juga sangat terbuka dan bersedia memberikan sesi konsultasi cukup panjang, sampai kami benar-benar paham.
Artikel terkait: 12 Hal yang Paling Dikhawatirkan Ibu Hamil di Asia
Kekhawatiran saat Hamil Menghantuiku
Parents mungkin bertanya-tanya mengapa aku tidak menyadari kehamilanku. Jadi, sebulan sebelumnya, di bulan pernikahanku, aku masih mengalami menstruasi. Menstruasi terjadi 5 hari setelah pernikahanku. Selain itu, setelah kami pergi ke dokter di salah satu rumah sakit besar di Jakarta juga tidak membuktikan bahwa aku hamil. Jadi, ini benar-benar kehamilan yang tidak kami sadari.
Sedari kecil aku menyiapkan banyak hal untuk menikah dengan seseorang. Tapi, belum pernah terlintas dalam pikiranku tentang kehamilan. Jadi ini mungkin ini pembelajaran juga bagi setiap perempuan, bahwa selain memikirkan untuk menemukan pasangan hidup kita juga harus memikirkan tentang kehamilan dan kehadiran anak dalam sebuah pernikahan. Sebab, banyak hal yang harus dipersiapkan. Salah satunya yang paling penting adalah kesiapan mental.
Setelah kehamilanku ini aku banyak mencari tahu, baik membaca dari literatur online dan buku tentang kehamilan. Apa yang kulakukan ini adalah apa yang kata orang “belajar sambil jalan”. Namun, itu saja masih membuatku merasa tidak cukup karena belum membuatku benar-benar siap mendapat anugerah kehamilan ini.
Artikel terkait: Mengapa Ibu Hamil Mudah Tersinggung?
Mempelajari banyak hal sendiri ini ternyata tidak hanya membawa dampak negatif tapi juga membuatku menemukan banyak hal yang membuat perasaanku sering bergejolak dan takut. Kehamilan yang tidak aku sadari ini juga membuatku sangat khawatir karena setelah aku mencari cari dampak obat maag dan antibiotik yang diminum saat hamil bisa berdampak kecacatan pada janin.
Ini membuatku sangat amat khawatir dan ketakutan. Namun mau bagaimana lagi, obat sudah masuk ke dalam tubuhku. Aku hanya bisa pasrah dan berserah. Karena jika tidak, maka rasa khawatir itu terus mengerogoti diri dan akhirnya terus membuat kita tidak bahagia dan semakin hari semakin membuat badan kita lemah. Itu yang terjadi padaku selama kehamilanku.
Bersyukurnya setelah 6 bulan kehamilan, aku melihat hasil USG yang sangat melegakanku. Bayiku sempurna. Dan benar setelah dia lahir bahkan dengan kehamilan yang prematur yakni 7 bulan pun, aku bersyukur sekali dia normal tidak kurang suatu apapun. Itulah cerita kehamilanku, 5 tahun silam. Kini, bayiku sudah tumbuh menjadi anak berusia 5 tahun.
Ditulis oleh Nana Benita, UGC Contributor theAsianparent.com
Artikel UGC Contributor lainnya:
Anak Kecanduan Gadget karena Aku dan Suami Sibuk WFH, Ini Cara Kami Mengatasinya