Tinggal bersama mertua seringkali menjadi satu-satunya pilihan bagi pasangan yang belum memiliki cukup dana untuk membeli rumah atau ketika mertua tinggal sendirian. Hal ini pernah saya hadapi di beberapa tahun pertama masa pernikahan.
Seperti banyak yang beberapa menantu hadapi, culture shock dan komunikasi dengan mertua sering kali jadi masalah utama. Apalagi saya bukan orang yang pandai membicarakan perasaan saya di depan suami maupun keluarganya.
Tapi setelah dijalani, ternyata hidup damai ketika tinggal di rumah mertua bukanlah sesuatu yang tidak mungkin. Berikut saya bagikan beberapa tips yang saya lakukan ketika harus tinggal bersama mertua.
1. Menyadari Jika Kita Hanya Tamu atau Pendatang di Rumah Mertua
Walaupun saya sudah menjadi bagian dalam keluarga, ketika menyadari saya adalah tamu maka saya bisa dengan mudah menekan ego, ini memudahkan saya beradaptasi. Ketika tinggal di lingkungan baru, mau tidak mau saya yang harus bekerja lebih keras menyesuaikan diri dengan aturan yang sudah ditetapkan oleh mertua. Dengan begitu, saya bisa pelan-pelan memberi sugesti bahwa saya harus bisa dan mau menyesuaikan diri.
Artikel terkait: “Berasal dari keluarga broken home, Allah memberi saya mertua yang baik”
2. Menyesuaikan Diri dengan Kebiasaan di Rumah Mertua Secara Perlahan
Awalnya saya memaksakan diri untuk cepat bisa menyesuaikan diri dan memahami kebiasaan di rumah mertua agar seperti ipar-ipar saya. Namun bukannya berjalan mulus, justru hal ini membuat saya stress dan sering menangis.
Suami yang kebingungan meminta saya untuk berproses secara perlahan. Mertua pun ikut memberi penjelasan bahwa wajar jika ada perbedaan kebiasaan dan betul, pelan-pelan tanpa dipaksapun saya bisa menyesuaikan diri.
3. Memahami Niat Baik Mertua
Sebagai istri yang bekerja, hal kecil seperti kebiasaan berbelanja di awal bulan atau hobi jalan-jalan dan jajan di luar kadang bisa menjadi masalah. Lucunya, saya sempat suka main kucing-kucingan dengan mertua ketika pulang belanja atau jajan di kafe baru.
Saya paham sebenarnya niat mertua baik terutama hal-hal terkait manajemen keuangan. Solusi yang saya ambil adalah menyesuaikan diri dengan perlahan dengan mengurangi hal-hal yang kurang bermanfaat, toh itu buat kebaikan saya juga.
Artikel terkait: 10 Hal yang Hanya dimengerti oleh Istri yang Tinggal Bersama Mertua
4. Tinggal Serumah dengan Mertua, Jangan Mudah Baper!
Sebagai pendatang baru di keluarga, skill yang harus dimiliki adalah untuk tidak gampang baper. Apalagi ketika kita dibanding-bandingkan atau kebiasaan kita yang berbeda dikomentari. Hal kecil seperti sambal yang terlalu pedas atau pulang larut karena lembur bisa saja jadi pembahasan menarik di rumah.
Jangan dulu baper tapi gunakan kesempatan untuk memahami cara pandang mertua. Beberapa hal perlu kita tanggapi dan beberapa juga tidak, pilihlah dengan bijak dan selalu jawab dengan hormat.
5. Membangun Komunikasi yang Baik dengan Mertua
Pada awal masa pernikahan saya merasa mertua sering menunjukkan sikap penolakan ketika saya mengurus keperluan anaknya, mungkin karena suami saya adalah anak bungsu. Sempat bingung bagaimana saya menjalankan peran sebagai istri, pada akhirnya saya sadar bahwa saya kurang bisa mengkomunikasikan keinginan saya dengan mertua.
Pelan-pelan saya dan mertua belajar mengobrol dan bertukar cerita tentang hal yang ringan tentang bagaimana mengurus suami. Ternyata mertua hanya ingin saya mempertahankan cara beliau dalam mengurus anaknya. Membangun komunikasi yang baik mengubah banyak hal dalam memperbaiki hubungan saya dengan mertua.
Artikel terkait: 9 Tipe ibu mertua yang sering Bunda temui beserta tips untuk menghadapinya
6. Jadikan Pasangan Penengah, Namun Jangan Buat Dirinya Harus Memilih
Tidak dipungkiri peran pasangan sangat besar di masa awal saya menyesuaikan diri dengan mertua. Setiap kali ada perselisihan paham atau pendapat, pada akhirnya saya selalu butuh bantuan pasangan untuk menengahi. Benar saja, seringkali orang tua bisa lebih baik mendengar dan memahami jika pendapat tersebut keluar dari mulut anaknya sendiri.
Apapun hasilnya, pelan-pelan saya belajar bahwa posisi saya seharusnya menjadi pelengkap, bukan orang ketiga di hubungan orang tua dengan anaknya. Hal yang sama juga kami terapkan ketika menghadapi orang tua saya. Meskipun tidak selalu mudah, tapi hal ini selalu berhasil.
Pelajaran yang Bisa Diambil Ketika Harus Tinggal Bersama Mertua
Sejak sebelum menikah, cerita dari teman atau sosial media tentang mertua yang julid, menantu yang dibatasi ruang geraknya, pemikiran mertua yang kolot atau kekeuh dengan tradisi sudah terlanjur menempel di otak saya.
Menjadi over thinking dan langsung memberi cap jahat kepada mertua nyatanya bukanlah solusi. Masih ada banyak cara yang bisa diusahakan untuk membina hubungan baik apalagi dengan kondisi harus tinggal bersama mertua.
Menghilangkan pikiran buruk dengan mertua adalah pilihan terbaik karena bisa jadi saya memang belum paham bagaimana mereka mengekspresikan kekhawatiran atau pendapat mereka. Apalagi mereka baru mengenal saya beberapa tahun saja, tentu masih bisa salah dalam berucap atau berperilaku meskipun telah berhati-hati.
Memang, tidak semua hal bisa diubah dalam satu jentikkan jari, beberapa perlu waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Apalagi untuk saya sudah terbiasa hidup mandiri sebelum akhirnya menikah. Saya yang terbiasa menentukan aturan dan cara hidup sendiri tentu butuh waktu untuk menyesuaikan dengan gaya hidup baru di rumah mertua.
Tapi bukan tidak mungkin untuk hidup berdamai ketika harus tinggal bersama mertua. Kembali lagi, tergantung seberapa besar niat kita untuk memulainya, nyatanya bisa kok!
Ditulis oleh Puspa Sari, UGC Contributor theAsianparent
Artikel lain yang ditulis UGC Contributor theAsianparent:
Cerita Perjalananku Berjuang Hamil dengan Satu Ovarium
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.