KB hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi yang menjadi pilihan bagi Parents yang ingin menunda kehamilan. Pilihan metode KB yang satu ini juga terbilang banyak, ada yang berupa pil, KB implan, atau pun KB suntik.
Professor Biran Affandi, MD, PhD menjelaskan penggunaan KB Suntik atau hormonal sebenarnya ada 2 macam. Pertama KB yang hanya hanya mengandung progestin saja dan yang mengandung progestin dan estrogen (kombinasi).
Ia menjelaskan kalau KB yang mengandung hormon progestin saja yaitu susuk KB, suntik 3 bulanan, minipil, dan IUD yang mengandung hormon. Sedangkan yang hormon kombinasi terkandung di suntik 1 bulanan dan pil KB. Progestin akan menekan ovulasi, membuat getah serviks menjadi kental dan membuat selaput lendir rahim menjadi tipis atau tidak tumbuh. Dengan ketiga kerja tersebut, progestin mencegah kehamilan.
KB hormonal biasanya mengandung hormon progesteron yang berfungsi menghambat keluarnya hormon estrogen, hal inilah yang akan menghambat terjadinya pembuahan setelah berhubungan seksual.
Pada dasarnya, semua alat kontrasepsi tentu saja memiliki kelebihan dan kekurangan. Pun dengan pil KB hormonal. Untuk itulah mengapa sebelum memutuskan menggunakan KB sebaiknya melakukan konsultasi terlebih dahulu.
Hal ini pun ditegaskan oleh Prof. Biran, bahwa calon pengguna kontrasepsi melakukan konseling terlebih dahulu. Sehingga bisa mengetahui keuntungan dan efek samping yang bisa ditimbulkan.
Baru-baru ini, sebuah penelitian mengungkap fakta terbaru, bahwa menggunakan KB hormonal bisa meningkatkan risiko terkena kanker payudara. Benarkah demikian? Simak penjelasan lengkapnya berikut ini.
KB hormonal tingkatkan risiko kanker payudara?
Sebuah penelitian yang dipublikasikan di The New England Journal of Medicinemenyebutkan, perempuan yang menggunakan KB hormonal seperti pil dan IUD selama bertahun-tahun, akan mengalami sedikit peningkatkan risiko yang signifikan terkait kanker payudara, dibandingkan mereka yang memakai KB non hormon atau tidak memakai KB sama sekali.
Studi ini meneliti sebanyak 1,8 perempuan asal Denmark selama lebih dari 10 tahun. Para peneliti menemukan, dalam setiap 100.000 perempuan, alat kontrasepsi hormonal menjadi penyebab terjadinya penambahan 13 kasus kanker payudara per tahun.
Data yang mereka kumpulkan menyebut, ada 55 kasus kanker payudara per tahun dari setiap 100.000 perempuan yang tidak menggunakan kontrasepsi hormonal. Sedangkan pada perempuan yang memakai KB hormonal, kasusnya 68 pasien per 100.000 perempuan.
Penelitain ini tidak menemukan perbedaan besar antara alat kontrasepsi hormonal dan non hormonal terhadap peningkatan risiko kanker payudara. Termasuk apakah perempuan menggunakan IUD atau pil KB.
Selain itu penelitian tersebut juga memperlihatkan bahwa risiko kanker payudara bisa meningkat saat perempuan tersebut menggunakan KB hormonal dalam jangka waktu yang lama, semakin lama pemakaiannya, maka semakin tinggi risikonya.
Penelitian sebelumnya juga sudah menemukan fakta adanya kaitan antara penggunakan KB hormonal dalam jangka waktu yang lama dengan risiko kanker payudara. Dalam sebuah studi tahun 2010, peneliti menemukan bahwa salah satu efek samping penggunaan pil KB adalah peningkatkan risiko kanker payudara secara marjinal.
Dokter Jack Jacoub, M.D., seodang pakar onkologi dan direkturs medis di Memorial Care Cancer Institute di Orange Coast Medical Center, California menyatakan bahwa pil KB versi lama mengandung lebih banyak hormon. Sedangkan pil KB yang sekarang beredar cenderung lebih sedikit, jadi risiko kanker payudara bagi perempuan yang memakai pil KB juga relatif menurun.
“Para perempuan seharusnya tidak panik akan hal ini,” jelas Jack. Namun Anda tetap harus waspada terhadap risikonya.
Menurut Jack, karena penggunaan KB hormonal dalam waktu lama bisa meningkatkan risiko kanker payudara, maka disarankan untuk mengurangi waktu penggunaannya. Dengan cara mengganti metode kontrasepsi dengan KB non hormon setelah menggunakan kontrasepsi selama bertahun-tahun.
Apalagi jika Anda memang telah memiliki riwayat keluarga dengan kanker payudara. Jack Jacoub menyarankan untuk berkonsultasi dengan dokter tentang kemungkinan mengganti alat KB Anda dengan yang non hormonal. Salah satu metode kontrasepsi non hormonal yang bisa Anda pertimbangkan adalah kondom.
Namun di sisi lain, pandangan yang mengatakan bahwa alat kontrasepsi hormonal seperti pil KB menjadi penyebab penyakit kanker nyatanya disanggah oleh Prof Dr dr Biran.
Dalam sesi wawancara ekslusif dengan BKKBN, ia mengatakan bahwa secara statistik pil KB, suntikan KB, dan implat terindikasi menurunkan kanker, termasuk kanker leher rahim, kanker indung telur dan menurunkan penularan penyakit kelamin, serta mengatasi anemia.
“Sesuatu kasus itu harus dilihat apakah sudah termasuk epidemik. Itu mungkin hanya dilihat kasus per kasus. Kita harus melihat secara epidemiologinya. Kalau sampai terjadi, mungkin mereka minum pil KB bercampur dengan segala macam.”
Oleh karena itulah, Anggota Dewan Kontrasepsi Asia Pasifik mengingatkan kembali pentingnya untuk melakukan konsultasi dengan tenaga ahli terlebih dahulu sehingga informormasi yang didapatkan akurat.
Biar bagaimana pun, penyakit kanker, termasuk kanker payudara muncul karena beragam faktor. Dengan menggunakan KB hormonal tentu saja tidak akan serta merta membuat seseorang mengalaminya.
Gejala kanker payudara yang harus diwaspadai
Dikutip dari American Cancer Society, perubahan yang tidak biasa pada payudara Anda bisa menjadi gejala kanker payudara yang perlu diwaspadai. Perubahan abnormal itu meliputi:
- Pembengkakan di sebagian atau seluruh payudara
- Kulit payudara yang teriritasi, atau sedikit cekungan.
- Sakit di bagian payudara
- Puting payudara terasa nyeri atau puting tenggelam ke dalam payudara
- Kemerahan, bersisik, atau penebalan pada kulit payudara maupun puting
- Keluar cairan dari puting selain ASI
- Benjolan di bagian ketiak di dekat payudara
Perubahan yang tidak biasa ini bisa juga merupakan tanda kondisi kesehatan yang kurang serius, seperti infeksi atau kista. Tapi tetap saja, bila terjadi sesuatu yang tidak biasa pada payudara Anda, segeralah memeriksakan diri ke dokter agar bisa mendapatkan diagnosis yang tepat.
***
Baca juga:
Ingin gunakan alat kontrasepsi hormonal? Simak penjelasan pakar berikut ini dulu, Bun
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.