Kemenkes Ungkap Kasus BA.2 atau Son of Omicron Mulai Dominan di Indonesia

Kemenkes baru saja mengungkap kasus subvarian Omicron di Indonesia yang disebut "son of omicron". Inilah gejala infeksi subvarian ini.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Kasus subvarian omicron di Indonesia baru saja diungkap oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI. Dilansir dari CNN Indonesia, Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan bahwa kasus COVID-19 B.1.1.529 Omicron BA.2 telah mencapai 363 varian.

Artikel terkait: Peneliti Mengidentifikasi Varian Deltacron, Seberapa Bahaya Varian ini?

Kasus Subvarian Omicron di Indonesia Terjadi Sejak Awal 2022

Lebih lanjut, Nadia mengungkapkan bahwa jumlah tersbeut didapat dari pemeriksaan whole genome sequencing (WGS) sejak Januari 2022 lalu.

"BA.2 dari Januari itu sudah terdeteksi kurang lebih 363 varian BA.2. Tapi memang jumlahnya masih jauh lebih kecil dibandingkan BA.1.1 maupun BA.1 yang mendominasi distribusi varian COVID-19 khususnya varian Omicron di Indonesia saat ini," jelas Nadia.

Lebih jelas, ia menjelaskan bahwa masih dilakukan banyak penelitian tentang efikasi vaksin untuk menghalau subvarian BA.2 ini.

"Tentunya masih diperlukan banyak data untuk memastikan apakah betul semakin menurunkan efikasi daripada vaksin pada varian BA.2 ini," ungkap Nadia.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Dilansir dari Detik Health, hal yang sama juga diungkap oleh Juru bicara Satgas COVID-19 Prof Wiku Adisasmito. Dalam keterangannya, ia menyampaikan bahwa kasus subvarian Omicron di Indonesia ini telah terjadi sejak awal Januari 2022 lalu.

Data tersebut didapat dari Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID), lembaga independen yang mencatat laporan varian baru beserta sequence-nya.

Artikel terkait: Waspadai Long COVID-19 pada Anak, Kenali Gejalanya!

Gejala Infeksi Subvarian BA.2

Di beberapa negara, kasus COVID-19 melonjak karena adanya virus corona baru subvarian BA.2. Beberapa negara tersebut antara lain Inggris, Hongkong, dan Korea Selatan. Nadia mengungkapkan bahwa secara umum, gejala yang dialami pasien ketika terinfeksi subvarian ini masih sama.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

"Untuk gejala klinis tidak ada yang berbeda ya BA.2 dengan BA.1.1 maupun BA.1, itu sama. Jadi memang cenderung seperti flu biasa," jelas Nadia.

Adapun gejala yang biasa dialami adalah sebagai berikut.

  • Sakit tenggorokan
  • Batuk
  • Pilek
  • Badan pegal

Artikel terkait: Vaksinasi COVID-19 Tingkatkan Super Immunity Tubuh, Ini Penjelasannya

Apakah Lebih Menular?

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Dalam konferensi pers yang dilakukan pada Selasa (15/3) lalu, Nadia juga mengungkapkan bahwa subvarian ini memang memiliki tingkat penularan tinggi. Meski demikian, pihaknya mengatakan bahwa belum ada penelitian yang mengungkapkan bahwa subvarian ini lebih berbahaya.

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO). Dilansir dari ABC News, WHO mengatakan penelitian telah menunjukkan varian BA.2 tampaknya lebih menular daripada BA.1. Profesor asosiasi Sekolah Kependudukan UNSW, James Wood mengatakan subvarian baru itu sekitar 25 persen lebih mudah ditangkap daripada galur aslinya.

Meskipun berpotensi lebih mudah untuk ditangkap, WHO mengatakan data infeksi dari Afrika Selatan, Inggris, dan Denmark menunjukkan tidak ada perbedaan tingkat keparahan antara BA.1 dan BA.2. Dr Wood mengatakan tidak ada bukti nyata bahwa itu lebih serius.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Demikian kabar tentang kasus subvarian Omicron di Indonesia beserta serba-serbi mengenai subvarian ini. Mengetatkan kembali protokol kesehatan dan melakukan vaksinasi lengkap dapat menjadi tameng utama untuk memutus mata rantai penyebaran subvarian BA.2.

***

Baca juga:

id.theasianparent.com/subvarian-ba-3

id.theasianparent.com/syarat-tes-antigen-dan-pcr-dihapus

id.theasianparent.com/arab-saudi-cabut-aturan-pembatasan-covid-19

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan