Peningkatan kasus infeksi COVID-19 di Indonesia yang masih meningkat membuat pemerintah terus berpacu dengan waktu. Termasuk menggalakkan program vaksinasi di tanah air demi menciptakan Super Immunity.
Definisi Super Immunity
Bagi yang belum tahu, super immunity merupakan kekebalan seseorang yang diraih dari kombinasi immunity dari infeksi alami dan vaksinasi.
Mengutip laman Kompas, Dokter di Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, dr Helmia Hasan, Sp.P(K), M.PD.Ked menyebutkan bahwa secara terminologi super immunity bisa disebut hybrid immunity.
“Super immunity terbentuk dari kombinasi imunitas pasca-infeksi dan pasca vaksinasi,” demikian penuturan dr. Helmia. Artinya, seseorang yang telah divaksinasi dosis lengkap akan memiliki respon antibodi berlimpah kendati pernah terinfeksi COVID-19.
Respon antibodi yang dimaksud bahkan 25-100 kali lebih tinggi. Alasannya, injeksi dosis vaksin dan antibodi alami yang muncul akan membuat respon sel B memori dan TCD4+ memori turut meningkat.
“Ini merupakan perlindungan silang yang lebih baik terhadap banyak varian yang ada. Ini akan menjadi respons imun yang sangat poten terhadap SARS-CoV-2” imbuh dr. Helmia.
Artikel terkait: Kabar Baik, Riset Ungkap Vaksin Pfizer Aman untuk Anak 5-11 Tahun!
Riset Ahli Mengenai Super Immunity
Istilah hybrid immunity nyatanya telah digunakan oleh seorang ahli imunologi Shane Crotty. Menurutnya, jenis kekebalan seperti inilah yang dibutuhkan oleh masyarakat dunia dalam menghadapi pandemi.
Mengutip BBC Future, selama beberapa bulan terakhir penelitian sudah digencarkan. Hasilnya, beberapa orang menunjukkan peningkatan respon kekebalan yang sungguh luar biasa terhadap virus penyebab COVID-19.
Bukan hanya menghasilkan tingkat antibodi yang sangat tinggi, tubuh manusia juga cenderung menghasilkan antibodi dengan fleksibilitas tinggi. Kekebalan ini bahkan diprediksi mampu melawan berbagai varian virus yang beredar di dunia, bahkan varian corona yang mungkin muncul lagi di masa mendatang.
Hal ini dibuktikan ketika ahli virologi memaparkan virus yang direkayasa ke sampel darah orang yang telah pulih dari COVID-19. Yang mengejutkan, virus memilih menghindar karena sudah terciptanya antibodi.
“Ini benar-benar luar biasa untuk dilihat. Salah satu hal terbesar yang kami pelajari dari pandemi ini adalah bagaimana respons sistem kekebalan tubuh kita berbeda tergantung pada apakah kita telah terinfeksi secara alami, divaksinasi, atau keduanya,” ujar Michel Nussenzweig, profesor imunologi molekuler di Universitas Rockefeller.
Selama empat bulan terakhir, tim Rockefeller telah berulang kali mengamatinya dalam kehidupan nyata. Seseorang yang telah divaksin akan membuat antibodi menetralisir virus mulai varian Delta hingga Omicron.
“Begitu orang yang memiliki COVID-19 divaksinasi dengan vaksin mRNA, Anda melihat bahwa mereka menghasilkan respons antibodi yang tiga kali lebih tinggi daripada mereka yang menerima vaksin tanpa infeksi sebelumnya,” lanjut Nussenzweig.
Artikel terkait: Riset FKUI: 83% Tenaga Kesehatan Alami Burnout Selama Pandemi, Alarm untuk Masyarakat!
Kriteria Pemilik Respon Imun Super
Jawabannya adalah mereka, para individu yang pernah terpapar virus. Lebih spesifiknya, mereka yang pernah terinfeksi virus corona sebelumnya kemudian diimunisasi dengan vaksin mRNA.
Ahli virus Theodora Hatziioannou di Universitas Rockefeller yang juga membantu memimpin beberapa penelitian mengungkapkan bahwa orang-orang tersebut memiliki respons yang luar biasa terhadap vaksin.
Antibodi yang mereka miliki bahkan bisa menetralkan SARS-CoV-1, virus corona pertama yang muncul 20 tahun lalu. Studi lain yang dilakukan tim Oregon Health and Science University juga menunjukkan bahwa orang yang sudah mendapatkan vaksinasi, tetapi kemudian terinfeksi COVID-19 juga memiliki super immunity.
Kendati penelitian telah menemukan bahwa kombinasi infeksi dan vaksin bisa menghasilkan imun super, bukan berarti terpapar virus demi kekebalan adalah hal yang harus disengaja.
Para peneliti yang mempelajari super immunity tetap menekankan bahwa risiko infeksi SARS-CoV-2 dihindari sebisa mungkin. Mereka juga tidak menganjurkan siapa pun untuk terinfeksi dahulu, baru kemudian divaksinasi agar mendapatkan respons imun yang baik.
Artikel terkait: Riset Ungkap Alasan Vaksin COVID-19 untuk Anak di Bawah 12 Tahun Belum Tersedia
Bagaimana dengan Indonesia?
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebutkan bahwa imunitas super sudah terjadi di Indonesia. Budi mengklaim sebanyak 86,6% penduduknya sudah memiliki antibodi terhadap virus.
“Survei serologi di 100 kabupaten/kota di sebagian wilayah aglomerasi maupun non aglomerasi sepanjang November dan Desember 2021 menunjukkan mayoritas penduduk Indonesia, tepatnya sebanyak 86,6% populasi yang daerahnya disurvei telah memiliki antibodi SAR-CoV-2.
Hal ini akibat terinfeksi sebelumnya atau karena vaksinasi. Selain itu, 73,2% populasi dari daerah yang disurvei ternyata memiliki antibodi SAR-CoV-2 padahal belum pernah terdeteksi positif maupun divaksinasi COVID-19,” tutur Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito mengutip CNBC Indonesia.
Adapun survei tersebut dilakukan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Kementerian Dalam Negeri, dan tim peneliti dari beberapa perguruan tinggi di Indonesia.
Survei serologi menggunakan tes darah, serum atau plasma warga untuk melihat keberadaan antibodi SARS-CoV-2. Keberadaan antibodi menandakan seseorang pernah terinfeksi atau telah mendapatkan vaksin.
Kendati sudah tercipta imun super ini, bukan berarti masyarakat lantas lengah. Anda tetap harus menerapkan protokol kesehatan yang ketat yakni mengenakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan hanya keluar rumah jika memang diperlukan. Pun vaksinasi sebaiknya lekas dijalani, carilah informasi seputar vaksin terdekat di kota Anda.
Itulah penjelasan mengenai super immunity. Semoga informasi ini bermanfaat.
Baca juga:
Riset Ungkap Kapan Seseorang Menularkan COVID-19 pada Orang Sehat
Mungkinkah Manusia Terinfeksi Dua Varian COVID-19 Sekaligus? Ini Risetnya
Riset: Orang Obesitas 74% Berisiko Mengalami COVID-19 Lebih Parah, Ini Faktanya!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.